PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo "mengangkut" jembatan kuno Petekan dalam event nasional tahunan Parade Bunga dan Budaya Surabaya Vaganza 2024, sekaligus mendukung Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam merevitalisasi kawasan Kota Lama.
Mobil hias setinggi 4,4 meter tersebut, tampil mencolok dengan berbahan rangkaian bunga petik segar impor dan lokal.
Senior Manager Hukum dan Humas Pelindo Regional 3 Karlinda Sari dalam keterangannya di Surabaya, Senin, mengatakan Jembatan Petekan (semula dinamai Ferwerda Brug) merupakan cagar budaya Kota Surabaya yang dahulu beroperasi sekitar tahun 1939 sebagai gerbang kanal transportasi air antara Sungai Kalimas dengan kawasan Pelabuhan Tanjung Perak.
“Kawasan Kota Lama Surabaya, termasuk Jembatan Petekan, dengan Pelabuhan Tanjung Perak merupakan suatu kesatuan warisan sejarah yang sangat tepat untuk segera direvitalisasi," ucapnya.
Hal tersebut, lanjutnya, membangkitkan memori kolektif kejayaan Kota Surabaya dan simbol gotong royong antara pemerintah, komunitas kota, dan para pelaku bisnis yang bersama-sama menghidupkan makna sejarah untuk semangat membangun kota modern yang humanis di masa depan.
Visi tersebut sangat berdasar, karena menurut catatan pihaknya, pascapandemi COVID-19, arus kunjungan kapal pesiar internasional ke Pelabuhan Tanjung Perak kembali bergeliat.
“Tak sedikit di antara turis cruise tersebut yang ketika sandar (di pelabuhan), mereka menyempatkan berjalan-jalan menikmati pemandangan sudut-sudut arsitektur zaman dulu di Kota Surabaya. Pelindo meyakini, bahwa revitalisasi Kota Lama Surabaya sangat berpotensi menjadi pemicu rute atau paket wisata yang lengkap di kota ini. Potensi ekonominya untuk kota dan warga luar biasa," ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengapresiasi baik dukungan Pelindo pada upaya Pemerintah Kota Surabaya dalam merevitalisasi kawasan kota lama Surabaya.
“Semangat merevitalisasi Kota Lama Surabaya erat dengan tema Surabaya Vaganza tahun ini yakni, The Chronicle of Surabaya. Kota Lama Surabaya bisa menjadi jangkar memori kejayaan masa lampau Surabaya," ucap Cak Eri, sapaan akrabnya.
Seperti Jembatan Petekan yang diusung mobil hias Pelindo, lanjutnya, dulunya merupakan simbol kemajuan teknologi.
"Pada awal abad ke-20, Kota Surabaya sudah punya jembatan yang bisa dibuka-tutup untuk lalu lintas kapal,” katanya.
Cak Eri menjelaskan, inisiatif pembangunan Kota Surabaya selalu dilandasi dengan semangat gotong royong dan nuansa guyub rukun, termasuk bersama-sama para pelaku perekonomian.
“Baik di level UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) hingga lembaga atau korporasi besar nasional dan bahkan internasional. Karena setiap ada kapal pesiar yang datang membawa wisatawan mancanegara, Pemkot Surabaya bersama Pelindo selalu berusaha mempertemukannya dengan UMKM Surabaya," ujarnya.
Sementara, Guru Besar Sejarah Perkotaan dari Universitas Airlangga Surabaya, Purnawan Basundoro mengatakan bahwa pengembangan suatu kawasan kota lama sangat perlu dukungan dari para pemangku kepentingan, tidak hanya dari pemerintah kota saja.
“Pada konteks Kota Lama Surabaya, perhatian dan kerja sama dengan Pelindo, sebagai pengelola gerbang wisatawan mancanegara (dari pelabuhan laut) tentunya sangat tepat. Terutama untuk turut berperan mempromosikan Kawasan Kota Lama Surabaya secara lebih luas sebagai destinasi atraksi wisata dengan keterkaitan kisah sejarah,” tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Mobil hias setinggi 4,4 meter tersebut, tampil mencolok dengan berbahan rangkaian bunga petik segar impor dan lokal.
