Permainan tradisional sepak bola paku menyambut perhelatan Piala Dunia U-17 yang digelar oleh Komunitas "Kampoeng Dolanan" bekerja sama dengan Karang Taruna Rukun Warga (RW) 6 Kelurahan Sambikerep Surabaya.
"Kami menggelar turnamen permainan tradisional sepak bola paku di lingkungan RW 6 Kelurahan Sambikerep Surabaya," kata Ketua Komunitas "Kampoeng Dolanan" Mustafa Sam saat dikonfirmasi di Surabaya, Rabu sore.
Salah satu permainan tradisional yang kerap dimainkan anak-anak Indonesia jauh sebelum era digital itu menggunakan sebidang papan persegi panjang, dengan dua gawang berjala gelang karet di masing-masing ujungnya.
Paku-paku ditancapkan memenuhi bidang papan, sehingga menyerupai lapangan sepak bola beserta para pemainnya. Bolanya menggunakan kelereng.
Butuh dua orang untuk memainkannya dengan cara menyodok kelereng menggunakan "stick" atau tongkat yang terbuat dari kayu seukuran ibu jari ke arah gawang.
Sama dengan permainan sepak bola, pemain yang paling banyak memasukkan bola ke gawang lawan menjadi pemenangnya.
Dalam turnamen ini, tiap pertandingan dimainkan selama total 10 menit yang terbagi dalam dua babak.
Jika hasilnya seri, pemenang ditentukan dengan adu penalti. Ibu-ibu warga setempat tampak antusias memainkannya.
Mustafa menjelaskan turnamen sepak bola paku di lingkungan RW 6 Kelurahan Sambikerep terbagi dalam tiga kategori, yaitu "emak-emak", anak-anak, dan bapak-bapak serta remaja karang taruna, dengan total sebanyak 50 peserta.
"Seperti yang telah kita saksikan tadi, pertandingan pertama diawali dengan kategori 'emak-emak'. Kita ingin mengangkat ibu-ibu untuk meriuhkan suasana Piala Dunia U-17," ujarnya.
Malam harinya dipertandingkan untuk kategori anak-anak dan bapak-bapak serta remaja karang taruna.
Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, 8 - 9 November 2023, yang dipusatkan di balai RW 6 Kelurahan Sambikerep Surabaya.
"Hari ini adalah pertandingan babak penyisihan. Dilanjutkan besok babak semifinal dan final," ucap Mustafa.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Kami menggelar turnamen permainan tradisional sepak bola paku di lingkungan RW 6 Kelurahan Sambikerep Surabaya," kata Ketua Komunitas "Kampoeng Dolanan" Mustafa Sam saat dikonfirmasi di Surabaya, Rabu sore.
Salah satu permainan tradisional yang kerap dimainkan anak-anak Indonesia jauh sebelum era digital itu menggunakan sebidang papan persegi panjang, dengan dua gawang berjala gelang karet di masing-masing ujungnya.
Paku-paku ditancapkan memenuhi bidang papan, sehingga menyerupai lapangan sepak bola beserta para pemainnya. Bolanya menggunakan kelereng.
Butuh dua orang untuk memainkannya dengan cara menyodok kelereng menggunakan "stick" atau tongkat yang terbuat dari kayu seukuran ibu jari ke arah gawang.
Sama dengan permainan sepak bola, pemain yang paling banyak memasukkan bola ke gawang lawan menjadi pemenangnya.
Dalam turnamen ini, tiap pertandingan dimainkan selama total 10 menit yang terbagi dalam dua babak.
Jika hasilnya seri, pemenang ditentukan dengan adu penalti. Ibu-ibu warga setempat tampak antusias memainkannya.
Mustafa menjelaskan turnamen sepak bola paku di lingkungan RW 6 Kelurahan Sambikerep terbagi dalam tiga kategori, yaitu "emak-emak", anak-anak, dan bapak-bapak serta remaja karang taruna, dengan total sebanyak 50 peserta.
"Seperti yang telah kita saksikan tadi, pertandingan pertama diawali dengan kategori 'emak-emak'. Kita ingin mengangkat ibu-ibu untuk meriuhkan suasana Piala Dunia U-17," ujarnya.
Malam harinya dipertandingkan untuk kategori anak-anak dan bapak-bapak serta remaja karang taruna.
Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, 8 - 9 November 2023, yang dipusatkan di balai RW 6 Kelurahan Sambikerep Surabaya.
"Hari ini adalah pertandingan babak penyisihan. Dilanjutkan besok babak semifinal dan final," ucap Mustafa.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023