Kepala Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Kabupaten Lamongan Nurul Mukminin menyatakan inovasi hortikultura buah melon yang dibudidayakan melalui sistem green house oleh para petani muda telah mampu memacu perekonomian warga setempat.
"Saat ini budidaya melon dengan sistem green house menjadi sektor unggulan pertama di Lamongan. Sebuah inovasi pertanian modern yang dijalankan oleh petani muda," katanya di Lamongan, Jawa Timur, Minggu.
Nurul menjelaskan potensi ekonomi dari budidaya melon ini berkembang sangat signifikan sepanjang tiga tahun terahir terutama di beberapa kecamatan yang berhasil memproduksi dalam jumlah banyak.
Beberapa kecamatan tersebut seperti Kecamatan Mantup, Ngimbang, Sukodadi, Karanggeneng, Brondong, Solokuro, Sugio dan sekitarnya.
Baca juga: Bupati Lamongan serahkan 10.052 sertifikat PTSL
Bahkan seperti melon yang dikembangkan di Kecamatan Mantup melalui sistem green house telah mampu masuk ke pasar luar kota hingga bekerja sama dengan bekerjasama dengan perusahaan Sunpride dan toko ritel Alfamidi serta Alfamart.
Melihat potensi besar tersebut, Pemkab Lamongan pun memberikan pendampingan dengan pelatih langsung dari pengusaha yang bekerja sama dengan Pemprov Jatim sekaligus memfasilitasi akses permodalan.
Pemilik green house di Kecamatan Mantup yakni Arief Farm Akhmad Arief Susanto menjelaskan dirinya telah mengembangkan budidaya melon tiga varietas yakni Melon Golden Alisha, Golden Emerald/Inthanon dan Melon Fujisawa.
Ia mengaku sedang mengelola dan mengembangkan 23 green house bersama mitra dengan setiap satu green house yang berukuran 500 meter persegi dapat memproduksi 1,8 ton buah melon dengan total 1.000 bibit.
Baca juga: Pemkab Lamongan sebut produksi ikan tangkap capai 33 ribu ton
Saat ini ia juga menjalin kerja sama dengan perusahaan Sunpride untuk memenuhi target kebutuhan pasar karena produktivitas melon green house yang dikelolanya mencapai 4 ton dalam masa panen satu kali per bulan.
Dari total 23 green house yang dimiliki, Arif dapat memanen satu minggu sekali dengan keuntungan mencapai Rp27 juta per satu green house dengan biaya produksinya hanya Rp7 juta yaitu untuk benih, pupuk, pestisida, dan upah pekerja.
"Saya mengambil dari mitra-mitra saya Rp18.000 per kilogram, jika dikalikan dengan produktivitas satu green house sebanyak 1.500 kilogram maka saya sudah dapat keuntungan Rp27 juga,” ujarnya.
Arief mengatakan budidaya melon dengan sistem green house memiliki proses tanam memakai polybag, foyld, dan NFT serta didukung oleh sistem irigasi tetes sehingga mudah dikontrol menghasilkan produk berkualitas.
“Keunggulan dari sistem ini yaitu minim risiko untuk terserang hama dan jamur,” kata Arief.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Saat ini budidaya melon dengan sistem green house menjadi sektor unggulan pertama di Lamongan. Sebuah inovasi pertanian modern yang dijalankan oleh petani muda," katanya di Lamongan, Jawa Timur, Minggu.
Nurul menjelaskan potensi ekonomi dari budidaya melon ini berkembang sangat signifikan sepanjang tiga tahun terahir terutama di beberapa kecamatan yang berhasil memproduksi dalam jumlah banyak.
Beberapa kecamatan tersebut seperti Kecamatan Mantup, Ngimbang, Sukodadi, Karanggeneng, Brondong, Solokuro, Sugio dan sekitarnya.
Baca juga: Bupati Lamongan serahkan 10.052 sertifikat PTSL
Bahkan seperti melon yang dikembangkan di Kecamatan Mantup melalui sistem green house telah mampu masuk ke pasar luar kota hingga bekerja sama dengan bekerjasama dengan perusahaan Sunpride dan toko ritel Alfamidi serta Alfamart.
Melihat potensi besar tersebut, Pemkab Lamongan pun memberikan pendampingan dengan pelatih langsung dari pengusaha yang bekerja sama dengan Pemprov Jatim sekaligus memfasilitasi akses permodalan.
Pemilik green house di Kecamatan Mantup yakni Arief Farm Akhmad Arief Susanto menjelaskan dirinya telah mengembangkan budidaya melon tiga varietas yakni Melon Golden Alisha, Golden Emerald/Inthanon dan Melon Fujisawa.
Ia mengaku sedang mengelola dan mengembangkan 23 green house bersama mitra dengan setiap satu green house yang berukuran 500 meter persegi dapat memproduksi 1,8 ton buah melon dengan total 1.000 bibit.
Baca juga: Pemkab Lamongan sebut produksi ikan tangkap capai 33 ribu ton
Saat ini ia juga menjalin kerja sama dengan perusahaan Sunpride untuk memenuhi target kebutuhan pasar karena produktivitas melon green house yang dikelolanya mencapai 4 ton dalam masa panen satu kali per bulan.
Dari total 23 green house yang dimiliki, Arif dapat memanen satu minggu sekali dengan keuntungan mencapai Rp27 juta per satu green house dengan biaya produksinya hanya Rp7 juta yaitu untuk benih, pupuk, pestisida, dan upah pekerja.
"Saya mengambil dari mitra-mitra saya Rp18.000 per kilogram, jika dikalikan dengan produktivitas satu green house sebanyak 1.500 kilogram maka saya sudah dapat keuntungan Rp27 juga,” ujarnya.
Arief mengatakan budidaya melon dengan sistem green house memiliki proses tanam memakai polybag, foyld, dan NFT serta didukung oleh sistem irigasi tetes sehingga mudah dikontrol menghasilkan produk berkualitas.
“Keunggulan dari sistem ini yaitu minim risiko untuk terserang hama dan jamur,” kata Arief.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024