Zamboanga (ANTARA/AFP) - Sebanyak 12 tentara Filipina tewas dan 10 tentara yang lain hilang dalam bentrokan dengan kelompok gerilyawan Muslim terbesar negara itu, Selasa, kata militer.
Pertempuran meletus pada waktu fajar antara unit pasukan khusus militer dan unit Frot Pembebasan Islam Moro (MILF) di pulau Basilan di Filipina selatan, kata juru bicara militer regional, Letnan Kolonel Randolph Cabangbang.
"Kami menderita korban dan sekarang ini hitungan kami adalah 12 tewas dalam tugas, 11 terluka dalam tugas dan 10 hilang dalam tugas," kata pejabat militer itu pada wartawan di pelabuhan Zamboanga dekat tempat kejadian.
Ia mengatakan orang-orang bersenjata itu bisa dipimpin oleh Dan Laksaw Asnawi, seorang pemimpin MILF yang melarikan diri dari sebuah penjara di Basilan pada Desember 2009.
Ia pernah diadili karena pemenggalan 14 tentara marinir Filipina dalam serangan 2007 di daerah yang sama, dan sejak itu dikaitkan dengan kegiatan penculikan, kata Cabangbang.
"Tentara kami beroperasi berdasar pada informasi mengenai kehadiran sebuah kelompok bersenjata, mungkin telah menculik korban," katanya tanpa menyabut yang diduga sandera.
Ia mengatakan militer telah berhubungan dengan wakil MILF di tengah kekhawatiran bahwa gerilyawan itu dapat menyandera tentara-tentara yang hilang.
Von al-Haq, juru bicara MILF, sebelumnya mengakui pasukannya terlibat dalam pertempuran, yang kedua pihak katakan terjadi dekat kota Al-Barka.
"Ya, mereka (militer) telah menyerang pasukan kami. Sejauh ini, tidak ada korban pada pihak kami," kata juru bicara gerilyawan itu pada AFP.
Kelompok gerilyawan itu sedang menjalankan gencatan senjata di tengah pembicaraan damai dengan pemerintah Filipina, dan al-Haq menuduh militer melanggar gencatan senjata.
Cabanbang bagaimanapun membantah tuduhan pelanggaran gencatan senjata itu.
Al-Barka adalah tempat sering terjadinya bentrokan dari pemberontakan bersenjata MILF beberapa dasawarsa lamanya yang telah menyebabkan sekitar 150.000 orang tewas di bagian selatan Filipina, negara yang sebagian besar warganya beragama Katolik.
Gerilya itu dimulai sebagai upaya untuk mencapai kemerdekaan, tapi sekarang minta pemerintahan sendiri untuk minoritas Muslim yang besar di negara itu.
Dalam beberapa tahun belakangan Basilan juga telah menjadi tempat yang tak aman dari Abu Sayyaf, gerilyawan Muslim yang mulai beroperasi dua dasawarsa lalu.
Militer mengatakan kelompok itu dibentuk dengan dana yang diberikan oleh seorang kemenakan laki-laki pemimpin Al Qaida Osama bin Laden. Gerilyawan itu sering terpaksa melakukan penculikan -- sebagian besar ditargetkan pada warga asing dan Kristen -- untuk mengumpulkan dana dari uang tebusan.
Kelompok tersebut dipersalahkan atas pemboman sebuah kapal feri di Teluk Manila pada 2004 yang merenggut lebih dari 100 nyawa dan merupakan serangan teroris terburuk di negara itu. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011