Setelah bek tengah Merih Demiral dilarang memainkan dua pertandingan Euro 2024 akibat selebrasi pro kelompok radikal ekstremis, pertemuan Turki dengan Belanda dalam perempat final Euro 2024 di Stadion Olimpiade, Berlin, Minggu dini hari pukul 02.00 WIB, akan menjadi laga yang paling kuat aroma politiknya.
Demiral mencetak dua gol ke gawang Austria yang mengantarkan Turki tidak saja menang 2-1 tapi juga melenggang ke perempat final Euro 2024 yang merupakan perempat final kedua Turki dalam Piala Eropa setelah Euro 2008.
Tapi pada gol keduanya Demiral membuat selebrasi dengan gestur yang dikaitkan dengan kelompok ekstremis Grey Wolves yang dilarang di Austria dan Prancis. Kelompok ini menganjurkan kekerasan terhadap aktivis sayap kiri dan etnik minoritas pada 1980-an.
Baca juga: Piala Eropa 2024: Inggris vs Swiss, tim yang menguji Three Lions
UEFA menghukum Demiral karena bek tengah ini telah menyalahi aturan mendasar untuk tidak memanfaatkan arena olahraga sebagai tempat manifesto politik.
Masyarakat sepak bola dan para pemimpin Turki, termasuk Presiden Recep Tayyip Erdogan, menyayangkan keputusan UEFA itu.
Namun, yang paling menderita adalah pelatih Vincenzo Montella karena harus menata ulang tim justru ketika mesti menghadapi Oranye yang tengah naik kepercayaan dirinya setelah menghabisi Rumania 3-0 dalam babak 16 besar.
Turki agak pincang tanpa Demirel, apalagi Montella juga tanpa Orkun Kokcu dan Ismail Yuksek karena terkena larangan bermain akibat akumulasi kartu.
Sebaliknya, Ronald Koeman tak memiliki hambatan untuk menjalani laga yang bisa mengantarkan Belanda ke semifinal Piala Eropa keenam kalinya yang terakhir kali mereka capai 20 tahun lalu dalam Euro 2004.
Walaupun laga ini bukan pertandingan klasik, pertemuan dua tim yang berselisih peringkat FIFA sangat jauh ini tetap menjanjikan pertarungan terbuka karena baik Montella maupun Koeman adalah dua penganut sepak bola menyerang.
Turki yang berperingkat 42 atau terendah di antara delapan tim yang masuk perempat final Euro 2024, sudah 14 kali bertemu dengan Belanda yang berperingkat 7.
Turki menang empat kali, tapi kalah enam kali, sedangkan sisanya berakhir seri. Kabar baik bagi Turki, semua pertemuan itu tak pernah terjadi dalam Piala Eropa dan Piala Dunia.
Gakpo vs Guller
Pertemuan kedua tim terdahulu selalu menarik karena menjadi jaminan untuk hadirnya permainan menyerang yang menghasilkan banyak gol.
Dalam dua pertandingan terakhir antara kedua tim yang semuanya terjadi pada kualifikasi Piala Dunia 2022, total gol yang dibuat kedua tim adalah 13 gol. Turki menang 4-2 pada Maret 2021, tapi September tahun yang sama, Belanda membalas dengan 6-1.
Pertandingan di kandang klub Hertha Berlin di Liga Jerman itu mungkin bisa diwarnai hujan gol seperti dua pertemuan pada 2021 itu, sebagian karena kedua itu memiliki sejumlah bomber muda yang berbahaya di depan gawang, khususnya Cody Gakpo di Belanda, dan Arda Guller di Turki.
Berada di bawah bayang-bayang Mohamed Salah di Liverpool, Gakpo berkilau selama Euro 2024 karena menjadi ancaman konstan untuk sayap kanan lawan-lawan Belanda.
Separuh dari 12 gol Gakpo untuk timnas Belanda, dia ciptakan dalam turnamen-turnamen besar sepak bola, termasuk tiga gol dalam Piala Dunia 2022.
