Pacitan - Pengamat ekonimi kerakyatan asal Universitas Pasundan Thomas Gozali berpendapat, mayoritas produk yang dihasilkan kelompok-kelompok usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia kurang kompetitif, akibat kemasannya yang buruk. "Nilai tambah sebuah produk bergantung dari kemasannya, tapi justru ini yang rata-rata menjadi masalah utama produk-produk UKM di Indonesia, sehingga menjadi titik lemah persaingan saat berada di pasaran," katanya saat di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Kamis. Ia lalu mencontohkan sebuah produk makanan khas dari Daerah Istimewa Yogyakarta, rempeyek Madu. Saat belum dikemas, harga rempeyek madu per bijinya hanya dihargai sekitar Rp300, tetapi setelah dikemas dan masuk dalam pasar waralaba harga bisa melonjak hingga kisaran Rp40 ribu per kemasan. Ironisnya, industri pengemas produk rempeyek madu yang asli makanan khas Yogyakarta itu justru berasal dari Malaysia, sehingga putaran uang dari hasil penjualan produk UKM ini lebih banyak tersedot ke luar negeri. Masih ada satu lagi yang menjadi contoh konkret dan mejadi acuan penelitian Thomas Gozali, yakni produk bakpia pathuk yang juga berasal dari Yogyakarta. Menurut keterangan Gozali, bakpia pathuk versi kemasan lokal saat ini kalah dengan bersaing dengan produk sejenis yang dikemas oleh perusahaan pengemasan luar negeri, karena lebih tahan lama dibanding hanya diwadahi kotak yang terbuat dari anyaman bambu. Padahal, jika para perajin lebih kreatif dan peka terhadap selera pasar, lanjut dia, bukan tidak mungkin perkembangan industri UKM itu akan lebih pesat. "Masalahnya sebagian pelaku UKM di Indonesia masih berpikir sederhana, yaitu bagaimana caranya supaya produk cepat terjual dan bukannya memikirkan bagaimana segi estetikanya, padahal ini yang justru menjadi nilai tambahnya," ujar Gozali. Menyikapi permasalahan tersebut, Gozali berpendapat perlunya pembinaan dan pendampingan dari pemerintah secara terus menerus dan berkesinambungan demi. Dengan demikian, permasalahan pasar yang selama ini dikeluhkan perajin sedikit banyak akan berkurang. Sebab, dengan pengemasan yang baik akan mampu menarik minat pembeli. Thomas mencatat, dari data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2010, jumlah industri kecil di Indonesia kalah jauh dibanding Singapura. Jika di Singapura jumlah UKM mencapai tujuh persen maka di Indonesia baru 0,8 persen dari total jumlah penduduk, sedangkan untuk negara maju rata-rata jumlahnya mencapai dua persen. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011