Pengamat politik Universitas Jember Dr. Muhammad Iqbal mengemukakan pengunduran diri Mahfud Md dari jabatan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan sebagai wujud menjaga integritas kesucian penjaga demokrasi.
"Mahfud Md resmi mengumumkan dirinya mundur dari kabinet Jokowi dan pengumuman itu disebut sebagai momentum yang paling pas di sela kampanyenya di Danau Tirta Gangga," kata Iqbal di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Kamis.
Menurut ia, keputusan itu cenderung pada aspek interaksionisme simbolik. Terdapat pola dramaturgi simbolik yang hendak disampaikan Mahfud berupa momentum ruang dan waktu beserta maknanya di panggung depan dan belakang arena kontestasi Pilpres 2024.
Secara ruang atau pemilihan tempat pengumuman di depan Pura di Danau Tirta Gangga, Desa Swastika Bhuana, bisa dimaknai bahwa Mahfud berpesan pentingnya menjaga "air suci" politik demokrasi demi menjaga kesuburan dan kemakmuran bangsa.
"Berdiri di tempat suci itu bisa menjadi momentum yang dianggap paling tepat untuk mengumumkan kehormatan dirinya sebagai Menko Polhukam sudah tidak dihargai oleh kekuasaan," tuturnya.
Boleh jadi Mahfud merasa selama empat tahun lebih sudah bekerja mengoordinasikan berlangsungnya iklim politik, hukum dan keamanan agar selaras dengan kemajuan demokrasi.
"Demokrasi pemilu malah mengalami kemunduran dan bahkan kematian setelah kekuasaan condong memihak dan berlaku tidak adil dalam menjaga prinsip jujur dan adilnya kontestasi pilpres," kata pakar komunikasi FISIP Unej itu.
Jika dianalogikan secara sederhana dalam perspektif kultural Madura, tambah Iqbal, rasa kehormatan dan standar etika Mahfud mungkin sedang tercabik atau terkoyak oleh kesewenangan kekuasaan.
"Secara waktu sisa dua pekan masa kampanye sebelum pemungutan suara, momentum undur diri bisa dimaknai kabinet Jokowi sedang 'dicarok' oleh Mahfud sebagai wujud menjaga integritas kesucian penjaga demokrasi," imbuh Iqbal.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Mahfud Md resmi mengumumkan dirinya mundur dari kabinet Jokowi dan pengumuman itu disebut sebagai momentum yang paling pas di sela kampanyenya di Danau Tirta Gangga," kata Iqbal di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Kamis.
Menurut ia, keputusan itu cenderung pada aspek interaksionisme simbolik. Terdapat pola dramaturgi simbolik yang hendak disampaikan Mahfud berupa momentum ruang dan waktu beserta maknanya di panggung depan dan belakang arena kontestasi Pilpres 2024.
Secara ruang atau pemilihan tempat pengumuman di depan Pura di Danau Tirta Gangga, Desa Swastika Bhuana, bisa dimaknai bahwa Mahfud berpesan pentingnya menjaga "air suci" politik demokrasi demi menjaga kesuburan dan kemakmuran bangsa.
"Berdiri di tempat suci itu bisa menjadi momentum yang dianggap paling tepat untuk mengumumkan kehormatan dirinya sebagai Menko Polhukam sudah tidak dihargai oleh kekuasaan," tuturnya.
Boleh jadi Mahfud merasa selama empat tahun lebih sudah bekerja mengoordinasikan berlangsungnya iklim politik, hukum dan keamanan agar selaras dengan kemajuan demokrasi.
"Demokrasi pemilu malah mengalami kemunduran dan bahkan kematian setelah kekuasaan condong memihak dan berlaku tidak adil dalam menjaga prinsip jujur dan adilnya kontestasi pilpres," kata pakar komunikasi FISIP Unej itu.
Jika dianalogikan secara sederhana dalam perspektif kultural Madura, tambah Iqbal, rasa kehormatan dan standar etika Mahfud mungkin sedang tercabik atau terkoyak oleh kesewenangan kekuasaan.
"Secara waktu sisa dua pekan masa kampanye sebelum pemungutan suara, momentum undur diri bisa dimaknai kabinet Jokowi sedang 'dicarok' oleh Mahfud sebagai wujud menjaga integritas kesucian penjaga demokrasi," imbuh Iqbal.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024