Brussels (ANTARA/AFP) - Menteri Luar Negeri Prancis pada Senin memperingatkan bahwa mengambil tindakan ketentaraan terhadap Iran atas kegiatan nuklirnya akan menyeret dunia ke pusaran tak terkendali.
"Jelas bahwa laporan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) menunjukkan bahwa Iran membuat kemajuan dalam membuat senjata nuklir. Itu bahaya besar untuk ketenangan kawasan tersebut dan dunia," kata Alain Juppe setelah pembicaraan dengan rekan Eropa Bersatu di Brussels.
Namun, ia memperingatkan, "Campur tangan tentara akan menjadi hal terburuk dan itu akan menyeret kita ke dalam pusaran tak terkendali."
IAEA mengutip sumber "tepercaya", yang menyatakan Iran melakukan pekerjaan untuk membuat hulu ledak nuklir, yang meningkatkan kekhawatiran di Israel, Amerika Serikat dan Eropa.
Kementerian Luar Negeri Cina pada pekan kedua November menyatakan hukuman tidak dapat secara mendasar menyelesaikan sengketa nuklir Iran, setelah pemimpin Barat mendesak perluasan hukuman terhadap Iran atas laporan pengawas PBB bahwa Teheran berusaha membuat bom atom.
"Kami selalu percaya bahwa pembicaraan dan kerja sama adalah cara tepat untuk memecahkan masalah nuklir Iran. Hukuman tidak dapat secara mendasar memecahkan persoalan itu," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei.
"Tugas mendesak sekarang adalah semua pihak berkepentingan meningkatkan upaya diplomatik," kata Hong.
IAEA dalam laporannya pada pekan itu menyimpulkan Iran "tampak" merancang senjata atom.
Kantor berita resmi China Xinhua juga menyarankan Beijing menanggapi laporan tersebut dengan hati-hati. Pengawas Perserikatan Bangsa-Bangsa "tidak memiliki senjata berasap", kata Xinhua.
"Tidak ada saksi atau bukti nyata untuk membuktikan bahwa Iran membuat senjata nuklir," katanya.
Dengan mengutip yang disebutnya keterangan "dapat dipercaya" dari negara anggota negara dan tempat lain, IAEA menyatakan Iran "tampak" melakukan kegiatan membuat senjata nuklir, seperti, uji bahan peledak berkekuatan besar dan membuat pemicu, yang dapat dipakai untuk bom atom.
"Kami berharap IAEA adil dan obyektif serta giat bertekad menjernihkan masalah menonjol itu melalui kerja sama dengan Iran," katanya, "Ini tugas mendesak pada tahap ini."
Rusia pada pekan sama menyatakan marah atas penerbitan laporan badan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang kegiatan nuklir Iran, dengan menyebutnya menambah ketegangan dalam kebuntuan dengan kekuatan dunia.
"Rusia sangat kecewa dan bingung bahwa laporan tersebut diserahkan kepada sumber penambah ketegangan atas masalah terkait kegiatan nuklir Iran," kata pernyataan kementerian luar negeri.
Dikatakannya, Moskwa meragukan kebijaksanaan mengumumkan laporan itu, dengan menyatakannya mengancam merusak kesempatan pembaruan pembicaraan antara kekuatan dunia dengnan Teheran untuk memecahkan kemelut nuklir melalui perundingan.
Kementerian itu menyatakan laporan tersebut kini terancam digunakan oleh yang ingin melihat Iran dipojokkan. Yang selama ini memojokkan Iran ialah Israel dan Amerika Serikat.
Laporan IAEA itu diterbitkan sesaat setelah Presiden Israel Shimon Peres memperingatkan bahwa serangan pencegahan atas Iran untuk menggagalkan kegiatan nuklirnya menjadi lebih mungkin.
"Ada yang memiliki nalar 'lebih buruk lebih baik' dan kita tidak bisa mendukung nalar merusak kesadaraan menghancurkan upaya perundingan itu," kata kementerian luar negeri tersebut.
Dalam langkah sangat tidak biasa, Rusia dan Cina bersama-sama menekan IAEA tidak mengumumkan laporan tersebut, kata diplomat di Wina. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011