Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sampang Candra Romadhani menyatakan sebanyak 102 desa di wilayah itu dilanda kekeringan dan kekurangan air bersih pada musim kemarau tahun ini.
"Jumlah desa yang mengalami kekeringan ini berdasarkan hasil pendataan terbaru yang kami lakukan, serta berdasarkan laporan dari masing-masing kepala desa yang terdampak kekeringan dan kekurangan air bersih," katanya di Sampang, Jawa Timur, Rabu.
Ia menyebutkan, sebanyak 102 desa yang mengalami kekeringan itu, terdiri atas 81 desa mengalami kering kritis, 6 desa mengalami kering langka, dan 15 desa mengalami kering langka terbatas.
Kering kritis terjadi karena pemenuhan air di dusun mencapai 10 liter lebih per orang per hari. Jarak yang ditempuh masyarakat untuk mendapatkan air bersih sejauh 3 kilometer bahkan lebih.
Baca juga: BPBD Ponorogo antisipasi potensi perluasan area terdampak kekeringan
Kering langka terjadi apabila kebutuhan air di dusun itu di bawah 10 liter per orang per hari, dan jarak tempuh dari rumah warga ke sumber mata air terdekat sekitar 0,5 kilometer hingga 3 kilometer.
Sedangkan yang dimaksud dengan kering langka terbatas apabila jarak antara permukiman dan sumber air mencapai kurang dari tiga kilometer.
"Kami telah melaporkan data ini ke Bupati Sampang dan telah berkoordinasi dengan instansi atau dinas terkait untuk penyaluran bantuan," katanya.
Chandra menjelaskan, jumlah desa yang mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih pada musim kemarau kali ini bertambah dibanding tahun 2023.
Pada 2023 jumlah desa yang mengalami kekeringan sebanyak 92 desa.
Baca juga: Pemkab Pamekasan kerahkan delapan tangki untuk bantu kekeringan
"Dengan demikian, desa terdampak kekeringan di Kabupaten Sampang pada musim kemarau kali ini bertambah sebanyak 10 desa," katanya.
Sementara, jumlah desa yang masuk kategori kering kritis pada musim kemarau kali ini tersebar di 10 kecamatan.
Ia menyebutkan 102 desa itu tersebar di Kecamatan Kedungdung sebanyak 15 desa, Sreseh 12 desa, Tambelangan 10 desa, Sokobanah 9 desa, Robatal 9 desa, Sampang 7 desa, Karang Penang 7 desa, Pangarengan 6 desa, Torjun 4 desa, dan Banyautes 2 desa.
Candra mengatakan, selain berkoordinasi dengan instansi atau dinas terkait di lingkungan Pemkab Sampang, pihaknya juga berkoordinasi dengan sejumlah perusahaan swasta di Kabupaten Sampang.
Menurut dia, koordinasi dengan perusahaan swasta itu agar mereka juga ikut peduli terhadap kondisi bencana kekeringan yang sedang melanda ratusan desa di Kabupaten Sampang tersebut.
Baca juga: BPBD Malang siapkan seratusan tandon antisipasi potensi kekeringan
"Ini merupakan bagian dari program pentahelix yang kami canangkan. Sebab, penanganan bencana ini tidak bisa hanya dilakukan pemerintah, tetapi juga perlu keterlibatan semua pihak," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Jumlah desa yang mengalami kekeringan ini berdasarkan hasil pendataan terbaru yang kami lakukan, serta berdasarkan laporan dari masing-masing kepala desa yang terdampak kekeringan dan kekurangan air bersih," katanya di Sampang, Jawa Timur, Rabu.
Ia menyebutkan, sebanyak 102 desa yang mengalami kekeringan itu, terdiri atas 81 desa mengalami kering kritis, 6 desa mengalami kering langka, dan 15 desa mengalami kering langka terbatas.
Kering kritis terjadi karena pemenuhan air di dusun mencapai 10 liter lebih per orang per hari. Jarak yang ditempuh masyarakat untuk mendapatkan air bersih sejauh 3 kilometer bahkan lebih.
Baca juga: BPBD Ponorogo antisipasi potensi perluasan area terdampak kekeringan
Kering langka terjadi apabila kebutuhan air di dusun itu di bawah 10 liter per orang per hari, dan jarak tempuh dari rumah warga ke sumber mata air terdekat sekitar 0,5 kilometer hingga 3 kilometer.
Sedangkan yang dimaksud dengan kering langka terbatas apabila jarak antara permukiman dan sumber air mencapai kurang dari tiga kilometer.
"Kami telah melaporkan data ini ke Bupati Sampang dan telah berkoordinasi dengan instansi atau dinas terkait untuk penyaluran bantuan," katanya.
Chandra menjelaskan, jumlah desa yang mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih pada musim kemarau kali ini bertambah dibanding tahun 2023.
Pada 2023 jumlah desa yang mengalami kekeringan sebanyak 92 desa.
Baca juga: Pemkab Pamekasan kerahkan delapan tangki untuk bantu kekeringan
"Dengan demikian, desa terdampak kekeringan di Kabupaten Sampang pada musim kemarau kali ini bertambah sebanyak 10 desa," katanya.
Sementara, jumlah desa yang masuk kategori kering kritis pada musim kemarau kali ini tersebar di 10 kecamatan.
Ia menyebutkan 102 desa itu tersebar di Kecamatan Kedungdung sebanyak 15 desa, Sreseh 12 desa, Tambelangan 10 desa, Sokobanah 9 desa, Robatal 9 desa, Sampang 7 desa, Karang Penang 7 desa, Pangarengan 6 desa, Torjun 4 desa, dan Banyautes 2 desa.
Candra mengatakan, selain berkoordinasi dengan instansi atau dinas terkait di lingkungan Pemkab Sampang, pihaknya juga berkoordinasi dengan sejumlah perusahaan swasta di Kabupaten Sampang.
Menurut dia, koordinasi dengan perusahaan swasta itu agar mereka juga ikut peduli terhadap kondisi bencana kekeringan yang sedang melanda ratusan desa di Kabupaten Sampang tersebut.
Baca juga: BPBD Malang siapkan seratusan tandon antisipasi potensi kekeringan
"Ini merupakan bagian dari program pentahelix yang kami canangkan. Sebab, penanganan bencana ini tidak bisa hanya dilakukan pemerintah, tetapi juga perlu keterlibatan semua pihak," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024