Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mendorong industri dalam negeri untuk memanfaatkan hasil produksi Smelter PTFI yang ada di Gresik, Jawa Timur, termasuk katoda tembaga.
“Yang perlu dicatat adalah PR kita bersama untuk agar (industri) dalam negeri bisa mengonsumsi (menggunakan) hasil katoda tembaga dari kita yang diproduksi di sini,” katanya saat ditemui di Gresik, Jawa Timur, Rabu.
Tony menuturkan, dari sekitar 350 ribu ton sampai 400 ribu ton konsentrat tembaga yang dimurnikan selama Agustus sampai Desember 2024 oleh PT Smelting menjadi katoda tembaga diperkirakan hanya akan terserap oleh industri dalam negeri sebanyak 175 ribu ton.
Oleh sebab itu, ia berharap nantinya akan ada industri yang lebih hilir lagi yang muncul untuk memanfaatkan katoda tembaga yang dihasilkan oleh Smelter PTFI.
Produk akhir utama Smelter PTFI berupa katoda tembaga, emas dan perak batangan sedangkan produk sampingnya berupa asam sulfat, slag, PGM, dan selenium.
Rencananya Smelter milik PTFI di Gresik ini akan mulai memproduksi katoda tembaga pada Agustus meski sudah beroperasi sejak Juni 2024.
Tony menjelaskan istilah beroperasi memiliki arti peralatan sudah berfungsi, terkoneksi, dan dalam kontrol karena untuk menghasilkan katoda tembaga membutuhkan proses lanjutan yaitu proses heating up the furnace atau memanaskan tungku.
Suhu harus mencapai 1.300 sampai 1.400 derajat untuk mengelola konsentrat tembaga sedangkan saat ini pemanasan sudah pada suhu 700 derajat dan akan distabilisasi pada suhu 800 derajat dalam jangka waktu tertentu.
“Dan ketika semua siap, terkonfirmasi, berfungsi, dan aman kemudian kita masukkan konsentratnya nah di situ kita mulai tahapan produksi,” ujar Tony.
Secara garis besar terdapat tiga proses yang harus dilalui konsentrat sebelum menjadi lembaran katoda tembaga, yakni proses material handling konsentrat, proses peleburan di Furnace, dan pemurnian di Electrorefinery.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
“Yang perlu dicatat adalah PR kita bersama untuk agar (industri) dalam negeri bisa mengonsumsi (menggunakan) hasil katoda tembaga dari kita yang diproduksi di sini,” katanya saat ditemui di Gresik, Jawa Timur, Rabu.
Tony menuturkan, dari sekitar 350 ribu ton sampai 400 ribu ton konsentrat tembaga yang dimurnikan selama Agustus sampai Desember 2024 oleh PT Smelting menjadi katoda tembaga diperkirakan hanya akan terserap oleh industri dalam negeri sebanyak 175 ribu ton.
Oleh sebab itu, ia berharap nantinya akan ada industri yang lebih hilir lagi yang muncul untuk memanfaatkan katoda tembaga yang dihasilkan oleh Smelter PTFI.
Produk akhir utama Smelter PTFI berupa katoda tembaga, emas dan perak batangan sedangkan produk sampingnya berupa asam sulfat, slag, PGM, dan selenium.
Rencananya Smelter milik PTFI di Gresik ini akan mulai memproduksi katoda tembaga pada Agustus meski sudah beroperasi sejak Juni 2024.
Tony menjelaskan istilah beroperasi memiliki arti peralatan sudah berfungsi, terkoneksi, dan dalam kontrol karena untuk menghasilkan katoda tembaga membutuhkan proses lanjutan yaitu proses heating up the furnace atau memanaskan tungku.
Suhu harus mencapai 1.300 sampai 1.400 derajat untuk mengelola konsentrat tembaga sedangkan saat ini pemanasan sudah pada suhu 700 derajat dan akan distabilisasi pada suhu 800 derajat dalam jangka waktu tertentu.
“Dan ketika semua siap, terkonfirmasi, berfungsi, dan aman kemudian kita masukkan konsentratnya nah di situ kita mulai tahapan produksi,” ujar Tony.
Secara garis besar terdapat tiga proses yang harus dilalui konsentrat sebelum menjadi lembaran katoda tembaga, yakni proses material handling konsentrat, proses peleburan di Furnace, dan pemurnian di Electrorefinery.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024