PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) memperluas pasar baru dengan perusahaan pelayaran global melalui penggunaan fasilitas Makassar New Port (MNP) untuk kegiatan bongkar muat peti kemas.
Terminal Head TPK New Makassar I Nyoman Sutrisna dalam keterangannya yang diterima di Surabaya, Rabu, mengatakan perusahaan pelayaran global yang tertarik yakni CMA-CGM dan Maersk Line, yang melakukan kunjungan lapangan ke MNP beberapa waktu lalu.
"CMA-CGM dan Maersk Line menyatakan tertarik untuk berkegiatan di MNP, saat ini sedang penjajakan pasar untuk melihat potensi muatan ekspor impor yang bisa mereka bawa dari Makassar,” ucapnya.
Pihaknya optimistis kedua perusahaan pelayaran tersebut akan berkegiatan di MNP karena fasilitas yang dimiliki sudah sangat mencukupi, salah satunya memiliki kedalaman alur dan kolam pelabuhan hingga minus 16 meter Low Water Springs (LWS).
"Dengan kedalaman tersebut memungkinkan kapal berukuran besar generasi post panamax yang biasa digunakan untuk direct call atau pelayaran langsung ke luar negeri dapat masuk ke MNP," katanya.
Selain itu, lanjutnya, juga ditunjang dengan enam unit quay container crane dengan total panjang dermaga mencapai 1.600 meter.
“Luas terminal mencapai 52 hektar dengan kapasitas peti kemas mencapai 2,5 juta per tahun,” tuturnya.
Nyoman menambahkan di area Makassar, PT Pelindo Terminal Petikemas mengelola dua terminal, yakni Terminal Petikemas Makassar atau Terminal 1 dan Makassar New Port atau Terminal 2.
"Jumlah arus peti kemas di kedua terminal tersebut pada tahun 2023 lalu mencapai 700.000 TEUS. Untuk tahun 2024 ini pihaknya menargetkan arus peti kemas sebanyak 715.000 TEUS," ujarnya.
Sementara itu, Ketua DPW Asosiasi Logistik & Forwarder Indonesia (ALFI) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) Syaifuddin Syahrudi mengatakan optimistis bahwa sejumlah komoditas di Sulawesi Selatan dapat bertumbuh hingga bisa memenuhi kebutuhan ekspor.
Oleh karenanya, Ipho, sapaan akrabnya, berharap keberadaan MNP dapat menjadikan Sulawesi Selatan sebagai hub Indonesia Timur untuk distribusi logistik.
"Harapannya ke depan MNP menjadi hub di Indonesia Timur, tidak perlu lagi ke Jawa (Jakarta dan Surabaya),” katanya.
Sehingga, kata dia, untuk mendukung MNP sebagai hub, perlu ada sentra ekonomi dan industri yang lebih masif.
"Sebab, dengan analisa pertumbuhan ekonomi dan penduduk di Sulawesi Selatan saat ini, sejumlah komoditi kebutuhan pokok masih mesti didatangkan dari Pulau Jawa," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Terminal Head TPK New Makassar I Nyoman Sutrisna dalam keterangannya yang diterima di Surabaya, Rabu, mengatakan perusahaan pelayaran global yang tertarik yakni CMA-CGM dan Maersk Line, yang melakukan kunjungan lapangan ke MNP beberapa waktu lalu.
"CMA-CGM dan Maersk Line menyatakan tertarik untuk berkegiatan di MNP, saat ini sedang penjajakan pasar untuk melihat potensi muatan ekspor impor yang bisa mereka bawa dari Makassar,” ucapnya.
Pihaknya optimistis kedua perusahaan pelayaran tersebut akan berkegiatan di MNP karena fasilitas yang dimiliki sudah sangat mencukupi, salah satunya memiliki kedalaman alur dan kolam pelabuhan hingga minus 16 meter Low Water Springs (LWS).
"Dengan kedalaman tersebut memungkinkan kapal berukuran besar generasi post panamax yang biasa digunakan untuk direct call atau pelayaran langsung ke luar negeri dapat masuk ke MNP," katanya.
Selain itu, lanjutnya, juga ditunjang dengan enam unit quay container crane dengan total panjang dermaga mencapai 1.600 meter.
“Luas terminal mencapai 52 hektar dengan kapasitas peti kemas mencapai 2,5 juta per tahun,” tuturnya.
Nyoman menambahkan di area Makassar, PT Pelindo Terminal Petikemas mengelola dua terminal, yakni Terminal Petikemas Makassar atau Terminal 1 dan Makassar New Port atau Terminal 2.
"Jumlah arus peti kemas di kedua terminal tersebut pada tahun 2023 lalu mencapai 700.000 TEUS. Untuk tahun 2024 ini pihaknya menargetkan arus peti kemas sebanyak 715.000 TEUS," ujarnya.
Sementara itu, Ketua DPW Asosiasi Logistik & Forwarder Indonesia (ALFI) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) Syaifuddin Syahrudi mengatakan optimistis bahwa sejumlah komoditas di Sulawesi Selatan dapat bertumbuh hingga bisa memenuhi kebutuhan ekspor.
Oleh karenanya, Ipho, sapaan akrabnya, berharap keberadaan MNP dapat menjadikan Sulawesi Selatan sebagai hub Indonesia Timur untuk distribusi logistik.
"Harapannya ke depan MNP menjadi hub di Indonesia Timur, tidak perlu lagi ke Jawa (Jakarta dan Surabaya),” katanya.
Sehingga, kata dia, untuk mendukung MNP sebagai hub, perlu ada sentra ekonomi dan industri yang lebih masif.
"Sebab, dengan analisa pertumbuhan ekonomi dan penduduk di Sulawesi Selatan saat ini, sejumlah komoditi kebutuhan pokok masih mesti didatangkan dari Pulau Jawa," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024