Senior Manager Hukum dan Humas Pelindo Regional 3 Karlinda Sari dalam keterangannya di Surabaya, Senin, mengatakan Jembatan Petekan (semula dinamai Ferwerda Brug) merupakan cagar budaya Kota Surabaya yang dahulu beroperasi sekitar tahun 1939 sebagai gerbang kanal transportasi air antara Sungai Kalimas dengan kawasan Pelabuhan Tanjung Perak.
“Kawasan Kota Lama Surabaya, termasuk Jembatan Petekan, dengan Pelabuhan Tanjung Perak merupakan suatu kesatuan warisan sejarah yang sangat tepat untuk segera direvitalisasi," ucapnya.
Hal tersebut, lanjutnya, membangkitkan memori kolektif kejayaan Kota Surabaya dan simbol gotong royong antara pemerintah, komunitas kota, dan para pelaku bisnis yang bersama-sama menghidupkan makna sejarah untuk semangat membangun kota modern yang humanis di masa depan.
Visi tersebut sangat berdasar, karena menurut catatan pihaknya, pascapandemi COVID-19, arus kunjungan kapal pesiar internasional ke Pelabuhan Tanjung Perak kembali bergeliat.
“Tak sedikit di antara turis cruise tersebut yang ketika sandar (di pelabuhan), mereka menyempatkan berjalan-jalan menikmati pemandangan sudut-sudut arsitektur zaman dulu di Kota Surabaya. Pelindo meyakini, bahwa revitalisasi Kota Lama Surabaya sangat berpotensi menjadi pemicu rute atau paket wisata yang lengkap di kota ini. Potensi ekonominya untuk kota dan warga luar biasa," ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengapresiasi baik dukungan Pelindo pada upaya Pemerintah Kota Surabaya dalam merevitalisasi kawasan kota lama Surabaya.
“Semangat merevitalisasi Kota Lama Surabaya erat dengan tema Surabaya Vaganza tahun ini yakni, The Chronicle of Surabaya. Kota Lama Surabaya bisa menjadi jangkar memori kejayaan masa lampau Surabaya," ucap Cak Eri, sapaan akrabnya.
Seperti Jembatan Petekan yang diusung mobil hias Pelindo, lanjutnya, dulunya merupakan simbol kemajuan teknologi.
"Pada awal abad ke-20, Kota Surabaya sudah punya jembatan yang bisa dibuka-tutup untuk lalu lintas kapal,” katanya.
Cak Eri menjelaskan, inisiatif pembangunan Kota Surabaya selalu dilandasi dengan semangat gotong royong dan nuansa guyub rukun, termasuk bersama-sama para pelaku perekonomian.
“Baik di level UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) hingga lembaga atau korporasi besar nasional dan bahkan internasional. Karena setiap ada kapal pesiar yang datang membawa wisatawan mancanegara, Pemkot Surabaya bersama Pelindo selalu berusaha mempertemukannya dengan UMKM Surabaya," ujarnya.
Sementara, Guru Besar Sejarah Perkotaan dari Universitas Airlangga Surabaya, Purnawan Basundoro mengatakan bahwa pengembangan suatu kawasan kota lama sangat perlu dukungan dari para pemangku kepentingan, tidak hanya dari pemerintah kota saja.
“Pada konteks Kota Lama Surabaya, perhatian dan kerja sama dengan Pelindo, sebagai pengelola gerbang wisatawan mancanegara (dari pelabuhan laut) tentunya sangat tepat. Terutama untuk turut berperan mempromosikan Kawasan Kota Lama Surabaya secara lebih luas sebagai destinasi atraksi wisata dengan keterkaitan kisah sejarah,” tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024