Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Trenggalek mengimbau warga untuk meningkatkan kesiagaan dan kewaspadaan terhadap potensi bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang menunjukkan tren meningkat di fase puncak kemarau pada Oktober 2023.

"Trenggalek jadi salah satu wilayah terdampak kekeringan meteorologis kategori awas. Selain kekeringan, Karhutla juga jadi ancaman. Ayo siaga ancaman Karhutla," kata Kepala Pelaksana BPBD Trenggalek, Triadi Atmono di Trenggalek, Selasa.

Dia menyebut data kasus karhutla selama kurun sebulan terakhir telah terjadi sembilan kasus kebakaran hutan dan lahan.

Kendati tidak menimbulkan korban jiwa ataupun kerugian material langsung, kejadian karhutla selalu membuat warga sekitar lokasi panik.

Merujuk laporan BPBD Trenggalek awal musim kemarau hingga per 2 Oktober, karhutla pertama kali terjadi di petak 80B masuk wilayah Desa Parakan Kecamatan Trenggalek.

Lahan hutan seluas 0,2 hektare mengalami kebakaran pada 9 September. Selang tiga hari kemudian atau 12 September, karhutla kembali melanda di lahan seluas 0,5 hektare di petak 75B masuk wilayah Kelurahan Ngantru.

"Dilaporkan warga, titik api pertama kali terlihat di Bukit Lungur petak 75 B," katanya.

Karhutla kembali terjadi pada 17 September di Dusun Karang Desa Wonocoyo Kecamatan Panggul di lahan seluas 0,5 hektare.

Pascakejadian itu karhutla kembali melanda selama empat hari berturut, mulai tanggal 27-30 September.

Rinciannya, lahan seluas dua hektare di petak 71B wilayah Desa Ngepeh Kecamatan Tugu, 0,75 hektare di Dusun Jarakan Desa Karangsoko Kecamatan Trenggalek hingga petak 13r-2 di wilayah Desa dongko, Kecamatan Dongko yang membakar lahan seluas 0,2 hektare.

Bahkan pada 30 September, Trenggalek dilanda dua kali kebakaran, yaitu di lahan seluas dua hektare di petak 76A Desa Kedunsigit Kecamatan Karangan dan lahan 0,1 hektare di petak 13e Desa Sumberbening Kecamatan Dongko.

Kebakaran itu rata-rata melanda area rumput ilalang dan beberapa diantaranya membakar sebagian tanaman produktif.

"Sehingga totalnya ada sembilan kelurahan atau desa di enam kecamatan. Semuanya terjadi di bulan September," ujarnya.

Kebakaran itu, kata Triadi, dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai faktor alamiah hingga kesalahan manusia.

Pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk waspada akan ancaman karhutla. Terlebih musim hujan tahun ini diperkirakan molor jika dibandingkan tahun sebelumnya dimana awal Oktober sudah hujan.

"Merujuk prakiraan cuaca BMKG, beberapa wilayah Trenggalek masuk pada November dan Desember. Kalau tahun lalu, Oktober sudah turun hujan, musim ini lebih panjang," katanya.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023