Sejumlah cendekia Muslim dari dua negara serumpun secara bersama sama membahas masa depan warga Palestina – selain mengecam Israel --.

Para cendekia negeri serumpun bertekad tak tinggal diam atas keganasan Israel di Gaza dan terus bersuara sampai warga Palestina hidup bebas merdeka. Mereka menyampaikan tekadnya dalam "Deklarasi Kuala Lumpur" pada 18 Desember 2023.

Forum Terbuka dua negara mayoritas Muslim di Asia Tenggara ini tercetus oleh perkembangan yang makin mengkhawatirkan di bumi Palestina, khususnya di kawasan Gaza, akibat serangan tiada henti dari rezim Israel yang telah menewaskan 20 ribu lebih warga sipil Palestina.

Pusat Pengembangan Informasi Pembangunan (PUSPIP), LSM yang peduli perdamaian kawasan, mempertemukan dan menghadiran para wakil dari organisasi organisasi Islam Malaysia dan Indonesia, di antaranya pembicara dari Majlis Perundingan Pertubuhan Islam Malaysia (MAPIM), Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM), Majelis Perundingan Melayu (MPM–Malaysia) juga Muhamadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU, Indonesia) untuk menunjukkan sikapnya.

Dimas Supriyanto, pengarah forum dari Jakarta, menyatakan paduan pendapat para cendekiawan Muslim negeri serumpun diperlukan untuk memastikan semua pihak menghentikan krisis di Palestina.

Sedangkan Dato Seri Azman bin Ujang, jurnalis senior sebagai moderator menegaskan pentingnya tindak lanjut, tak semata meratapi penderitaan warga Palestina saat ini.

"Apa yang turut membimbangkan ialah kurangnya solidariti di kalangan umat Islam dunia dalam tragedi di Gaza," kata mantan Dirut Kantor Berita Nasional Bernama ini.

"Negara-negara Islam di semenanjung Arab tidak sepenuh hati membantu saudara mereka di Palestin," ucap Penasihat Media Berjaya Group Corp di Malaysia ini.

Dr. Helmi Ibrahim, cendekiawan Muslim Malaysia menyatakan, tahun 2024 harus menjadi tahun solidaritas antarbangsa bersama Pelestina. "Kita ingin PBB ambil berinisiatif melakukan gerakan besar, karena ini masalah serius. Insya Allah satu dunia akan tergerak juga".

"Kita membawa misi Palestina merdeka dan meletakkan tahun 2024 sebagai tahun gerakan diplomasi antar bangsa, mendesak PBB menerusi untuk Palestina Merdeka. Sedangkan Benjamin Netanyahu dan IDF dibawa ke mahkamah Internasional, untuk diadili," tegas Dr. Helmi.

Helmi menyinggung, studi eskatologi yang diyakininya bahwa pembawa kejayaan Islam di akhir zaman akan datang dari arah Timur yakni dari Bumi Nusantara.

Namun, dia juga minta umat Muslim mewaspadai gerakan globalisasi, yang belanjut ke digitalisai dan akan berakhir dengan "dajalisasi".

Dari MAPIM, Ustaz Mohd Fakrulrazi bin Mohd Mokhtar selaku Sekjen Biro Antarabangsa PKR dan Ketua Misi Negara Asian mendesak untuk menghentikan perang sekarang juga dan pengiriman bantuan makanan bagi warga Gaza yang menjadi korbanya. "Setiap menit terjadi kematian di Gaza," ucapnya.

MAPIM meminta agar mengirim pelaku ke pengadilan. Sekjen dan Kepala Biro Antarabangsa dari MAPIM ini menegaskan, kekejaman di Gaza, bukan isu agama, melainkan kemanusiaan.

"Rasa Manusia tak boleh membiarkan adanya pembunuhan massal, penghapusan etnik dimana pun," ujarnya.

Sedangkan Saifulnizam Muhamad, Pengurus ABIM Kelantan yang hadir atas nama Pengurus Pusat ABIM Pusat mengingatkan, "kita sesama aktifis jangan berhenti berbicara tentang isu Palestina".

"Terus berdoa dan mengingatkan apa yang terjadi dan kita bersama mengejutkan dunia global untuk terus menjaga agenda kemerdekaan Palestina. Dan menyiapkan Palestina pasca-peperangan ini," pintanya.

Shahbudin Embun, Ketua Biro Politik & Kepimpinan Majlis Perundingan Melayu (MPM) menyatakan, kini saatnya warga Indonesia dan Malaysia in action, bukan NATO; No Action Talking Only.

Setelah Genosida yang terjadi di Rohingya dibawa ke Mahkamah Internasional, kini pembunuhan massal di Gaza perlu diadili juga karena ada kejahatan melawan kemanusiaan (Crime againt humanity), tegasnya.

Shahbudin Embun banyak berharap dari Indonesia dimana pada 2024 mendatang akan muncul tokoh pengganti Presiden Jokowi yang peduli Palestina dan terus mempererat persahabatan dengan sesama Melayu di Malaysia. "Semoga Indonesia dan Malaysia dirahmati Allah," katanya.

Dari Indonesia, Munawir Aziz dari NU dalam penegasan-nya menyatakan, organisasinya terus memberikan dukungan finansial, moral, serta bantuan politik-diplomatik, melalui berbagai jalur komunikasi yang ada.

"Sejarah NU membantu Palestina bahkan sebelum Indonesia merdeka. Tak semata mengecam aksi kekerasan, atas nama apapun, Nahdlatul Ulama bergerak dengan aksi nyata, memberikan bantuan yang tidak pernah terputus kepada warga Palestina," ujarnya.

Pada sisi yang sama, berusaha secara kongkret melakukan aksi diplomasi perdamaian dengan para pihak dengan langkah strategis, kata Munawir Aziz.

Dipaparkan, Nahdlatul Ulama sangat berkonsentrasi pada isu-isu kemanusiaan global, dengan memperluas jangkauan untuk terus melakukan gerakan sosial dalam kawasan dan level internasional.

Usni Hasanudin dari Universitas Muhamadiyah Jakarta (UMJ) menegaskan kembali pernyataannya yang viral di Indonesia, tentang organisasi Islam, yaitu CUS (Centre for Uyghur Studies) yang justru pro-Israel.

Pernyataan senada juga disampaikan oleh Presiden ABIM, Faisal bin Muhamad di Malaysia. Ia mengecam pernyataan Kongres Uighur Dunia (WUC) yang membela tindakan tidak manusiawi Zionis Israel terhadap warga Palestina di Gaza khususnya.

"Pernyataan WUC ini bertentangan dengan apa yang diperjuangkan komunitas Uighur yang ingin mereka wakili," ujarnya.

Dioni Ansyah, Presiden PUSPIP selaku penyelenggara memastikan ada langkah lebih lanjut agar cendekiawan Muslim dua negara untuk terus terhubung dan menjalin kerja sama merespon isu isu global dan regional yang mengusik rasa kemanusiaan dan keadilan.

Pewarta: Ananto Pradana

Editor : Chandra Hamdani Noor


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023