Pemerintah Kota Surabaya melakukan penataan kawasan wisata kota tua, salah satunya Kya-Kya yang berlokasi Jalan Kembang Jepun.

Penataan yang dilakukan untuk lebih memaksimalkan potensi wisata yang dimiliki kawasan pecinan itu untuk dilirik sebagai salah satu tujuan wisata.

Beragam konsep sudah dijalankan, dimulai dengan aktivasi kawasan atau yang disebut Kya-Kya Reborn, pada Sabtu (22/10/2022). Setelahnya, pemkot kian gencar mempromosikan objek wisata tersebut.

Kya-Kya pun dijadikan sebagai lokasi gelaran berbagai kegiatan besar, seperti Festival Rujak Uleg, ngabuburit saat Ramadhan, dan Madura Food Festival.

Perlahan-lahan wisata kuliner malam di Ibu Kota Provinsi Jatim itu semakin dikenal. Kini, Kota Pahlawan itu tidak hanya terkenal dengan kota perdagangan dan jasa. 

Karena itu, penggarapan Kya-Kya dilakukan dengan totalitas dengan mengedepankan konsep keterhubungan antara satu lokasi wisata dengan tempat lainnya.

Hal itu dilakukan oleh Pemkot Surabaya untuk mengakomodir opsi pilihan wisata bagi pengunjung. Di sekitaran Kya-Kya juga ada Wisata Religi Sunan Ampel, Jalan Tunjungan, hingga Balai Pemuda.

Kya-Kya juga menjadi salah satu zona dari kota tua yang dikembangkan untuk kebutuhan wisata, selain kawasan Eropa dan Arab.

Wali Kota Eri Cahyadi mengatakan pengembangan kawasan pecinan oleh Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya turut melibatkan berbagai komunitas, seperti seniman mural dan ahli sejarah.

"Semoga tahun ini sudah selesai dan bergerak semua," kata Eri, dalam suatu kesempatan.

Saat ini kondisi pecinan sudah hidup menjadi ladang perekonomian bagi masyarakat, khususnya bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari Kecamatan Pabean Cantikan.

Setiap Jumat, Sabtu, dan Minggu kawasan itu menjadi rujukan masyarakat untuk menikmati malam di Kota Surabaya, sembari menikmati berbagai kuliner yang dijajakan.

Memang sejak awal dibuka melalui Kya-Kya Reborn, kawasan yang berlokasi di sepanjang Jalan Kembang Jepun itu memiliki konsep wisata kuliner.

Kota Surabaya, sebagai kota metropolitan terbesar kedua setelah Jakarta, sekaligus pintu perdagangan wilayah timur Nusantara, selama ini lebih dikenal sebagai kota jasa dan perdagangan, bukan kawasan wisata.

Pandangan tersebut coba diubah oleh Pemerintah Kota Surabaya, dengan menggaungkan aktivasi sejumlah kawasan sarat sejarah, seperti di Kya-Kya.

Kawasan pecinan di Surabaya itu sebelumnya dikenal hidup saat pagi hingga sore hari, dengan geliat perdagangan di persil toko.

Namun, ketika beranjak ke malam, masing-masing pintu besi toko-toko mulai tertutup, kondisi berubah sepi, hanya sorot lampu kendaraan dan penerangan jalan umum (PJU) yang hidup. Kondisi perekonomian dan masyarakat istirahat sejenak.

Pemandangan itu kini berubah. Seiring Kya-Kya Reborn diluncurkan, malam hari Jalan Kembang Jepun menampilkan gelora perekonomian baru masyarakat, menjadi jadi kawasan wisata.

Pelaku UMKM bermunculan mengais rezeki dari pengunjung yang datang di kawasan itu.

Sepanjang Kya-Kya tak lagi temaram di malam hari, tapi justru gemerlap. Berbagai ornamen khas pecinan tergantung melintang dari satu bangunan ke bangunan lainnya.

Pemerintah Kota Surabaya tidak mau Kota Pahlawan itu hanya dipandang sebagai kota transit, orang datang berbisnis lalu pergi lagi. Yang diinginkan adalah orang datang dan bisa singgah lama, sembari memberikan keuntungan bagi para warga, tentu dengan membeli atau mengunjungi kawasan-kawasan wisata di Surabaya.