Jika Gakpo mencetak gol kala melawan Turki, maka dia akan menyamai pendahulu-pendahulunya, Ruud van Nistelrooy dan Arjen Robben, mencetak tujuh gol dalam Piala Dunia dan atau Piala Eropa.
Arda Guller dalam skuad asuhan Vincenzo Montella tak kalah menarik.
Masih berusia 19 tahun tapi memiliki kematangan bak seorang pemain senior, Guller tampil tenang dan terampil sampai beberapa kali memberi jalan kepada rekan-rekannya untuk mencetak gol.
Dialah yang memberikan assist kepada Demiral untuk mencetak gol kedua ke gawang Austria yang berujung larangan UEFA itu.
Tetapi tentu saja ini bukan cuma pertarungan antara Gakpo dan Guller, tetapi juga tentang siapa yang paling bisa memaksimalkan kelengkapan kekuatan dalam semua departemen permainan di kedua tim.
Turki memang jauh di bawah Belanda dalam soal pengalaman, tapi Bintang Bulan Sabit pernah dua kali melewati babak ini, dalam Piala Dunia 2002 dan Piala Eropa 2008, sampai menjadi peringkat ketiga dalam Piala Dunia 2002.
Belanda harus siap dengan kejutan yang dihadirkan Turki, apalagi mereka memiliki tim muda nan enerjik yang bisa merusak segala rencana dan ekspektasi Oranye.
Masih ada Calhanoglu
Hasil meyakinkan kala menaklukkan Rumania membuat Ronald Koeman berat sekali mengubah sebelas pemain pertamanya.
Sebaliknya, dia akan menurunkan susunan starter sama dengan saat mengalahkan Rumania itu, termasuk Bart Verbruggen sebagai penjaga gawang dan Virgil van Dijk yang tetap di jantung pertahanan Oranye.
Tapi Koeman tak bisa menurunkan Steven Bergwijn yang cedera sewaktu melawan Rumania.
Jeremie Frimpong atau Donyell Malen berkesempatan sama dalam mengisi posisi Bergwijn, untuk memimpin serangan dari sayap kanan bersama bek kanan Denzel Dumfries.
Gakpo dan ujung tombak Memphis Depay mustahil dipinggirkan oleh Koeman. Sebaliknya, mereka akan dilengkapi kembali oleh kehadiran Xavi Simons dan Malen sebagai kuartet serang dalam formasi 4-2-3-1.
Tijjani Reijnders dan Jerdy Schouten menjadi jembatan antara lini belakang dan lini serang, yang akan bertarung dengan dua gelandang tengah Turki untuk mendominasi lapangan tengah.
Walau agak mandul, Depay berkesempatan menyamai total 50 gol yang dibuat Robin van Persie untuk timnas Belanda, apalagi jika Belanda lanjut ke dua babak terakhir Euro edisi Jerman ini.
Sementara itu, Montella dipaksa berpikir keras untuk menentukan bentuk permainan timnya karena tak bisa menurunkan tiga pemain kunci; Demiral, Orkun Kokcu dan Ismail Yuksek.
Untungnya, dia bisa diperkuat kembali kapten yang sangat berpengaruh bagi tim, Hakan Calhanoglu, setelah tak lagi menjalani hukuman larangan bermain akibat akumulasi kartu.
Untuk pengisi bolong pertahanan yang ditinggalkan Demiral, Montella bisa mengajak Samet Akaydin menjadi starter yang melindungi kiper Mert Gunok, yang menjadi jaminan paten untuk mentahnya serangan Belanda.
Sementara itu, walau rawan mendapatkan kartu kuning kedua, duo remaja 19 tahun, Kenan Yildiz dan Arda Guler, menjadi pilihan utama Montella di sepertiga akhir lapangan, sebagai pengapit Calhanoglu untuk membentuk trio pelapis Berat Yilmaz di ujung tombak serangan.
Okay Yokoslu dan Salih Ozcan menjadi poros ganda untuk pola bermain 4-2-3-1 yang dirangkul Turki.
