Pekanbaru - Organisasi perlindungan satwa dunia atau "The World Wildlife Fund" (WWF) dalam risetnya berhasil menemukan dan membuktikan masih adanya lima spesies kucing unik yang hidup di kawasan hutan Provinsi Riau. Koordinator Tim Riset Harimau WWF Indonesia Karmila Parakkasi di Pekanbaru, Rabu, mengatakan, lima jenis kucing liar tersebut adalah harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), macan dahan (Neofelis diardi), kucing batu (Pardofelis marmorata), kucing emas (Catopuma temmincki), dan kucing congkok (Prionailurus bengalensis). Lima spesies langka ini menurut Karmila, terbukti mendiami daerah antara Taman Nasional Bukit Tigapuluh dan Suaka Margasatwa Rimbang Baling, Provinsi Riau setelah kamera pemantau WWF yang dipasang di sejumlah kawasan sekitar berhasil merekam keberadaannya dengan sangat jelas. "Pada kamera tim peneliti WWF-Indonesia terlihat sangat jelas aktivitas kelima jenis kucing liar ini. Mereka melintas di lintasan yang sering mereka lalui," katanya. Lokasi lima kucing hutan unik tersebut ditemukan, kata dia, merupakan daerah yang dikenal sebagai koridor atau jalur perlintasan satwa penghubung dua kawasan konservasi Taman Nasional Bukit Tigapuluh dan Suaka Margasatwa Rimbang Baling. "Dua kawasan itu adalan daerah yang saat ini terancam oleh degradasi hutan akibat perambahan dan penebangan hutan alam dalam skala besar," kata Karmila. Selain kucing congkok, kata dia, fatwa hukum Tanah Air dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan & Satwa, menyatakan bahwa semua jenis kucing liar tersebut, adalah satwa dilindungi negara. Karmila menambahkan bahwa dalam kriteria lembaga konservasi "International Union for Conservation of Nature" (IUCN), juga diketahui bahwa keempat jenis kucing liar (selain kucing congkok) tersebut masuk dalam kategori satwa terancam punah (endangered) hingga sangat terancam punah (critically endangered). Dengan demikian, ujar dia, temuan lima jenis kucing sumatera ini membuktikan bahwa keunikan dan kekayaan jenis satwa yang dimiliki lanskap hutan Bukit Tigapuluh dan koridor penghubung disekitarnya ternyata masih ada. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011