Seoul (ANTARA/AFP) - Jenazah pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il yang meninggal dunia pada usia 69 tahun karena serangan jantung, Sabtu, diputuskan akan dimakamkan pada 28 Desember di Pyongyang. Meninggalnya pemimpin Kim diumumkan oleh media pemerintah pada Senin, diduga akan memperosok negara bersenjata nuklir itu ke dalam ketidakpastian. Kantor Berita resmi Korea Utara (KCNA) mengatakan, pemimpin Kim "meninggal dunia akibat ketegangan jiwa dan fisik yang besar" pada pukul 08.30 waktu setempat Sabtu, sementara berada di satu kereta yang menjadi 'petunjuk lapangan' dalam kunjungan-kunjungannya. Pengumuman itu menyerukan kepada rakyat untuk mengikuti putra bungsu Kim dan pewarisnya Kim Jong-Un, yang kini berusia akhir 20-an. "Semua anggota partai, para petugas militer dan publik dengan setia harus mengikuti kepemimpinan sahabat Kim Jong-Un dan melindungi serta lebih memperkuat front persatuan partai, militer dan masyarakat," kata kantor berita dan seorang penyiar TV yang mengumumkan kabar duka itu sambil menangis. KCNA mengatakan, Kim meninggal karena infark "miokard berat bersama dengan serangan jatung". Ini kata otopsi yang dilakukan Minggu. Pemimpin Kim menderita stroke pada Agustus 2008 yang meninggalkan akibat gangguan gerakan di lengan dan kaki kiri. Korea Utara mengumumkan masa berkabung nasional dari 17-29 Desember. Korea Utara menguasai separoh dari Semenanjung Korea, berbatasan dengan Korea Selatan, China dan Russia. Korea Utara memiliki wilayah seluas 122.762 kilometer persegi, kira-kira seluas Mississippi, AS, dengan penduduk 24 juta jiwa. Berdasarkan sejarah Semenanjung Korea dikolonisasi oleh Jepang dari 1910-1945, dan Kim Il-Sung (ayah Kim Jong-Il) mendirikan Korea Utara sebagai komunis pada 1948. Korea Utara menginvasi Korea Selatan pada 1950, memicu perang tiga tahun. Korea Selatan mendapat dukungan pasukan PBB yang dipimpin AS dan didukung oleh Korea Selatan dan China. Tetapi perang berakhir dengan gencatan senjata, meninggalkan kedua Korea secara teknis dalam keadaan perang. Kil Il-Sung mengembangkan senjata nuklir yang menimbulkan ketegangan-ketegangan deengan AS, dan berusaha untuk menyerang Korea Utara pada 1994. Kedua pihak menandatangani kesepakatan gencatan senjata nuklir setahun kemudian yang berakhir berlakunya sampai 2002. Kim Il-Sung meninggal pada 1994 digantikan putranya Kim Jong-Il, yang melanjutkan proyek pengembangan nuklir dan rudal. Di tengah ketegangan-ketegangan pada 2005, perundingan enam negara (kedua Korea, AS, Jepang, China, Rusia) menyepakati gencatan nuklir, namun Korea Utara justru menyelenggarakan uji coba nuklir pertama pada 2006. Korea Utara kemudian keluar dari forum enam negara pada April 2009, dan pada tahun itu melakukan uji coba nuklir kedua pada Mei, bersamaan dengan peluncuran rudal, dan memperkeras sanksi-sanksi PBB. Setelah menderita stroke pada Agustus 2008, Kim Jong-Il mengumumkan pemilihan putra bungsunya Kim Jong-Un sebagai pewarisnya pada September tahun lalu.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011