Produk herbal Indonesia yang mayoritas diproduksi oleh pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) berpeluang ekspor dan bahkan diyakini dapat memenuhi pangsa pasar dunia. 

Pakar farmasi Prof I Made Agus Gelgel Wirasuta, yang juga Ketua Asosiasi Kromatografi Lapis Tipis Kinerja Tinggi (HPTLC) Indonesia mengungkapkan agar pelaku UMKM produk herbal bisa ekspor syaratnya harus memiliki standar mutu internasional.

"Untuk itulah Asosiasi HPTLC Indonesia, sebagai bagian dari asosiasi tingkat internasional, menggelar workshop sejak 2023," katanya saat dikonfirmasi di Surabaya, Jumat. 

Workshop digelar khususnya bagi para peracik tanaman alami menjadi obat tradisional atau pelaku UMKM yang biasa menjual makanan maupun minuman sehat agar dapat menghasilkan produk yang standarnya diakui dunia sehingga siap ekspor.

Namun ternyata peserta juga diminati oleh peneliti dari kalangan kampus, praktisi di industri herbal, selain juga regulator dari Kementerian Kesehatan, serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
   
Di tahun 2024, Asosiasi HPTLC Indonesia telah menjadwalkan tiga kali kegiatan serupa. Pertama tahun ini digelar di laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya, Jumat.

Ketua Gabungan Pengusaha Jamu Jawa Timur Minarni Purnomo mengapresiasi workshop standarisasi mutu yang digagas Asosiasi HPTLC Indonesia. 

Menurutnya mutu merupakan dasar dari segalanya, terutama untuk row material.

"Kalau salah memilih akan menghasilkan produk tidak benar. Jadi kalau sejak awal diteliti dulu itu lebih baik. Tapi jangan dituntut untuk mengadakan fasilitas ini sendiri secara mandiri, harus ada kerja sama dengan perguruan tinggi atau asosiasi lain," ucapnya. 

Pewarta: Hanif Nashrullah

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024