Ketua Pusat Riset Sistem Peradilan Pidana (Persada) Universitas Brawijaya (UB), Dr Fachrizal Afandi meraih penghargaan "R. Soeprapto Award Tahun 2024" dari Jaksa Agung Republik Indonesia ST. Burhanudin.
Selain Fachrizal, ada empat orang yang menerima penghargaan serupa, yaitu Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menteri PAN RB) Abdullah Azwar Anas, Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (Kepala BPKP) Dr Muhammad Yusuf Ateh, Gubernur Jambi Dr H Al Haris,dan Iip D. Yahya, Peneliti Sejarah Kejaksaan RI.
Dalam rilis UB yang diterima di Malang, Sabtu, Jaksa Agung RI Burhanudin mengatakan Fachrizal sebagai satu-satunya akademisi yang menerima penghargaan, karena sumbangsih pemikiran dan kajian ilmiahnya dalam rangka penguatan kelembagaan serta tugas dan fungsi Kejaksaan di bidang penuntutan perkara pidana.
Sejak 2023, Fachrizal Afandi yang juga Dosen Fakultas Hukum UB ini diminta menjadi Tenaga Ahli Jaksa Agung. Fachrizal terlibat dalam perumusan kebijakan di Kejaksaan Agung setelah pengesahan UU 11/2021 tentang Kejaksaan dan UU 1/2023 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Ketertarikan Fachrizal melakukan riset soal Kejaksaan dimulai saat dia studi doktoral di Fakultas Hukum Universitas Leiden Belanda.
Disertasinya yang berjudul "Maintaining Order: Public Prosecutors in Post Authoritarian Countries, the Case of Indonesia" dibimbing oleh Prof Adriaan Bedner dan Prof Jan Crijns, yang telah diuji oleh Prof Ward J. Berenschot dari Universiteit van Amsterdam, Prof Topo Santoso dari Universitas Indonesia, Prof Melissa Crouch dari University of South Wales Australia, Prof Maartje van der Woude, Prof David Henley, dan Prof Jeroen ten Voorde dari Universitas Leiden.
Disertasi ini merupakan kajian selama bertahun-tahun yang dilakukan Fachrizal di Indonesia mengenai jaksa/penuntut umum dalam sistem peradilan pidana di Indonesia.
Beberapa temuan disertasi Fachrizal ini membantu Kejaksaan dalam merumuskan kebijakan terkait kelembagaan dan prosedur hukum acara, termasuk membantu menemukan kembali sejarah organisasi profesi jaksa yang sejak Musyawarah Nasional Luar Biasa Persatuan Jaksa Indonesia (PJI) pada April 2022, kembali menggunakan singkatan PERSAJA dengan hari lahirnya 6 Mei 1951.
Temuan disertasi Fachrizal juga mengilhami Kejaksaan untuk merumuskan hari lahirnya pada 2 September 1945 bertepatan dengan pelantikan Jaksa Agung RI Pertama Dr Gatot Taroenamihardja.
Setelah kembali ke kampus, Fachrizal tetap melakukan riset-riset terkait kejaksaan dan sistem peradilan pidana melalui Pusat Riset Sistem Peradilan Pidana (Persada UB) yang didirikannya pada tahun 2015, juga terlibat dalam beberapa riset dan menjadi konsultan dalam riset terkait sistem peradilan pidana di Indonesia.
Pada 2023, dia terpilih menjadi Ketua Umum Asosiasi Pengajar Hukum Pidana dan Kriminologi (ASPERHUPIKI) yang fokus pada pengembangan tridharma perguruan tinggi di bidang hukum pidana di Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Selain Fachrizal, ada empat orang yang menerima penghargaan serupa, yaitu Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menteri PAN RB) Abdullah Azwar Anas, Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (Kepala BPKP) Dr Muhammad Yusuf Ateh, Gubernur Jambi Dr H Al Haris,dan Iip D. Yahya, Peneliti Sejarah Kejaksaan RI.
Dalam rilis UB yang diterima di Malang, Sabtu, Jaksa Agung RI Burhanudin mengatakan Fachrizal sebagai satu-satunya akademisi yang menerima penghargaan, karena sumbangsih pemikiran dan kajian ilmiahnya dalam rangka penguatan kelembagaan serta tugas dan fungsi Kejaksaan di bidang penuntutan perkara pidana.
Sejak 2023, Fachrizal Afandi yang juga Dosen Fakultas Hukum UB ini diminta menjadi Tenaga Ahli Jaksa Agung. Fachrizal terlibat dalam perumusan kebijakan di Kejaksaan Agung setelah pengesahan UU 11/2021 tentang Kejaksaan dan UU 1/2023 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
Ketertarikan Fachrizal melakukan riset soal Kejaksaan dimulai saat dia studi doktoral di Fakultas Hukum Universitas Leiden Belanda.
Disertasinya yang berjudul "Maintaining Order: Public Prosecutors in Post Authoritarian Countries, the Case of Indonesia" dibimbing oleh Prof Adriaan Bedner dan Prof Jan Crijns, yang telah diuji oleh Prof Ward J. Berenschot dari Universiteit van Amsterdam, Prof Topo Santoso dari Universitas Indonesia, Prof Melissa Crouch dari University of South Wales Australia, Prof Maartje van der Woude, Prof David Henley, dan Prof Jeroen ten Voorde dari Universitas Leiden.
Disertasi ini merupakan kajian selama bertahun-tahun yang dilakukan Fachrizal di Indonesia mengenai jaksa/penuntut umum dalam sistem peradilan pidana di Indonesia.
Beberapa temuan disertasi Fachrizal ini membantu Kejaksaan dalam merumuskan kebijakan terkait kelembagaan dan prosedur hukum acara, termasuk membantu menemukan kembali sejarah organisasi profesi jaksa yang sejak Musyawarah Nasional Luar Biasa Persatuan Jaksa Indonesia (PJI) pada April 2022, kembali menggunakan singkatan PERSAJA dengan hari lahirnya 6 Mei 1951.
Temuan disertasi Fachrizal juga mengilhami Kejaksaan untuk merumuskan hari lahirnya pada 2 September 1945 bertepatan dengan pelantikan Jaksa Agung RI Pertama Dr Gatot Taroenamihardja.
Setelah kembali ke kampus, Fachrizal tetap melakukan riset-riset terkait kejaksaan dan sistem peradilan pidana melalui Pusat Riset Sistem Peradilan Pidana (Persada UB) yang didirikannya pada tahun 2015, juga terlibat dalam beberapa riset dan menjadi konsultan dalam riset terkait sistem peradilan pidana di Indonesia.
Pada 2023, dia terpilih menjadi Ketua Umum Asosiasi Pengajar Hukum Pidana dan Kriminologi (ASPERHUPIKI) yang fokus pada pengembangan tridharma perguruan tinggi di bidang hukum pidana di Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024