Madiun - Ratusan petani tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Madiun dan serikat pekerja pabrik gula (PG) Rejo Agung Baru, Selasa, berangkat ke Jakarta guna menyampaikan penolakannya terhadap masuknya gula impor. Ketua DPC APTRI Pabrik Gula Rejo Agung Baru Madiun, Suwandi, mengatakan, keberangkatannya ke Jakarta untuk menolak rencana Pemerintah mendatangkan gula impor sebanyak 500.000 ton pada awal tahun 2012 mendatang. "Rencana pemerintah untuk mendatangkan gula impor sangat meresahkan petani tebu. Dikhawatirkan, dengan masuknya gula impor bisa merusak harga gula lokal di pasaran. Karena itu, kami akan berkumpul di Jakarta untuk menyuarakan hati kami," ujar Suwandi, kepada wartawan. Menurut dia, aksi protes para petani tebu tersebut akan berlangsung di depan Istana Presiden, gedung DPR RI dan Kantor Kementerian Perdagangan. "Rencananya, aksi penolakan ini diikuti anggota APTRI se-Jawa, di antaranya dari wilayah PTPN IX, PTPN X, Rajawali Nusantara Indonesia (RNI)-1, dan RNI–2. Diperkirakan jumlah massa se-Jawa yang akan berangkat sekitar 100 bus," tambahnya. Dalam aksinya yang akan digelar di Jakarta tersebut massa membawa spanduk yang bertuliskan "Tolak impor gula, stop peredaran gula rafinasi di pasar, dan umumkan audit distribusi gula rafinasi". Sementara, secara terpisah, Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) wilayah PTPN XI PG Pagotan, Kabupaten Madiun, Mudjono, menyatakan jika APTRI PG Pagotan tidak akan ikut bergabung melakukan aksi di Jakarta. "Kami akan melakukan aksi protes sendiri di Surabaya, namun masih menunggu keputusan dari pusat," kata Mudjono. Meski demikian, pihaknya menyampaikan dukungan kepada APTRI PG Rejo Agung Baru yang dikelola Rajawali Nusantara Indonesia (RNI-1) untuk sama-sama menolak gula impor di Jakarta. "Kami sangat menolak gula impor. Sebab rencana pemerintah tersebut sangat merugikan petani. Selain gula impor, kami juga menolak peredaran gula rafinasi di pasaran," kata Mudjono. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011