Pemerintah Kabupaten Trenggalek melarang warga menerbangkan balon udara karena dianggap membahayakan keselamatan penerbangan seiring mulai beroperasinya Bandara Internasional Dhoho, Kediri.
"Ini berkaitan dengan keselamatan penerbangan. Apalagi sekarang Bandara Dhoho Kediri sudah beroperasi," kata Kapolres Trenggalek AKBP Gathut Sunu Supriyono, Jumat.
Selain berpotensi menganggu lalu lintas udara, penerbangan balon udara secara liar itu juga berpotensi menyebabkan terjadinya gangguan pasokan kelistrikan akibat kerusakan instalasi listrik yang disebabkan balon udara.
Larangan penerbangan balon udara sudah diatur dalam pasal 411 dan 53 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
Dalam regulasi itu, terdapat ancaman pidana penjara dua tahun dan denda maksimal Rp500 juta.
Peringatan dan larangan itu kini gencar disosialisasikan jajaran Polres Trenggalek bersama pemerintah daerah setempat.
Pasalnya, di Trenggalek penerbangan balon udara saat Lebaran, terutama jelang/setelah shalat Id maupun saat Lebaran ketupat selama ini sudah menjadi tradisi.
Tak hanya satu-dua atau hitungan jari, jumlah balon udara mulai ukuran kecil hingga jumbo yang biasa diterbangkan warga Trenggalek bisa mencapai ratusan.
Masalahnya, aktivitas penerbangan balon udara menggunakan teknik asap kerap kali jatuh dan menyangkut di jaringan instalasi listrik PLN maupun kawasan pemukiman.
Dampaknya selain memicu kebakaran, listrik kerap terganggu (padam).
Untuk mencegah insiden serupa terulang, pihaknya akan berkolaborasi lintas sektoral, termasuk tim gabungan dari PLN untuk melakukan penertiban.
Ketegasan itu dilakukan mengingat Trenggalek atau yang memiliki nama lain Bumi Menak Sopal ini menjadi salah satu daerah yang masih menjaga tradisi menerbangkan balon udara dalam perayaan Idul Fitri, utamanya saat perayaan ketupat.
Kondisi itu terlihat dari masih banyaknya hasil razia balon udara liar yang hendak diterbangkan warga.
Berkaca pada momentum kupatan Idul Fitri pada 2023 , ada sebanyak 83 balon udara yang berhasil digagalterbangkan petugas gabungan.
Namun saban tahunnya jumlahnya berkurang karena tingginya kesadaran masyarakat akan potensi bahaya yang ditimbulkan seiring gencarnya sosialisasi yang dilakukan petugas.
"Kami terus lakukan imbauan dan penertiban. Apalagi dengan adanya operasional bandara di Kediri," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Ini berkaitan dengan keselamatan penerbangan. Apalagi sekarang Bandara Dhoho Kediri sudah beroperasi," kata Kapolres Trenggalek AKBP Gathut Sunu Supriyono, Jumat.
Selain berpotensi menganggu lalu lintas udara, penerbangan balon udara secara liar itu juga berpotensi menyebabkan terjadinya gangguan pasokan kelistrikan akibat kerusakan instalasi listrik yang disebabkan balon udara.
Larangan penerbangan balon udara sudah diatur dalam pasal 411 dan 53 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
Dalam regulasi itu, terdapat ancaman pidana penjara dua tahun dan denda maksimal Rp500 juta.
Peringatan dan larangan itu kini gencar disosialisasikan jajaran Polres Trenggalek bersama pemerintah daerah setempat.
Pasalnya, di Trenggalek penerbangan balon udara saat Lebaran, terutama jelang/setelah shalat Id maupun saat Lebaran ketupat selama ini sudah menjadi tradisi.
Tak hanya satu-dua atau hitungan jari, jumlah balon udara mulai ukuran kecil hingga jumbo yang biasa diterbangkan warga Trenggalek bisa mencapai ratusan.
Masalahnya, aktivitas penerbangan balon udara menggunakan teknik asap kerap kali jatuh dan menyangkut di jaringan instalasi listrik PLN maupun kawasan pemukiman.
Dampaknya selain memicu kebakaran, listrik kerap terganggu (padam).
Untuk mencegah insiden serupa terulang, pihaknya akan berkolaborasi lintas sektoral, termasuk tim gabungan dari PLN untuk melakukan penertiban.
Ketegasan itu dilakukan mengingat Trenggalek atau yang memiliki nama lain Bumi Menak Sopal ini menjadi salah satu daerah yang masih menjaga tradisi menerbangkan balon udara dalam perayaan Idul Fitri, utamanya saat perayaan ketupat.
Kondisi itu terlihat dari masih banyaknya hasil razia balon udara liar yang hendak diterbangkan warga.
Berkaca pada momentum kupatan Idul Fitri pada 2023 , ada sebanyak 83 balon udara yang berhasil digagalterbangkan petugas gabungan.
Namun saban tahunnya jumlahnya berkurang karena tingginya kesadaran masyarakat akan potensi bahaya yang ditimbulkan seiring gencarnya sosialisasi yang dilakukan petugas.
"Kami terus lakukan imbauan dan penertiban. Apalagi dengan adanya operasional bandara di Kediri," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024