Pemerintah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur memberikan semangat kepada Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) setempat untuk terus bekerja bersama-sama menekan angka kasus gangguan pertumbuhan pada anak.

Wakil Bupati Situbondo Nyai Khoirani di Situbondo, Senin, mengapresiasi kinerja TPPS tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa karena dinilai berhasil menekan angka stunting hingga 4,1 persen pada 2023.

"Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) pada tahun 2022 angka prevalensi stunting mencapai 30,9 persen, dan pada 2023 turun menjadi 4,1 persen. Ini merupakan keberhasilan kita semua," katanya.

Baca juga: Petani dorong Pemkab Situbondo bangun pasar bawang

Ia menyampaikan atas keberhasilan penurunan angka stunting sehingga Pemkab Situbondo menerima penghargaan dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Republik Indonesia.

"Patut kami syukuri bersama karena penghargaan tersebut diberikan karena penurunan prevalensi stunting di Situbondo sangat bagus," katanya.

Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Situbondo telah menyelenggarakan desiminasi audit kasus stunting sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan audit kasus stunting pada 2023.

"Desiminasi ini akan dirumuskan tindak lanjut permasalahan-permasalahan pada saat audit kasus stunting, nantinya semua OPD terkait bisa melaksanakan program kegiatannya sesuai dengan audit kasus stunting," kata Kepala Dinas P3AP2KB Kabupaten Situbondo Imam Darmaji.

Ia mengemukakan beberapa penyebab munculnya kasus sunting, salah satunya ibu hamil kekurangan energi kronis, sehingga ada kemungkinan bayi yang dilahirkan mengalami stunting.

"Oleh karena itu ketika diketahui permasalahannya kami memberikan rekomendasi kepada OPD terkait, seperti Dinas Kesehatan melalui rumah sakit nanti bisa melakukan apa untuk pelayanan dokter spesialis kandungan, sehingga nanti diharapkan bayinya tindak stunting," katanya.

Ia mengatakan kasus sunting yang masih banyak ditemukan di daerah perkotaan hingga saat ini masih dilakukan penelitian.

"Kira-kira apa penyebabnya, dan untuk daerah pedesaan ini kasus sunting cenderung menurun," kata dia.

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Taufik


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024