Kya-Kya disebutnya juga sebagai gambaran bahwa Surabaya menjadikan perbedaan sebagai kekuatan untuk berkembang.  

Menunjukkan keberagaman dengan beragam agama dan suku yang membuat daya tarik. Lewat program itu, Pemerintah Kota Surabaya juga menunjukkan semangat mempertahankan kota itu sebagai rumah untuk semua kalangan. 

Penataan spot wisata

Pemkot Surabaya sejauh ini masih terus menata kawasan Kya-Kya, beberapa yang sudah dilakukan adalah pemetaan lokasi berdirinya cagar budaya, seperti Rumah Abu Han di Jalan Slompretan dan Klenteng Hok An Kiong di Jalan Coklat.

Selain itu, juga ada kawasan permukiman yang dihuni oleh warga keturunan Tionghoa di sekitaran Jalan Kembang Jepun.

Untuk mempercantik kawasan wisata itu, pemkot juga menambahkan sentuhan seni mural di sejumlah sudut lokasi, salah satunya di dekat gapura masuk di sisi selatan Jalan Kembang Jepun. Muralnya tentang serba-serbi Kembang Jepun.

Ada juga fasilitas becak wisata yang disediakan bagi pengunjung untuk mengelilingi kawasan Kya-Kya, mulai dari Jalan Kembang Jepun, Jalan Slompretan, Jalan Coklat, Jalan Bongkaran, dan Jalan Karet.

Titik penjemputan becak wisata itu bertempat di Jalan Slompretan.

Kepala Disbudporapar Kota Surabaya Wiwiek Widayati menyatakan pengembangan Kya-Kya tidak melihat pada pada jumlah persil bangunan, sebab lokasinya berstatus sebagai kawasan.

Sehingga penggarapan dilakukan secara menyeluruh atau sebagai satu kesatuan kawasan cagar budaya.

Pengembangan wisata Kya-Kya tak hanya menjadi tupoksi dari Disbudporapar, melainkan beberapa instansi lainnya, seperti Dinas Perhuhungan (Dishub), Dinas Perhubungan, serta Dinas Keporasi Usaha Kecil dan Menengah, dan Perdagangan (Dinkopdag).

Setiap dinas memiliki tanggung jawab teknis masing-masing. Jika Disbudporapar fokus pada optimalisasi kawasan wisatanya, maka Dishub bertugas melakukan pemetaan pada sektor lalu lintas dan Dinkopdag pada aspek kurasi produk milik pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Pola gotong royong yang diprogram oleh pemkot seperti itu, memang mempercepat pelaksanaan pengembangan Kya-Kya.

Penataan ke depannya di Kya-Kya adalah memperkuat identitas kawasan dengan menampilkan berbagai ornamen khas pecinan, seperti menambah keberadaan lampu naga, pengecatan dengan dominasi warna merah, hingga optimalisasi rute becak wisata.

Uniknya, salah satu komponen lain yang ditambah adalah pemasangan papan petunjuk bahasa mandarin. Semua itu merupakan langkah supaya Kya-Kya lebih memiliki daya tarik sebagai kawasan pecinan.

Pemasangan papan dilakukan di seluruh wilayah, mulai narasi setiap bangunan cagar budaya hingga dicantumkan di setiap persil toko di sepanjang Jalan Kembang Jepun.

Selain itu, penataan pedestrian juga dilakukan untuk memberikan kenyamanan bagi para wisatawan.

Disbudporapar tengah menggodok konsep "walking tour", dimana nantinya seluruh pengunjung bisa menikmati sensasi baru saat berjalan-jalan menyusuri Pecinan, tak hanya malam hari pada Jumat, Sabtu, Minggu, namun setiap saat.

Dengan semua program yang sudah berjalan ditambah program yang masih terus dikembangkan, masyarakat, termasuk dari luar Surabaya, akan merasa rugi jika ke kota itu tidak menjajal kuliner di Kya-Kya. Ayo ke Kya-Kya.

Pewarta: Ananto Pradana

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023