Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Bojonegoro yang tergabung dalam Pusat Inkubasi Bisnis (PIB) Bojonegoro mendapatkan penghargaan emas dalam ajang Bina Mitra UMKM Award 2024, pada Sabtu, pekan lalu.
Manager PIB Bojonegoro, Siswanto menjelaskan, PIB Bojonegoro merupakan perkumpulan masyarakat yang bergerak di bidang pemberdayaan dan pengembangan UMKM. Perkumpulan ini diinisiasi Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) tahun 2016, bertujuan untuk menumbuhkembangkan pelaku wirausaha.
"Fokus kegiatan kami meliputi pelatihan, penelitian dan pengembangan jaringan usaha masyarakat, dengan slogan Sinaune Bisnis Wong Jonegoro," jelasnya Rabu.
Siswanto mengatakan, lembaga yang berlokasi di Desa Ringintunggal, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro ini memiliki fasilitas ruang pelatihan atau pertemuan, laboratorium, fasilitas praktek lahan pertanian, kumbung jamur, kolam ikan air tawar, alat pembuat pakan ternak, pupuk organik, ruang pamer produk dan konsultasi UMKM.
PIB Bojonegoro dikelola masyarakat di sekitar Lapangan Minyak Banyu Urip yang telah mendapatkan pembinaan dan pelatihan dari EMCL. Para pengelola kemudian melanjutkan keberlangsungan lembaga dengan menjalin kerjasama usaha.
"Selain mendampingi dan memberi pelatihan, kami juga mengupayakan akses pasar, membangun kerjasama dengan bisnis besar,” kata pemuda asal Desa Gayam itu.
Siswanto berharap kelak PIB Bojonegoro bisa menjadi rujukan setiap orang dalam konsep pengembangan UMKM. Tujuan terbesar dari kehadiran PIB, kata dia, adalah memberi kebermanfaatan kepada masyarakat. Menjadi bagian dari meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat.
"Kami yakin kebermanfaatan dan keberlanjutan upaya ini tidak akan berhenti di Bojonegoro, tapi akan melebar hingga daerah-daerah lain,” harap Siswanto penuh optimis.
Sementara itu perwakilan EMCL, Rifqi Romadhon menambahkan, ajang penghargaan untuk program pengembangan masyarakat ini diselenggarakan oleh Corporate Forum for CSR Development (CFCD), bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Koperasi dan UKM. Ratusan perusahaan diteliti dan diwawancara oleh tim CFCD dan juri independen untuk memastikan penilaian seobjektif mungkin.
"Pencapaian ini merupakan hasil kerja keras kita semua, sinergi dan kolaborasi yang terus menerus,” imbuh Rifqi.
PIB Bojonegoro, kata Rifqi, telah menunjukkan konsistensi dan dedikasinya dalam mendampingi UMKM. Sejak 2017, PIB Bojonegoro telah mendampingi ratusan UMKM, khususnya di wilayah operasi EMCL. Beberapa diantara UMKM tersebut kini telah tumbuh dan maju berkembang.
Misalnya UMKM rajut yang telah menjual lebih dari 25 ribu unit atau senilai lebih dari Rp600 juta. UMKM produsen beras yang kini mencapai omset 2 ton atau senilai hampir rata-rata Rp26 juta setiap bulannya. "Petani jamur, binaan PIB Bojonegoro juga sudah mampu menjual sekitar 4 ribu baglog setiap bulannya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Manager PIB Bojonegoro, Siswanto menjelaskan, PIB Bojonegoro merupakan perkumpulan masyarakat yang bergerak di bidang pemberdayaan dan pengembangan UMKM. Perkumpulan ini diinisiasi Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) tahun 2016, bertujuan untuk menumbuhkembangkan pelaku wirausaha.
"Fokus kegiatan kami meliputi pelatihan, penelitian dan pengembangan jaringan usaha masyarakat, dengan slogan Sinaune Bisnis Wong Jonegoro," jelasnya Rabu.
Siswanto mengatakan, lembaga yang berlokasi di Desa Ringintunggal, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro ini memiliki fasilitas ruang pelatihan atau pertemuan, laboratorium, fasilitas praktek lahan pertanian, kumbung jamur, kolam ikan air tawar, alat pembuat pakan ternak, pupuk organik, ruang pamer produk dan konsultasi UMKM.
PIB Bojonegoro dikelola masyarakat di sekitar Lapangan Minyak Banyu Urip yang telah mendapatkan pembinaan dan pelatihan dari EMCL. Para pengelola kemudian melanjutkan keberlangsungan lembaga dengan menjalin kerjasama usaha.
"Selain mendampingi dan memberi pelatihan, kami juga mengupayakan akses pasar, membangun kerjasama dengan bisnis besar,” kata pemuda asal Desa Gayam itu.
Siswanto berharap kelak PIB Bojonegoro bisa menjadi rujukan setiap orang dalam konsep pengembangan UMKM. Tujuan terbesar dari kehadiran PIB, kata dia, adalah memberi kebermanfaatan kepada masyarakat. Menjadi bagian dari meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat.
"Kami yakin kebermanfaatan dan keberlanjutan upaya ini tidak akan berhenti di Bojonegoro, tapi akan melebar hingga daerah-daerah lain,” harap Siswanto penuh optimis.
Sementara itu perwakilan EMCL, Rifqi Romadhon menambahkan, ajang penghargaan untuk program pengembangan masyarakat ini diselenggarakan oleh Corporate Forum for CSR Development (CFCD), bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Koperasi dan UKM. Ratusan perusahaan diteliti dan diwawancara oleh tim CFCD dan juri independen untuk memastikan penilaian seobjektif mungkin.
"Pencapaian ini merupakan hasil kerja keras kita semua, sinergi dan kolaborasi yang terus menerus,” imbuh Rifqi.
PIB Bojonegoro, kata Rifqi, telah menunjukkan konsistensi dan dedikasinya dalam mendampingi UMKM. Sejak 2017, PIB Bojonegoro telah mendampingi ratusan UMKM, khususnya di wilayah operasi EMCL. Beberapa diantara UMKM tersebut kini telah tumbuh dan maju berkembang.
Misalnya UMKM rajut yang telah menjual lebih dari 25 ribu unit atau senilai lebih dari Rp600 juta. UMKM produsen beras yang kini mencapai omset 2 ton atau senilai hampir rata-rata Rp26 juta setiap bulannya. "Petani jamur, binaan PIB Bojonegoro juga sudah mampu menjual sekitar 4 ribu baglog setiap bulannya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024