Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) hari ini menaikkan status ancaman Gunung Raung di Jawa Timur dari sebelumnya level I atau normal menjadi level II atau waspada akibat adanya peningkatan aktivitas vulkanik.
Berdasarkan pengamatan instrumental yang dilakukan oleh PVMBG tercatat 168 kali gempa hembusan, 8 kali gempa tektonik lokal, 75 kali gempa tektonik jauh, dan gempa tremor menerus dengan amplitudo 0,5 hingga 6 milimeter pada periode 1 sampai 18 Desember 2023.
Erupsi Gunung Raung menurut catatan sejarah menghasilkan aliran piroklastik, jatuhan piroklastik, dan aliran lava andesitik sampai basaltik.
Sedangkan saat tidak terjadi erupsi, maka aktivitas berupa hembusan gas di dasar kawah.
Pada Juli 2020 hingga Oktober 2020, rangkaian erupsi menghasilkan material batuan berukuran abu yang sebarannya terbatas di sekitar kawah puncak Gunung Raung.
Pada Januari 2021 hingga Februari 2021, muncul erupsi abu berwarna hitam dan kecoklatan disertai aliran lava di dasar kawah.
Menurut catatan PVMBG, erupsi terakhir Gunung Raung berupa erupsi abu yang terjadi pada 27 Juli 2022.
Lebih lanjut Hendra menjelaskan bahwa pengamatan visual pada 1 -17 Desember 2023 menunjukkan tinggi kolom hembusan gas pada periode itu berfluktuasi dan menunjukkan nilai maksimal yang mengalami peningkatan dari periode sebelumnya yaitu maksimal 500 meter dari atas puncak.
Pada 18 Desember 2023 terjadi peningkatan hembusan asap kawah dan mencapai ketinggian 1.000 meter di atas puncak.
"Peningkatan hembusan kawah diperkirakan terpicu oleh adanya gempa tektonik lokal dengan magnitudo 2,6 pada pukul 19.02 WIB, tanggal 18 Desember 2023," papar Hendra.
PVMBG juga mengamati perubahan permukaan batuan Gunung Raung. Hasil pengamatan itu mengindikasikan ada proses pengosongan kantung magma pada reservoir akibat pelepasan fluida yang didominasi oleh gas.
PVMBG mengimbau masyarakat maupun wisatawan agar tidak mendekati pusat erupsi di kawah puncak dengan radius tiga kilometer.
"Tingkat aktivitas Gunung Raung akan ditinjau kembali jika terdapat perubahan visual dan kegempaan yang signifikan," cakap Hendra.*
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Potensi bahaya Gunung Raung yang mungkin terjadi saat ini berupa akumulasi gas vulkanik konsentrasi tinggi di dasar kawah," kata Kepala PVMBG Hendra Gunawan dalam laporan yang diterima di Jakarta, Selasa.
Berdasarkan pengamatan instrumental yang dilakukan oleh PVMBG tercatat 168 kali gempa hembusan, 8 kali gempa tektonik lokal, 75 kali gempa tektonik jauh, dan gempa tremor menerus dengan amplitudo 0,5 hingga 6 milimeter pada periode 1 sampai 18 Desember 2023.
Erupsi Gunung Raung menurut catatan sejarah menghasilkan aliran piroklastik, jatuhan piroklastik, dan aliran lava andesitik sampai basaltik.
Sedangkan saat tidak terjadi erupsi, maka aktivitas berupa hembusan gas di dasar kawah.
Pada Juli 2020 hingga Oktober 2020, rangkaian erupsi menghasilkan material batuan berukuran abu yang sebarannya terbatas di sekitar kawah puncak Gunung Raung.
Pada Januari 2021 hingga Februari 2021, muncul erupsi abu berwarna hitam dan kecoklatan disertai aliran lava di dasar kawah.
Menurut catatan PVMBG, erupsi terakhir Gunung Raung berupa erupsi abu yang terjadi pada 27 Juli 2022.
Lebih lanjut Hendra menjelaskan bahwa pengamatan visual pada 1 -17 Desember 2023 menunjukkan tinggi kolom hembusan gas pada periode itu berfluktuasi dan menunjukkan nilai maksimal yang mengalami peningkatan dari periode sebelumnya yaitu maksimal 500 meter dari atas puncak.
Pada 18 Desember 2023 terjadi peningkatan hembusan asap kawah dan mencapai ketinggian 1.000 meter di atas puncak.
"Peningkatan hembusan kawah diperkirakan terpicu oleh adanya gempa tektonik lokal dengan magnitudo 2,6 pada pukul 19.02 WIB, tanggal 18 Desember 2023," papar Hendra.
PVMBG juga mengamati perubahan permukaan batuan Gunung Raung. Hasil pengamatan itu mengindikasikan ada proses pengosongan kantung magma pada reservoir akibat pelepasan fluida yang didominasi oleh gas.
PVMBG mengimbau masyarakat maupun wisatawan agar tidak mendekati pusat erupsi di kawah puncak dengan radius tiga kilometer.
"Tingkat aktivitas Gunung Raung akan ditinjau kembali jika terdapat perubahan visual dan kegempaan yang signifikan," cakap Hendra.*
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023