Universitas Bojonegoro (Unigoro) berencana mendirikan fakultas baru dengan bekerja sama Universitas Gajah Mada (UGM), hal itu ditunjukkan dengan diadakan-nya Focus Group Discussion (FGD) bersama pemangku kepentingan terkait di Kabupaten Bojonegoro.

Rektor Unigoro, Dr. Tri Astuti Handayani, SH., MM., M.Hum mengatakan FGD ini menindaklanjuti rencana kerja sama yang telah disepakati beberapa waktu lalu, sehingga UGM hadir di Unigoro.

"UGM mendampingi pembentukan fakultas baru yakni fakultas geografi, serta kampus hiring untuk alumni S2 dan S3 UGM menjadi dosen di Unigoro. Termasuk KKN tematik kolaboratif, pengabdian masyarakat dan penelitian bersama," kata Astuti di ruang Adu Unigoro, Rabu.

Ketua yayasan Suyitno Bojonegoro, Dr. Arief Januwarso, S. Sos., M.Si mendukung kerja sama tersebut, karena selain mendirikan fakultas geografi, Unigoro berencana membuka program pascasarjana atau S2 untuk program studi ilmu hukum, administrasi publik dan manajemen ritel.

"Sehingga melalui pertemuan FGD, kami ingin menyamakan persepsi antara semua pihak. Mulai pemerintah, swasta, industri dan mitra-mitra terkait lainnya," imbuh Mas Arif, panggilan akrab Arief Januwarso.

Dalam pertemuan terbatas tersebut, perwakilan UGM dihadiri Prof. Dr. Suratman, M.Sc., selaku Ketua Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana (KLMB) UGM, dan beberapa perwakilan civitas dari fakultas Geografi UGM yang memaparkan strategi pendirian fakultas baru di Unigoro.

Serta mengundang perwakilan Bappeda Kabupaten Bojonegoro, DPRD Kabupaten Bojonegoro, direktur PT. Asri Dharma Sejahtera (ADS) selaku BUMD Bojonegoro, Perum Perhutani KPH Bojonegoro, PC Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Bojonegoro, dan mitra-mitra strategis yang lainnya.

Sementara itu Prof. Suratman mendorong Unigoro memberi solusi atas isu global dan nasional, isu-isu saintifik yang mengalami disrupsi, salah satunya menjadi perguruan tinggi sebagai penghasil produk sainstik agar menjadi branding dan ikon utamanya.

Dicontohkan Unigoro mendirikan pusat studi dan laboratorium lapangan di Wonocolo. Selain itu kampus Unigoro sebagai akademisi berkolaborasi dengan Pemkab Bojonegoro untuk mengembangkan dan mengelola daerah tersebut mewujudkannya sebagai Geopark Unesco.

"Atau Unigoro memiliki hutan pendidikan seperti UGM yang namanya Wanagama. Bojonegoro ini masih luas hutannya, bisa diinisiasi punya hutan pendidikan Unigoro yang bernama Wanagoro," paparnya.

Gagasan para akademisi dalam forum Rembuk Bojonegoro 2022, lanjut mantan Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UGM ini, kalau Bojonegoro harus memiliki pendidikan tinggi yang berstandar Internasional, serta uang yang bersumber dari minyak dan gas (migas) diprioritaskan untuk pembangunan SDM.

"Unigoro harus merespon gagasan itu dengan menjadi inisiator, agen, atau leading dalam menyongsong Bojonegoro masa depan," sambung Prof. Suratman.

Masih menurut Prof. Suratman, Unigoro memiliki peluang besar jika fakultas geografi dan inovasi berdiri nanti, karena saat ini belum ada perguruan tinggi yang mendirikan fakultas geografi dan inovasi di wilayah Tuban, Lamongan, Ngawi, Madiun, Nganjuk, dan Jombang.

Sementara di kampus negeri, pendidikan geografi hanya berupa program studi dan lulusan fakultas ini bisa bekerja di berbagai sektor.

"Fakultas Geografi dan Inovasi Unigoro rencananya ada empat prodi, yakni geografi, ilmu lingkungan, pembangunan wilayah, serta kartografi dan pengindraan jauh. Kami optimistis rencana ini juga akan mendapat dukungan dari putra daerah terbaik Bojonegoro," jelas Prof. Suratman.

Usai FGD tersebut seluruh peserta menyampaikan gagasan dan masukan-nya, diakhiri dengan pembentukan tim ad hoc percepatan pembangunan Unigoro. Hal itu untuk memastikan master plan pendirian fakultas baru di kampus kuning tersebut.

Pewarta: Muhammad Yazid

Editor : Chandra Hamdani Noor


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024