Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) bersama romo dukun dan tokoh masyarakat Tengger sepakat mengembalikan penyebutan tiga lokasi wisata di kawasan tersebut ke nama aslinya sebagai upaya pelestarian budaya lokal.

Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS Septi Eka Wardhani di Kota Malang, Jawa Timur, Sabtu, menyatakan lokasi wisata yang dimaksud, yakni Bukit Teletubies, Bukit Cinta, dan Bukit Kingkong.

"Bukit Teletubies dikembalikan menjadi Lembah Watangan karena berdasarkan sejarahnya lokasi itu merupakan dataran rendah yang pada seribu tahun yang lalu ditumbuhi pepohonan vegetasi asli Tengger," kata Septi.

Pepohonan di sana, ucap dia awalnya dalam kondisi sangat terjaga hingga akhirnya roboh dengan sendirinya, seiring berjalannya waktu.

"Banyaknya pohon watang yang roboh di lokasi tersebut, maka dinamakan Lembah Watangan," ujarnya.

Kemudian untuk Bukti Cinta, Septi menyatakan lokasi tersebut dikembali sesuai nama aslinya, yakni Lemah Pasar. 

"Lemah Pasar yang nama aslinya adalah Pasar Agung yang merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan upacara," ucapnya.

Septi menyatakan untuk Bukit Kingkong memiliki nama asli Bukit Kedaluh yang berasal dari dua kata bahasa Sansekerta, yaitu Kada dan Luh

"Kada artinya merindukan dan Luh artinya pemberi hujan atau Dewa Indra. Oleh karena itu Kadaluh artinya merindukan pemberi hujan dengan harapan kesuburan untuk wilayah Tengger," 

Septi menjelaskan deklarasi pengembalian penamaan tiga lokasi wisata di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dilakukan setelah upacara peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-79 tahun Republik Indonesia, di Laut Pasir Bromo.

"Ditandai dengan pembacaan deklarasi oleh Kartono dan penandatanganan Deklarasi oleh Plt Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, romo dukun Tengger, tokoh masyarakat Tengger, serta seluruh pejabat administrator," kata dia.

Selain itu, TNBTS bersama pihak terkait juga meresmikan signage atau papan tanda yang telah diganti menggunakan nama lokal, yaitu pada lokasi Lembah Watangan.

Dia berharap upaya pelestarian budaya ini didukung upaya dari banyak pihak dengan melakukan sosialisasi tiga lokasi itu sesuai dengan nama aslinya.

"Mulai dari instansi pemerintah sampai wisatawan turut mempublikasikan nama lokal tersebut," tuturnya.

Pewarta: Ananto Pradana

Editor : Vicki Febrianto


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024