Masyarakat di Kota Surabaya, Jawa Timur, berkumpul di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, Senin malam melaksanakan doa bersama dan tabur bunga untuk mengenang tragedi bom di tiga gereja yang terjadi enam tahun lalu.
Romo Kepala Paroki Gereja Santa Maria Tak Bercela Benediktus Prima Novianto yang ditemui setelah acara menyatakan kegiatan tersebut menjadi cermin kekuatan rasa kemanusiaan dan kepedulian seluruh masyarakat.
"Saya merasa tersanjung, acara ini dihadiri juga beragam komunitas dan organisasi lintas agama. Peristiwa enam tahun lalu itu menjadi keprihatinan bersama," katanya.
Romo Benediktus juga menyatakan bahwa kegiatan tersebut menjadi sarana memperkuat dan merawat kerukunan dan toleransi antarumat beragama, khususnya bagi para generasi muda.
"Anak muda ini luar biasa, membuka kesempatan untuk membangun dunia yang lebih damai bagi semua manusia," ujarnya.
Pantauan ANTARA di lokasi, acara mengenang peristiwa bom yang terjadi di Surabaya, pada Mei 2018 dilaksanakan sekitar pukul 19.50 WIB, di Aula Lantai 2 Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela.
Di depan pintu aula berdiri papan kayu yang memajang potongan foto beserta nama jemaat Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, yang menjadi korban tragedi tersebut, yakni Vincentius Evan Hudoyo, Nathanael Ethan Hudoyo, Aloysius Bayu Rendra Wardana, Mayawati, Liem Gwat Nio, dan Ciska Eddy Handoko.
Sementara di depan rangkaian foto para korban membentang kain berwarna putih, penuh dengan tanda tangan dan pesan kemanusiaan dari para peserta acara.
Saat pembukaan acara bertajuk "Merawat Ingatan Merajut Harapan", peserta secara serempak berdiri menyanyikan lagu kebangsaan "Indonesia Raya".
Suasana peringatan tragedi kemanusiaan berlangsung khidmat dan penuh nuansa kebersamaan antarumat beragama. Hal itu terlihat dari beberapa umat Muslim yang turut menghadiri acara tersebut.
Masyarakat lintas agama saling menyapa, lalu berjabat tangan. Mereka juga duduk berdampingan di kursi aula gereja yang disediakan oleh panitia acara.
Beberapa perwakilan komunitas turut ambil bagian, seperti Masyarakat Setara Jawa Timur, Gusdurian, hingga Puan Hayati.
Sekitar pukul 21.12 WIB para peserta acara peringatan enam tahun tragedi bom di Surabaya melaksanakan doa lintas agama sembari menggenggam lilin.
Sementara, di bagian halaman Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela ada 10 orang melakukan tabur bunga di depan "Memoria Tragedi 13 Mei 2018", di pintu masuk sisi selatan yang menjadi titik meledaknya bom.
Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela bukan satu-satunya lokasi terjadinya ledakan bom tersebut. Ada dua titik lainnya, yakni di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuna, Kota Surabaya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Romo Kepala Paroki Gereja Santa Maria Tak Bercela Benediktus Prima Novianto yang ditemui setelah acara menyatakan kegiatan tersebut menjadi cermin kekuatan rasa kemanusiaan dan kepedulian seluruh masyarakat.
"Saya merasa tersanjung, acara ini dihadiri juga beragam komunitas dan organisasi lintas agama. Peristiwa enam tahun lalu itu menjadi keprihatinan bersama," katanya.
Romo Benediktus juga menyatakan bahwa kegiatan tersebut menjadi sarana memperkuat dan merawat kerukunan dan toleransi antarumat beragama, khususnya bagi para generasi muda.
"Anak muda ini luar biasa, membuka kesempatan untuk membangun dunia yang lebih damai bagi semua manusia," ujarnya.
Pantauan ANTARA di lokasi, acara mengenang peristiwa bom yang terjadi di Surabaya, pada Mei 2018 dilaksanakan sekitar pukul 19.50 WIB, di Aula Lantai 2 Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela.
Di depan pintu aula berdiri papan kayu yang memajang potongan foto beserta nama jemaat Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, yang menjadi korban tragedi tersebut, yakni Vincentius Evan Hudoyo, Nathanael Ethan Hudoyo, Aloysius Bayu Rendra Wardana, Mayawati, Liem Gwat Nio, dan Ciska Eddy Handoko.
Sementara di depan rangkaian foto para korban membentang kain berwarna putih, penuh dengan tanda tangan dan pesan kemanusiaan dari para peserta acara.
Saat pembukaan acara bertajuk "Merawat Ingatan Merajut Harapan", peserta secara serempak berdiri menyanyikan lagu kebangsaan "Indonesia Raya".
Suasana peringatan tragedi kemanusiaan berlangsung khidmat dan penuh nuansa kebersamaan antarumat beragama. Hal itu terlihat dari beberapa umat Muslim yang turut menghadiri acara tersebut.
Masyarakat lintas agama saling menyapa, lalu berjabat tangan. Mereka juga duduk berdampingan di kursi aula gereja yang disediakan oleh panitia acara.
Beberapa perwakilan komunitas turut ambil bagian, seperti Masyarakat Setara Jawa Timur, Gusdurian, hingga Puan Hayati.
Sekitar pukul 21.12 WIB para peserta acara peringatan enam tahun tragedi bom di Surabaya melaksanakan doa lintas agama sembari menggenggam lilin.
Sementara, di bagian halaman Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela ada 10 orang melakukan tabur bunga di depan "Memoria Tragedi 13 Mei 2018", di pintu masuk sisi selatan yang menjadi titik meledaknya bom.
Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela bukan satu-satunya lokasi terjadinya ledakan bom tersebut. Ada dua titik lainnya, yakni di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jalan Diponegoro dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuna, Kota Surabaya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024