Trenggalek - Upaya pemberantasan buta aksara atau buta huruf di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, lebih diprioritaskan untuk warga yang masih berusia produktif, sehingga terkesan mengabaikan warga berusia lanjut yang belum bisa baca tulis. "Tahun depan (2012), target pelaksanaan program pemberantasan buta huruf yang direncanakan adalah sebanyak 1.800 orang dengan prioritas kelompok usia yang masih produktif," kata Kabid Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI) Dinas Pendidikan Trenggalek, Marfuah Burhan saat berbincang mengenai hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) setempat, Selasa.. Namun demikian, ia mengatakan bahwa kelompok masyarakat buta huruf yang telah berusia lanjut akan diabaikan oleh pemerintah daerah, tapi karena anggaran yang dialokasikan memang terbatas, yakni sekitar Rp150 juta selama kurun tahun 2012, maka kelompok sasaran dipilih secara selektif. Artinya, katanya, penyandang buta aksara yang akan dibekali kemampuan dasar baca tulis adalah mereka masih bisa bekerja dan menggunakan ilmu yang didapat untuk kepentingan sehari-hari, terutama di lingkungan pekerjaannya. "Bukan berarti yang tua-tua diabaikan. Beberapa di antaranya tetap diberi program yang sama sekaligus pelatihan ketrampilan tertentu, namun masalahnya selain minat kelompok usia lanjut ini rata-rata sangat rendah, anggarannya pun juga terbatas," ujarnya. Angka buta huruf atau buta aksara di Kabupaten Trenggalek berdasar laporan hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh Balai Pusat Statistik (BPS) setempat, tercatat 46 ribu jiwa lebih. Marfuah meyakini bahwa mayoritas penduduk buta aksara yang jumlahnya jauh melebihi perkiraan maupun perhitungan pihak Dinas Pendidikan, khususnya PNFI, adalah berasal dari kelompok usia di atas 60 tahun. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011