Kediri - Gubernur Jawa Timur Soekarwo melakukan takziah ke Pondok Pesantren Salafiyah Al Mahrusiyah di Lirboyo, Kota Kediri, Jawa Timur, Senin, untuk menyampaikan duka cinta atas wafatnya pengasuh pondok setempat, KH Imam Yahya Mahrus, Sabtu (14/1) malam. "Saya secara pribadi sangat dekat dengan beliau. Setiap kali datang ke Lirboyo, saya selalu silaturrahim kepada almarhum," katanya ketika dikonfirmasi tentang sosok kenangannya kepada almarhum. Ia mengatakan, almarhum KH Imam Yahya adalah sosok yang sangat baik. Almarhum juga memberikan kontribusi besar tentang berbagai masalah serius di negeri ini, khususnya Jawa Timur. "Beliau mengajarkan bahwa hidup itu harus berbasis pada agama. Ketika menghadapi sesuatu yang serius, bukan hanya masalah spiritual yang diutamakan, tetapi moralitas juga harus kuat," ucapnya. Ia juga menilai, almarhum adalah sosok yang sangat egaliter. Almarhum juga tidak pernah membeda-bedakan dengan siapapun. Dengan kontribusi sebagai ulama, almarhum ikut menjadikan Jatim aman. Dalam kunjungan tersebut, selain Gubernur Jatim, juga ikut Wakil Gubernur Jatim, Saifullah Yusuf, dan sejumlah pejabat dari provinsi lainnya. Mereka datang dan langsung ke rumah duka. Sekitar 30 menit di rumah duka, rombongan pun mengunjungi makam almarhum di Kelurahan Ngampel, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Hingga kini, para pentakziah masih banyak yang berdatangan ke rumah duka. Salah satunya adalah Habib Muh Yusuf al Atoz, seorang ulama asal Yaman. Sementara itu, Reza Ahmad Zahid, salah seorang putra almarhum KH Imam Yahya Mahrus mengatakan, keluarga menggelar tahlil dan doa bersama untuk almarhum. Untuk para santri, dilakukan setiap selesai Shalat Asar. "Rencananya, kami agendakan kegiatan tahlil dan doa bersama sampai 40 hari, namun kalau diizinkan nanti sampai 100 harinya beliau. Kegiatan juga melibatkan para santri dan warga sekitar," katanya. Ia mengaku, masih kaget dengan wafatnya ayahanda, KH Imam Yahya. Keluarga juga masih sempat bersenda gurau dengannya, saat di rumah sakit. Bahkan, secara fisik juga nampak sehat, walaupun sakitnya memang sudah parah. "Beliau sehat secara fisik. Namun, satu jam sebelumnya, ia memegang perutnya, karena memang sakit beliau sudah menyebar. Beliau bisa lebih tenang, setelah dokter datang memberinya obat," katanya. Ia juga ingat, saat terakhir, ayahandanya itu meminta bantal untuk tidur. Namun, sesaat setelah batuk, ternyata meninggal dunia. "Beliau berpesan, agar kami meneruskan perjuangan. Di Ngampel juga masih akan dibuat pondok, terlebih lagi santri juga sudah menyebar ke seluruh Indonesia," katanya mengingat wasiat terakhir ayahandanya. Menyinggung tentang kondisi ibunda, Nyai Zakiyah yang sempat kaget, Gus Reza (panggilan akrab Reza Ahmad Zahid) sudah lebih baik. Bahkan, saat wafat ayahandanya, ibundanya sempat memberi arahan agar jenazah segera dirawat, serta untuk memenuhi kebutuhan para tamu. Ia berharap ayahandanya tenang dan semua dosanya diampuni. Tentang yayasan, yaitu kampus Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Tribakti Kediri, Gus Reza mengatakan masih dibicarakan dengan keluarga untuk tindak lanjutnya. Saat ini, masih konsentrasi acara kirim doa dan tahlil. Pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, KH Imam Yahya Mahrus wafat setelah sempat dirawat di Graha Amerta, yang merupakan unit khusus di RSU dr Soetomo Surabaya, Sabtu (14/1) malam, sekitar pukul 20.30 WIB, akibat sakit yang dideritanya. Ia dimakamkan di Kelurahan Ngampel, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, sesuai dengan wasiatnya. Kondisi kesehatan dari Rektor Kampus IAIT Kota Kediri itu memang memburuk sejak satu tahun terakhir dengan sering masuk dan keluar rumah sakit. Ia menderita komplikasi penyakit di antaranya tumor paru, diabetes, dan paru-paru basah. KH Imam Yahya meninggalkan seorang istri bernama Nyai Zakiyah serta enam orang anak. Selang sepuluh hari sebelumnya, di Graha Amerta RSUD dr Soetomo Surabaya juga sempat dirawat almarhum Ketua PW LP Ma'arif NU Jatim Dr HA Saerozy yang akhirnya meninggal dunia pada awal Januari 2012 akibat tumor usus. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012