Moskow (ANTARA/RIA Novosti-OANA) - Menteri Luar Negeri Inggris William Hague pada Senin menuduh Rusia dan China berkhianat terhadap kepentingan bangsa Suriah, demikian laporan televisi Sky News Inggris. Pernyatan Hague muncul setelah Russia dan China menggunakan hak veto mereka pada 4 Februari guna menggagalkan rancangan resolusi terhadap Suriah, yang didukung oleh Liga Arab serta sejumlah negara Barat, guna mencegah terjadinya "Skenario Libya". "Veto itu merupakan pengkhianatan terhadap rakyat Suriah," kata Hague kepada parlemen Inggris. "Dengan mengeluarkan keputusan itu mereka telah menjatuhkan wibawa Liga Arab, mereka meningkatkan juga potensi terjadinya perang saudara -- yang selama ini mereka cegah -- di Suriah, serta mereka menempatkan diri mereka di pihak yang berlawanan dengan opini internasional dan Liga Arab," kata Menlu Inggris itu. Sedikitnya 5.400 orang telah tewas dalam aksi protes terhadap pemerintah Suriah yang telah berlangsung selama 11 bulan, menurut otoritas Perserikatan Bangsa Bangsa di Suriah yang mengaitkan kekerasan dengan kelompok yang berhubungan dengan Al Qaida. Dilaporkan juga lebih dari 2.000 tentara dan polisi tewas dalam berbagai upaya represif yang dilakukan pemerintah Suriah terhadap pemrotes. Selama akhir pekan lalu, Rusia dan China mem-veto rancangan resolusi yang meminta agar Presiden Bashar Al Assad untuk mundur, dengan klaim resolusi itu tidak berimbang. Utusan Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin, mengatakan resolusi itu menargetkan pemerintah Assad namun tidak menyentuh para pemberontak dan kelompok bersenjata di negara itu. Inggris telah menarik duta besarnya dari Suriah untuk sejumlah langkah konsultasi, sementara PBB pada Senin menutup kedutaannya di Suriah dan menarik mundur seluruh stafnya dari negara itu atas alasan keamanan. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, Senin, mengatakan Dewan Keamanan PBB terlalu tergesa-gesa dalam menerapkan resolusi baru terhadap Suriah, sehingga ia menilai mungkin saja hasil pemungutan suara terhadap resolusi itu mungkin dapat berbeda jika dilakukan beberapa hari kemudian. Lavrov dan Kepala Dinas Intelijen Luar Negeri Rusia, Mikhail Fradkov, dijadwalkan berkunjung ke Suriah guna bertemu dengan Presiden Al Assad hari ini atas instruksi Presiden Rusia, Dmitry Medvedev. Rusia, yang merupakan salah satu pendukung Assad selama pergolakan menentang rezimnya, sebelumnya telah memberi isyarat akan memveto rancangan resolusi untuk memaksa Assad mundur dan memberikan sejumlah langkah yang tentu akan ditolaknya. Moskow telah mengajukan rancangannya sendiri, yang dikritik Barat karena dianggap "terlalu lunak". Rusia memasok persenjataan kepada Suriah, namun Lavrov pada Sabtu membantah bila pasokan tersebut dapat berakibat terhadap perimbangan kekuatan di Timur Tengah. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012