Surabaya - Puluhan anak korban lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, memamerkan 60-an lembar foto karya mereka di dekat lapangan parkir Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Senin. "Kami memamerkan foto dan teatrikal anak-anak korban lumpur dari kampus ke kampus untuk menunjukkan bahwa masalah lumpur bukan hanya urusan ganti rugi," kata koordinator 'Gerakan Donasi Sahabat Anak Lumpur (SAL)' Yuliani. Menurut dia, panggung solidaritas yang diinisiasi mahasiswa Unair bekerja sama dengan SAL (sahabat anak lumpur) yang dipimpinnya itu mengajak masyarakat Jatim untuk melihat masalah lumpur Lapindo itu tidak akan beres hanya dengan ganti rugi. "Foto yang dibidik 30-an anak yang tergabung dalam SAL itu menunjukkan kondisi sekolah, sarana kesehatan, tempat ibadah (masjid), pasar, pemakaman, dan sebagainya," kata mantan pegiat/aktivis Walhi Jatim itu. Hal itu, katanya, berarti masalah lumpur sesungguhnya tidak akan selesai hanya dengan ganti rugi atau relokasi, tapi juga ada masalah lain yang perlu diperhatikan, di antaranya pendidikan, kesehatan, dan masalah sosial seperti pengangguran. "Masalah-masalah itu cenderung terabaikan, karena para orang tua korban lumpur disibukkan dengan urusan pembayaran ganti rugi, sedangkan para orang tua korban lumpur di luar peta terdampak juga disibukkan dengan kejelasan status," katanya. Oleh karena itu, ia mengajak masyarakat Jatim untuk melihat masalah pendidikan, kesehatan, dan masalah sosial lainnya yang dialami anak-anak korban lumpur yang lokasinya tidak jauh. "Misalnya, masalah kesehatan dialami mereka dengan terdeteksinya kadar timbal dalam darah korban lumpur yang akan menjadi kanker dalam jangka panjang atau 5-10 tahun mendatang," katanya. Untuk masalah pendidikan, tercatat 212 anak korban lumpur di kawasan eksplorasi PT Lapindo Brantas yang membutuhkan donasi pendidikan yang setiap anak berkisar antara Rp220 ribu sampai Rp1,8 juta per tahun. "Sejak tahun 2010, Gerakan Donasi SAL sudah membantu pendidikan bagi 87 anak korban Lumpur Lapindo, sedangkan gerakan tahun ini akan membantu 212 anak mulai dari tingkat SD hingga SMA," katanya. Ia menjelaskan, dana bantuan operasional sekolah (BOS) ternyata tidak bisa membuat anak Indonesia mengakses pendidikan secara gratis, karena anak-anak korban Lumpur Lapindo masih dikenai biaya seragam, buku, daftar ulang, ujian, sumbangan uang gedung, pengambilan rapor, dan sebagainya. Bahkan, gerakan itu juga digalang untuk menjamin pendidikan anak-anak korban lumpur melalui program beasiswa, orang tua asuh, dan sebagainya guna memutus mata rantai kemiskinan akibat hilangnya rumah, sawah, pabrik, sungai, sekolah, dan fasilitas umum lainnya di Porong, Tanggulangin, dan Jabon. "Dukungan dan donasi juga bisa dijemput langsung ke rumah donatur oleh tim relawan Sahabat Anak Lumpur, atau pun melalui rekening CIMB Niaga Surabaya dengan nomor rekening 095.01.00224.00.0 atas nama WALHI Jawa Timur," katanya. Ia menambahkan laporan perkembangan dan distribusi dukungan akan disampaikan secara terbuka melalui laman/website www.korbanlumpur.info dengan alamat Jalan KH Marzuki 35-B, Desa Mindi, Porong, Sidoarjo, dan www.walhijatim.or.id dengan alamat Jalan Barata Jaya IV/15 Surabaya.

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011