Pemenang laga ini menghadapi Inggris atau Swiss dalam semifinal Kamis dini hari 11 Juli mendatang di Signal Iduna Park, Dortmund.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Demiral mencetak dua gol ke gawang Austria yang mengantarkan Turki tidak saja menang 2-1 tapi juga melenggang ke perempat final Euro 2024 yang merupakan perempat final kedua Turki dalam Piala Eropa setelah Euro 2008.
Tapi pada gol keduanya Demiral membuat selebrasi dengan gestur yang dikaitkan dengan kelompok ekstremis Grey Wolves yang dilarang di Austria dan Prancis. Kelompok ini menganjurkan kekerasan terhadap aktivis sayap kiri dan etnik minoritas pada 1980-an.
Baca juga: Piala Eropa 2024: Inggris vs Swiss, tim yang menguji Three Lions
UEFA menghukum Demiral karena bek tengah ini telah menyalahi aturan mendasar untuk tidak memanfaatkan arena olahraga sebagai tempat manifesto politik.
Masyarakat sepak bola dan para pemimpin Turki, termasuk Presiden Recep Tayyip Erdogan, menyayangkan keputusan UEFA itu.
Namun, yang paling menderita adalah pelatih Vincenzo Montella karena harus menata ulang tim justru ketika mesti menghadapi Oranye yang tengah naik kepercayaan dirinya setelah menghabisi Rumania 3-0 dalam babak 16 besar.
Turki agak pincang tanpa Demirel, apalagi Montella juga tanpa Orkun Kokcu dan Ismail Yuksek karena terkena larangan bermain akibat akumulasi kartu.
Sebaliknya, Ronald Koeman tak memiliki hambatan untuk menjalani laga yang bisa mengantarkan Belanda ke semifinal Piala Eropa keenam kalinya yang terakhir kali mereka capai 20 tahun lalu dalam Euro 2004.
Walaupun laga ini bukan pertandingan klasik, pertemuan dua tim yang berselisih peringkat FIFA sangat jauh ini tetap menjanjikan pertarungan terbuka karena baik Montella maupun Koeman adalah dua penganut sepak bola menyerang.
Turki yang berperingkat 42 atau terendah di antara delapan tim yang masuk perempat final Euro 2024, sudah 14 kali bertemu dengan Belanda yang berperingkat 7.
Turki menang empat kali, tapi kalah enam kali, sedangkan sisanya berakhir seri. Kabar baik bagi Turki, semua pertemuan itu tak pernah terjadi dalam Piala Eropa dan Piala Dunia.
Gakpo vs Guller
Pertemuan kedua tim terdahulu selalu menarik karena menjadi jaminan untuk hadirnya permainan menyerang yang menghasilkan banyak gol.
Dalam dua pertandingan terakhir antara kedua tim yang semuanya terjadi pada kualifikasi Piala Dunia 2022, total gol yang dibuat kedua tim adalah 13 gol. Turki menang 4-2 pada Maret 2021, tapi September tahun yang sama, Belanda membalas dengan 6-1.
Pertandingan di kandang klub Hertha Berlin di Liga Jerman itu mungkin bisa diwarnai hujan gol seperti dua pertemuan pada 2021 itu, sebagian karena kedua itu memiliki sejumlah bomber muda yang berbahaya di depan gawang, khususnya Cody Gakpo di Belanda, dan Arda Guller di Turki.
Berada di bawah bayang-bayang Mohamed Salah di Liverpool, Gakpo berkilau selama Euro 2024 karena menjadi ancaman konstan untuk sayap kanan lawan-lawan Belanda.
Separuh dari 12 gol Gakpo untuk timnas Belanda, dia ciptakan dalam turnamen-turnamen besar sepak bola, termasuk tiga gol dalam Piala Dunia 2022.
Jika Gakpo mencetak gol kala melawan Turki, maka dia akan menyamai pendahulu-pendahulunya, Ruud van Nistelrooy dan Arjen Robben, mencetak tujuh gol dalam Piala Dunia dan atau Piala Eropa.
