Bukan DPR namanya, kalau hari-hari dilalui tanpa keributan dan keruwetan. Silang sengkarut, cekcok, adu mulut, menjadi wajah rutin parlemen kita. Terakhir, kita semua dipertontonkan dengan episode renovasi ruang Badan Anggaran (Banggar) senilai Rp20 miliar. Kalau tiba-tiba kita mendapatkan pertanyaan : Masih adakah anggota DPR yang memperjuangkan nasib rakyat? Rasanya tidak butuh waktu lama untuk menjawabnya. Alih-alih memperjuangkan kepentingan rakyat kecil, mereka malah berlomba mempersolek diri dengan melakukan berbagai renovasi gedung yang dirasa belum perlu. Masa reses yang biasanya diisi dengan kegiatan mengunjungi konstituen di daerah pemilihan para anggota Dewan, menjadi tak ada artinya dan hanya sekadar formalitas, karena sekembalinya para wakil rakyat itu ke Senayan, tidak ada perubahan pembangunan signifikan di daerahnya. Lihat saja, berapa banyak sekolah reyot yang tak kunjung diperbaiki, meski telah dikunjungi berulang kali. Tapi untuk keperluan para anggota DPR yang terhormat itu, seolah tanpa dosa mereka memperbaiki fasilitas semaunya sendiri. Mempercantik ruangan yang luasnya tidak lebih dari 200 M2 dengan menggerus dana Rp20 miliar, tidak salah kalau kemudian membuat rakyat marah. Begitu tahu rakyat bereaksi, Ketua DPR RI Marzuki Alie yang juga Ketua Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR, seolah pasang badan dengan memberikan peringatan keras kepada Sekjen DPR RI Nining Indra Saleh yang dianggap bertanggung jawab terhadap kegiatan renovasi ruangan tersebut. Terasa aneh, seorang Marzuki Alie yang seharusnya mengetahui seluk beluk rumah tangga DPR, membantah tidak diberi tahu oleh Nining perihal renovasi ruang Banggar tersebut. Seperti biasa, Marzuki Alie yang dikenal “ngeyel” mengaku bahwa jabatan Ketua BURT yang melekat pada dirinya bersifat “ex officio”, artinya jabatan otomatis yang disandangnya sebagai Ketua DPR RI. Ia pun tetap ngotot, dengan jabatan ex officio itu, ia merasa tidak harus selalu mengetahui kegiatan di BURT. Orang bodoh pun tahu, Marzuki hanya mau jabatan dengan segala fasilitasnya, tapi enggan mempertanggungjawabkan kinerjanya di BURT. Ia lupa, tanggung jawab itu melekat kepada dirinya selaku ketua dan tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Rekan-rekan se-partai Marzuki pun bingung atas pernyataannya yang bersikukuh tidak mengetahui ihwal renovasi ruangan Banggar. Mana mungkin Kesekretariatan Jenderal DPR RI berjalan sendiri tanpa mengajukan usul kepada BURT, sesuai prosedur. Pernyataan kontroversial Marzuki Alie tersebut, menambah panjang sikap arogansi Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat ini. Agar tidak mengurangi simpati masyarakat kepada partai ini dan untuk menjaga citra, rasanya hanya Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang bisa menghentikan tingkah polah Marzuki Alie. Kita semua masih ingat pernyataan Presiden SBY, bahwa tahun 2012 masih akan diwarnai oleh kegaduhan politik. Bapak benar. Sumber kegaduhan itu ada di DPR RI yang diketuai oleh kader Bapak sendiri. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012