Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia menggelar musyawarah di Kota Surabaya untuk memperkuat strategi terkait teknis pemberantasan peredaran narkoba di wilayah Indonesia.

"Jadi kegiatan hari ini untuk merumuskan blue print (cetak biru) langkah BNN sehingga bisa memberikan peta jalan," kata Kepala BNN Republik Indonesia Marthinus Hukom di Surabaya, Selasa.

Marthinus menjelaskan langkah utama yang harus diperkuat adalah pendeteksian, yakni dengan melalukan pemetaan daerah berpotensi rawan menjadi titik pusat peredaran narkoba.

"Tempat masuknya dari mana saja. Kemudian kelompok yang terlibat di dalam negeri dan terhubung dengan jaringan-jaringannya," ucap dia.

Kemudian, kata dia, penguatan pengawasan di dalam negeri untuk mengoptimalkan pencegahan masuknya beragam jenis narkoba dari beberapa negara ke Indonesia.

"Kami mendapatkan setiap penangkapan itu ujungnya adalah kalau tidak di Myanmar dan Afghanistan. Terakhir ada yang dari Meksiko," ujarnya.

Kepala BNN Marthinus menyebut produsen narkoba banyak yang memandang bahwa Indonesia merupakan pasar potensial untuk aktivitas perdagangan barang haram tersebut maupun sebatas wilayah transit para pengedar internasional.

"Kecenderungan pengguna narkotika dalam setahun sekali pakai itu ada tiga juta lebih atau kalau dipersentasekan 1,7 persen dari populasi Indonesia. Artinya pasar di sini besar," kata Marthinus.

"Karena kalau dilihat dari wilayahnya strategis, jumlah penduduk, panjang garis pantai yang luas, wilayah perbatasan di jalur darat luas. Secara geografi Indonesia rawan, sehingga kami harus menemukan cara pencegahan," tambah dia.

Sementara itu, dia menyebut penguatan strategi pencegahan dan pemberantasan peredaran narkoba juga diperkuat dengan hasil evaluasi kinerja di kurun waktu lima tahun sebelumnya. Pihaknya juga mengintensifkan kerja sama lintas sektoral.
 

Pewarta: Ananto Pradana

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024