Bojonegoro - Penambang pasir mekanik di sepanjang Bengawan Solo di Bojonegoro memasuki musim hujan masih tetap beroperasi, walau cenderung berkurang, bersamaan dengan naiknya air akibat hujan di daerah hulu Jateng maupun daerah hilir Jatim. "Kalau musim hujan dan air Bengawan Solo mulai meninggi penambangan pasir mulai berkurang, karena mereka tidak bisa menyedot pasir dengan peralatan mekanik," kata Kepala Satpol PP Pemkab Bojonegoro, Kamidin, Senin. Namun, menurut dia, bukan berarti penambangan pasir mekanik di sepanjang wilayah Bengawan Solo di daerah setempat, sudah berhenti. Sebab, kalau permukaan air Bengawan Solo menyurut kembali, para penambang pasir mekanik tersebut akan kembali beroperasi. Masalahnya, lanjutnya, penanganan penambang pasir mekanik kurang mendapatkan dukungan dari jajaran pihak kecamatan dan desa yang menjadi wilayah penambangan pasir mekanik. Apalagi warga yang ada di sekitar lokasi penambangan pasir. Untuk penertiban, lanjutnya, jajaran desa seharusnya mengeluarkan larangan lokasinya dimanfaatkan beroperasinya penambang pasir mekanik. Tidak hanya dilakukan Satpol PP yang harus menggelar berbagai operasi, termasuk melakukan pencegahan preventif kepada para penambang pasir mekanik. "Kami tidak berkeberatan melakukan operasi, hanya jajaran yang dibawah kurang mendukung, tidak ikut menertibkan, misalnya, melarang adanya penambangan pasir mekanik," ucapnya, memaparkan. Ia mencontohkan, operasi yang pernah di gelar di Kecamatan Ngraho tidak berhasil, karena mendapatkan hadangan warga di sekitar lokasi penambangan. Bahkan, tiga kendaraan Satpol PP yang dimanfaatkan dalam operasi itu dirusak warga yang bekerja di penambangan pasir mekanik. Menurut dia, operasi penertiban penambang pasir mekanik dilakukan, sekaligus menyita peralatan penambang pasir mekanik, termasuk melaporkan hasil operasi yang dilaksanakan itu kepada kepolisian. Dalam operasi di Desa Tanggir, Kecamatan Malo, empat peralatan penambang pasir mekanik disita dan kasus itu dilaporkan ke polisi untuk pengusutan lebih lanjut. "Bagaimana kelanjutannya kami kurang tahu," ucapnya. Secara terpisah, seorang pengemudi truk pasir asal Desa Balenrejo, Kecamatan Balen, Usman menyatakan, dirinya rutin mengirimkan pasir Bengawan Solo, produk penambang pasir mekanik di wilayah Kecamatan Malo. Pasir Bengawan Solo tersebut, dikirim ke Surabaya dengan harga Rp1,2 juta per truk yang isinya sekitar empat meter kubik. Dengan harga itu, jelasnya, mengirim pasir ke luar kota lebih menguntungkan dibandingkan dengan pasir dijual di lokal Bojonegoro. "Di lokasi penambang pasir mekanik harganya Rp300 ribu per truk, " ujarnya.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011