Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menilai dengan bertahannya surplus ekspor Indonesia selama 49 bulan berturut-turut, Jawa Timur sebagai kawasan industri besar harus terus meningkatkan sinergisitas antarpengusaha ekspor.
"Jatim harus sering, bukan sekali saja, karena kebanyakan industri itu mungkin 20 persen di Indonesia dari Jatim," katanya di sela kegiatan Forum Sinergitas Ekspor "Strategi Hilirisasi Industri dalam Meningkatkan Ekspor Bernilai Tambah", di Surabaya, Kamis.
Zulhas menjelaskan seperti halnya pabrik pemurnian tembaga (Smelter) PT Freeport Indonesia di Gresik yang sebentar lagi beroperasi.
"Apalagi nanti kalau Smelternya Freeport di Gresik misalnya sudah produksi maka nilai ekspor Indonesia akan semakin meningkat," ucapnya.
Kecanggihan teknologi diterapkan di Smelter, menurut Zulhas, akan menghasilkan hilirisasi nikel yang baik.
"Saya lihat Smelter itu canggih karena investasinya juga cukup besar, kalau tidak salah hampir 6 miliar dolar AS," tuturnya.
Produk yang dihasilkan oleh Smelter, kata dia, yakni konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi 1,7 juta ton dan menghasilkan katoda tembaga hingga 600.000 ton per tahun.
Produk utama Smelter adalah katoda tembaga, emas dan perak murni batangan serta PGM (Platinum Group Metal). Produk sampinganny antara lain asam sulfat, gipsum dan timbal.
Sementara itu, berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), lanjutnya, neraca perdagangan Indonesia per Mei 2024 tercatat surplus sebesar 2,93 miliar dolar AS.
"Nilai ekspor Indonesia pada Mei 2024 tercatat 22,33 miliar dolar AS, naik 2,86 persen secara tahunan," kata Zulhas.
Kenaikan tersebutlah yang menjadikan forum sinergisitas para pengusaha digelar oleh pihaknya untuk lebih meningkatkan lagi ekspor Indonesia.
"Pemerintah juga mengembangkan pasar-pasar baru yang nontradisional, misalnya India, Pakistan, Bangladesh, Eropa Timur, Asia Tengah, Timur Tengah, bahkan kami juga mengembangkan pasar-pasar baru di Benua Afrika," ujarnya.
Tujuannya, lanjut Zulhas, untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju pada 2045 dengan menyerbu pasar dunia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Jatim harus sering, bukan sekali saja, karena kebanyakan industri itu mungkin 20 persen di Indonesia dari Jatim," katanya di sela kegiatan Forum Sinergitas Ekspor "Strategi Hilirisasi Industri dalam Meningkatkan Ekspor Bernilai Tambah", di Surabaya, Kamis.
Zulhas menjelaskan seperti halnya pabrik pemurnian tembaga (Smelter) PT Freeport Indonesia di Gresik yang sebentar lagi beroperasi.
"Apalagi nanti kalau Smelternya Freeport di Gresik misalnya sudah produksi maka nilai ekspor Indonesia akan semakin meningkat," ucapnya.
Kecanggihan teknologi diterapkan di Smelter, menurut Zulhas, akan menghasilkan hilirisasi nikel yang baik.
"Saya lihat Smelter itu canggih karena investasinya juga cukup besar, kalau tidak salah hampir 6 miliar dolar AS," tuturnya.
Produk yang dihasilkan oleh Smelter, kata dia, yakni konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi 1,7 juta ton dan menghasilkan katoda tembaga hingga 600.000 ton per tahun.
Produk utama Smelter adalah katoda tembaga, emas dan perak murni batangan serta PGM (Platinum Group Metal). Produk sampinganny antara lain asam sulfat, gipsum dan timbal.
Sementara itu, berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), lanjutnya, neraca perdagangan Indonesia per Mei 2024 tercatat surplus sebesar 2,93 miliar dolar AS.
"Nilai ekspor Indonesia pada Mei 2024 tercatat 22,33 miliar dolar AS, naik 2,86 persen secara tahunan," kata Zulhas.
Kenaikan tersebutlah yang menjadikan forum sinergisitas para pengusaha digelar oleh pihaknya untuk lebih meningkatkan lagi ekspor Indonesia.
"Pemerintah juga mengembangkan pasar-pasar baru yang nontradisional, misalnya India, Pakistan, Bangladesh, Eropa Timur, Asia Tengah, Timur Tengah, bahkan kami juga mengembangkan pasar-pasar baru di Benua Afrika," ujarnya.
Tujuannya, lanjut Zulhas, untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju pada 2045 dengan menyerbu pasar dunia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024