Surabaya - Jumlah penderita penyakit difteri di Jawa Timur semakin meningkat sejak ditetapkannya kejadian luar biasa (KLB) pada 10 Oktober 2011 hingga pekan ini 21 Oktober 2011 dari 333 kasus menjadi 355 kasus. "Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Jatim sampai sekarang, jumlahnya meningkat 22 kasus dibandingkan sepekan terakhir. Jika sebelumnya terdeteksi 333 pasien, sekarang menjadi 335 orang," ujar Kepala Dinas Kesehatan Jatim, Mudjib Affan kepada wartawan, Jumat seraya menambahkan bahwa dari kasus tersebut sebanyak 11 penderita meninggal dunia. Mudjib berharap tidak ada lagi korban jiwa yang diakibatkan oleh penyakit ini. Sampai saat ini sistem deteksi di masing-masing Dinas Kesehatan kabupaten/kota hingga puskesmas pembantu sudah berjalan baik. Ia juga mengemukakan, pihaknya telah menerima bantuan kembali sebanyak 39 ribu vaksin dari pemerintah pusat. Sebelumnya sebanyak 40 ribu vaksin telah disebar dan sudah habis digunakan. Saat petugas menemukan wabah difteri, ia memerintahkan untuk langsung dilarikan ke rumah sakit dan dilakukan isolasi. "Kami tidak ingin angka kematian akibat penyakit ini bertambah. Untuk perawatan di rumah sakit, keluarga korban tidak mengeluarkan biaya apapun alias gratis," katanya. Sementara itu, Gubernur Jatim Soekarwo masih belum mengubah status KLB difteri. Ini dilakukan untuk memudahkan keluarnya anggaran demi memusnahkan wabah yang sering menyerang anak-anak tersebut. "Menteri Kesehatan sempat tanya tentang status KLB difteri di Jatim. Saya jelaskan, kalau tidak KLB maka upaya vaksinasi terhadap anak-anak akan terhambat. Ini semua demi mencegah difteri," kata gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo tersebut. Untuk mencegah penyakit ini, Pemprov Jatim mengucurkan dana sebesar Rp8 miliar. Pihaknya berharap agar penyakit ini sudah tidak lagi menyerang anak-anak di Jatim. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011