Arda Guller dalam skuad asuhan Vincenzo Montella tak kalah menarik.
Masih berusia 19 tahun tapi memiliki kematangan bak seorang pemain senior, Guller tampil tenang dan terampil sampai beberapa kali memberi jalan kepada rekan-rekannya untuk mencetak gol.
Dialah yang memberikan assist kepada Demiral untuk mencetak gol kedua ke gawang Austria yang berujung larangan UEFA itu.
Tetapi tentu saja ini bukan cuma pertarungan antara Gakpo dan Guller, tetapi juga tentang siapa yang paling bisa memaksimalkan kelengkapan kekuatan dalam semua departemen permainan di kedua tim.
Turki memang jauh di bawah Belanda dalam soal pengalaman, tapi Bintang Bulan Sabit pernah dua kali melewati babak ini, dalam Piala Dunia 2002 dan Piala Eropa 2008, sampai menjadi peringkat ketiga dalam Piala Dunia 2002.
Belanda harus siap dengan kejutan yang dihadirkan Turki, apalagi mereka memiliki tim muda nan enerjik yang bisa merusak segala rencana dan ekspektasi Oranye.
Masih ada Calhanoglu
Hasil meyakinkan kala menaklukkan Rumania membuat Ronald Koeman berat sekali mengubah sebelas pemain pertamanya.
Sebaliknya, dia akan menurunkan susunan starter sama dengan saat mengalahkan Rumania itu, termasuk Bart Verbruggen sebagai penjaga gawang dan Virgil van Dijk yang tetap di jantung pertahanan Oranye.
Tapi Koeman tak bisa menurunkan Steven Bergwijn yang cedera sewaktu melawan Rumania.
Jeremie Frimpong atau Donyell Malen berkesempatan sama dalam mengisi posisi Bergwijn, untuk memimpin serangan dari sayap kanan bersama bek kanan Denzel Dumfries.
Gakpo dan ujung tombak Memphis Depay mustahil dipinggirkan oleh Koeman. Sebaliknya, mereka akan dilengkapi kembali oleh kehadiran Xavi Simons dan Malen sebagai kuartet serang dalam formasi 4-2-3-1.
Tijjani Reijnders dan Jerdy Schouten menjadi jembatan antara lini belakang dan lini serang, yang akan bertarung dengan dua gelandang tengah Turki untuk mendominasi lapangan tengah.
Walau agak mandul, Depay berkesempatan menyamai total 50 gol yang dibuat Robin van Persie untuk timnas Belanda, apalagi jika Belanda lanjut ke dua babak terakhir Euro edisi Jerman ini.
Sementara itu, Montella dipaksa berpikir keras untuk menentukan bentuk permainan timnya karena tak bisa menurunkan tiga pemain kunci; Demiral, Orkun Kokcu dan Ismail Yuksek.
Untungnya, dia bisa diperkuat kembali kapten yang sangat berpengaruh bagi tim, Hakan Calhanoglu, setelah tak lagi menjalani hukuman larangan bermain akibat akumulasi kartu.
Untuk pengisi bolong pertahanan yang ditinggalkan Demiral, Montella bisa mengajak Samet Akaydin menjadi starter yang melindungi kiper Mert Gunok, yang menjadi jaminan paten untuk mentahnya serangan Belanda.
Sementara itu, walau rawan mendapatkan kartu kuning kedua, duo remaja 19 tahun, Kenan Yildiz dan Arda Guler, menjadi pilihan utama Montella di sepertiga akhir lapangan, sebagai pengapit Calhanoglu untuk membentuk trio pelapis Berat Yilmaz di ujung tombak serangan.
Okay Yokoslu dan Salih Ozcan menjadi poros ganda untuk pola bermain 4-2-3-1 yang dirangkul Turki.
Pemenang laga ini menghadapi Inggris atau Swiss dalam semifinal Kamis dini hari 11 Juli mendatang di Signal Iduna Park, Dortmund.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024