Surabaya - Peneliti radiografi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Soegardo Indra Praptono BSc SE mengembangkan pemanfaatan Sinar X ("X-ray") untuk benda cagar budaya yang merupakan cara baru dalam dunia arkeologi. "Itu sejarah baru dalam dunia radiografi dan arkeologi, karena kami sudah menggunakan X-ray untuk identifikasi benda cagar budaya pada 16 Februari 2011 guna meneliti arca Hindu-Buddha 'Maha Nandi' yang terbuat dari logam mulia," katanya di Surabaya, Kamis. Menurut penasihat Perhimpunan Radiografer Indonesia (PARI) itu, pemanfaatan X-ray untuk cagar budaya juga dilakukan peneliti dari Mesir untuk mengidentifikasi mumi yang dipublikasikan pada 3 November 2011. "Jadi, Indonesia sebenarnya yang pertama di dunia untuk identifikasi cagar budaya dengan sinar X, karena kami sudah melakukan pada 16 Februari 2011," kata dosen luar biasa di D3 Radiologi FK Unair/RSUD dr Soetomo Surabaya itu. Apalagi, kata radiografer senior itu, peneliti Mesir menggunakan Sinar X untuk identifikasi mumi, sedangkan dirinya menggunakan Sinar X untuk benda purbakala yang terbuat dari logam mulia. "Yang jelas, penemuan itu menunjukkan pemanfaatan radiografi yang selama ini hanya untuk bidang kesehatan (radiologi) pun terbantahkan, karena ternyata radiografi juga dapat digunakan mengidentifikasi benda cagar budaya," katanya. Oleh karena itu, ia akan membawa temuan baru itu dalam Kongres PARI di Bandung pada 18-20 November 2011, sebab para arkeolog juga sudah membahas temuan itu pada Kongres Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) di Surabaya pada 1-3 November 2011. "Saya akan paparkan terkait aplikasi teknologi X-Radiograph untuk kepentingan publik yakni identifikasi relic Maha Nandi dengan X-ray berbasis teknologi digital, bahkan temuan itu akan membuat penelitian benda cagar budaya dapat dilakukan tanpa merusak bendanya," katanya. Hasil penelitian X-Ray berbasis teknologi digital terhadap arca "Maha Nandi" menemukan adanya "relic" (benda suci) di dalam tubuh lembu wahana Dewa Syiwa itu yang terbuat dari logam mulia yang memiliki nomer atom lebih tinggi dari perunggu. "Relic dari logam mulia itu sendiri merupakan logam mulia yang 'dimasukkan' dengan mantra agar Dewa Syiwa berkenan 'menumpangi' Maha Nandi dan ada tulisan sanskerta kuno di dalamnya," kata radiografer yang menjalankan profesi itu sejak tahun 1974.

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011