Kediri - Kelompok tunawisma yang tinggal di barak milik Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Kediri diperiksa darahnya oleh Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) daerah setempat, mengetahui positif atau negatif terkena virus HIV/AIDS.
"Kami sengaja lakukan tes ini. walaupun bukan kelompok kunci, mereka juga rentan terinveksi virus ini," kata Sekretaris KPAD Kota Kediri, Heri Nurdianto di Kediri, Jumat.
Ia mengatakan, ada sebanyak 30 pasien yang diperiksa darahnya. Mereka terdiri dari para tunawisma yang tinggal di barak tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini penyebaran virus yang menggerogoti tubuh ini.
Dalam pemeriksaan itu, pihaknya melibatkan tim khusus yang memeriksa para pasien. Mereka diambil sampel darahnya oleh petugas dengan menggunakan alat bernama reagen. Ada tiga alat dengan tingkat yang berbeda.
Sebenarnya, dengan alat itu bisa langsung diketahui positif atau tidaknya pasien tersebut terinveksi virus HIV/AIDS. Mereka juga dicatat satu per satu, sesui dengan hasil sampel darahnya.
"Namun, sesuai etika, kami tidak dapat ungkapkan temuan. Nama mereka juga kami rahasiakan," ucapnya.
Menurut Heri, temuan kasus HIV/AIDS di Kota Kediri semakin meningkat tiap tahunnya. Hingga November 2011 ini, ada 141 pasien yang positif terkena HIV/AIDS. Dari jumlah itu, 21 di antaranya mereka meninggal dunia. Rata-rata, para pasien ini menderita penyakit sertaan, hingga daya tahan tubuh mereka terus turun, dan meninggal dunia.
Walaupun yang terbesar tetap kelompok risiko tinggi, seperti para PSK, pelanggan, ibu rumah tangga, kelompok lesbi, gay, dan kelompok lainnya, untuk para tunawisma juga rentan. Dimungkinkan, mereka juga pernah berhubungan dengan kelompok risiko tinggi ini, hingga ikut tertular penyakit tersebut.
Untuk selanjutnya, kata dia, pasien yang diketahui positif akan terus didampingi oleh KPAD, termasuk memberikan pendampingan secara moril dan memberikan obat yaity antiretroviral jika memerlukan obat. Dengan itu, mereka bisa menjaga diri, dan jika menjaga kondisi tubuhnya, dipastikan bisa meningkatkan harapan hidup pada penyakit yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya ini.
Tar (49), salah seorang penghuni di barak tersebut mengaku hanya ingin memeriksakan diri dan memastikan dirinya sehat dan terbebas dari penyakit tersebut.
"Ingin periksa saja, ingin pastikan diri sehat," kata pria yang sehari-hari ia berjualan kondom di lokalisasi Semampir, yang tempatnya hanya 500 meter dari barak penampungan para tunawisma ini. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011