Bojonegoro - Pemkab Bojonegoro, Jawa Timur, hanya memantau satu jembatan, yang melintas di Perairan Bengawan Solo yang menghubungkan Kecamatan Malo dan Kecamatan Kalitidu, dari empat jembatan Bengawan Solo yang ada di daerah setempat. "Kami hanya melakukan pemantauan kondisi jembatan Bengawan Solo di Malo, lainnya kewenangannya Balai Pemeliharaan Jalan Provinsi Jawa Timur di Bojonegoro, " kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pemkab Bojonegoro, Andi Tjandra, Senin. Ia menilai, jembatan yang melintas di perairan Bengawan Solo di Malo tersebut, kondisinya aman. Beberapa waktu lalu, memang sempat, terjadi longsor tebing Bengawan Solo di bagian utara yang berada di dekat jembatan, namun sudah diperbaiki. "Jembatan Malo kondisinya aman, kita secara rutin selalu melakukan pemantauan, " katanya menegaskan. Pemautauan rutin, lanjutnya, juga dilakukan terhadap jembatan lainnya yang ada di wilayahnya."Pemantauan kondisi jembatan di Bojonegoro selalu kita pantau rutin, misalnya mengontrol kondisi pondasi, juga kemungkinan ada sekrupnya yang hilang, " ucapnya. Ditanya jembatan lainnya yang melintas di Bengawan Solo, Andi mengaku, tidak tahu pasti kondisinya."Jembatan lainnya yang ada bukan kewenangan kami, " katanya mengungkapkan. Di sepanjang Bengawan Solo di Bojonegoro, selain jembatan Malo yang dibangun pada tahun 2005, juga terdapat jembatan Kaliketek yang menghubungkan Bojonegoro dengan Jatirogo, Tuban, ke arah pantura menuju Jakarta. Selain itu, juga jembatan Glendeng, di Desa Kalirejo, Kecamatan Kota, yang menghubungkan dengan wilayah Tuban dan jembatan Cepu yang menghubungkan Kecamatan Padangan, Bojonegoro, ke arah Cepu, Jawa Tengah. Kecuali jembatan Malo, semua jembatan yang ada dibangun sebelum tahun 2.000. Di Lamongan, jembatan yang melintas di Bengawan Solo, juga ada di Babat, Lamongan yang menghubungkan dengan Tuban dan jembatan Laren, di Kecamatan laren, Lamongan. Pantauan ANTARA, pada musim kemarau, di semua lokasi jembatan yang melintas di perairan Bengawan Solo di Bojonegoro itu, menjadi lokasi para penambang pasir tradisional beroperasional. Bahkan, sebelum itu penambang pasir mekanik, juga melakukan operasi di dekat jembatan yang ada. Dari keterangan yang diperoleh, akibat penambangan pasir mekanik di dekat jembatan Kaliketek, diketahui pondasi jembatan, menggantung sekitar 0,50 meter. Ditanya adanya informasi itu, Andi mengaku, kurang tahu, sebab pemantauan kondisi jembatan di Kaliketek, bukan wewenangnya. "Saya kurang tahu itu, " ujarnya. Ketika meninjau jembatan Kukar yang runtuh, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengatakan, terkait runtuhnya jembatan Kutai Kartanegara maka pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum akan melakukan audit terhadap jembatan tua di seluruh Indonesia. "Akan dilakukan audit terhadap jembatan tua khususnya yang berusia di atas sepuluh tahun," katanya. (*).

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011