Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) bersama sejumlah rektor institut seni dan tokoh seniman melakukan pertemuan di salah satu hotel di Surabaya, untuk membahas konsep pengembangan seni dan budaya di IKN, Jumat sore.
Direktur Pelayanan Dasar OIKN Suwito mengatakan salah satu aspek yang dibahas pada acara pertemuan itu adalah pembentukan kolegium pendidikan seni dan budaya di IKN.
"Kalau sudah terbentuk maka bisa melakukan kegiatan pengembangan seni dan budaya di IKN bisa penelitian, pemberdayaan masyarakat," kata Suwito di sela diskusi.
Selain itu, dia juga menyebut pihaknya berupaya memenuhi fasilitas dan sarana pendidikan seni, yakni melalui pembangunan gedung pertunjukan, sekolah, hingga perguruan tinggi.
"Iya akan dibangun di wilayah IKN, tidak hanya kampus," ucapnya.
Karenanya konsep pengembangan seni dan budaya harus dibahas se-rinci mungkin dengan melibatkan banyak kalangan.
"Membuat komunitas tidak cukup gedung tetapi perlu ruh, seperti nilai-nilai ada di budaya dan seni sehingga bisa melahirkan komunitas yang punya nilai baik untuk pengembangan di IKN," kata dia.
Diketahui terdapat sejumlah institut seni yang terlibat di dalam pembahasan, seperti Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI), Institut Seni Indonesia (ISI), Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Sekolah Tinggi Ilmu Wilwatikta (STKW).
Sementara itu, Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof. Dr. I Wayan Adnyana, S.Sn., M.Sn menyatakan terdapat empat usulan yang diajukan pada pertemuan tersebut, yakni pembentukan kolegium seni untuk IKN.
Kemudian terbangunnya komunitas, pembangunan talenta, inovasi, perguruan tinggi seni, dan pendirian sekolah menengah kejuruan (SMK).
Melalui usulan itu diharapkan pengembangan seni di IKN bisa berjalan lancar dan berkelanjutan.
"Semua kemajemukan dihadirkan di sana, setiap masyarakat Indonesia datang ke IKN mengalami bagaimana seni dan budaya Indonesia," katanya
Di tempat sama, seniman Butet Kertaradjasa pembangunan IKN harus dibarengi dengan pengembangan budaya di dalamnya, sebab wilayah tersebut ke depannya dihuni oleh masyarakat dengan beragam latar belakang.
"Adat istiadat, tata cara, tata krama itu yang harus dipikirkan. Melalui seni, kesadaran kenusantaraan diolah dan dipikirkan," ucapnya.
Dia menyatakan keberadaan unsur seni dan budaya yang kuat akan memunculkan kondisi serta situasi yang menyenangkan bagi seluruh masyarakat IKN.
"Hidup butuh seni dan bergembira, bisa teks sastra, tarian, musik, visual itu penting bagi suatu kota, apalagi ibu kota suatu negara," ujarnya.
Karenanya, pendidikan seni harus dibangun secara bertingkat, mulai dari tingkat menengah kejuruan hingga perguruan tinggi. Fasilitas dan kantong kesenian di IKN juga diharapkannya detail dibahas.
"Tentu saja tidak bisa dan tidak boleh mengabaikan kekuatan lokal. Di sana ada banyak suku yang sudah hidup. Tidak boleh ada kesenjangan sosial dan ekonomi," kata dia.
Budayawan Kalimantan Timur Zainal Dharma Abidin menyebut seni dan budaya lokal merupakan aspek penguat bagi bangsa Indonesia. Sehingga pembahasan kali ini diyakininya bisa berdampak pada penguatan unsur nasionalisme masyarakat.
"Pasti akan muncul kebudayaan baru, seperti muncul bahasa-bahasa yang kami tidak tahu ragamnya. Di Nusantara juga gitu tetapi kami tidak khawatir karena kami punya filter dan punya acuan undang-undang," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Direktur Pelayanan Dasar OIKN Suwito mengatakan salah satu aspek yang dibahas pada acara pertemuan itu adalah pembentukan kolegium pendidikan seni dan budaya di IKN.
"Kalau sudah terbentuk maka bisa melakukan kegiatan pengembangan seni dan budaya di IKN bisa penelitian, pemberdayaan masyarakat," kata Suwito di sela diskusi.
Selain itu, dia juga menyebut pihaknya berupaya memenuhi fasilitas dan sarana pendidikan seni, yakni melalui pembangunan gedung pertunjukan, sekolah, hingga perguruan tinggi.
"Iya akan dibangun di wilayah IKN, tidak hanya kampus," ucapnya.
Karenanya konsep pengembangan seni dan budaya harus dibahas se-rinci mungkin dengan melibatkan banyak kalangan.
"Membuat komunitas tidak cukup gedung tetapi perlu ruh, seperti nilai-nilai ada di budaya dan seni sehingga bisa melahirkan komunitas yang punya nilai baik untuk pengembangan di IKN," kata dia.
Diketahui terdapat sejumlah institut seni yang terlibat di dalam pembahasan, seperti Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI), Institut Seni Indonesia (ISI), Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Sekolah Tinggi Ilmu Wilwatikta (STKW).
Sementara itu, Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof. Dr. I Wayan Adnyana, S.Sn., M.Sn menyatakan terdapat empat usulan yang diajukan pada pertemuan tersebut, yakni pembentukan kolegium seni untuk IKN.
Kemudian terbangunnya komunitas, pembangunan talenta, inovasi, perguruan tinggi seni, dan pendirian sekolah menengah kejuruan (SMK).
Melalui usulan itu diharapkan pengembangan seni di IKN bisa berjalan lancar dan berkelanjutan.
"Semua kemajemukan dihadirkan di sana, setiap masyarakat Indonesia datang ke IKN mengalami bagaimana seni dan budaya Indonesia," katanya
Di tempat sama, seniman Butet Kertaradjasa pembangunan IKN harus dibarengi dengan pengembangan budaya di dalamnya, sebab wilayah tersebut ke depannya dihuni oleh masyarakat dengan beragam latar belakang.
"Adat istiadat, tata cara, tata krama itu yang harus dipikirkan. Melalui seni, kesadaran kenusantaraan diolah dan dipikirkan," ucapnya.
Dia menyatakan keberadaan unsur seni dan budaya yang kuat akan memunculkan kondisi serta situasi yang menyenangkan bagi seluruh masyarakat IKN.
"Hidup butuh seni dan bergembira, bisa teks sastra, tarian, musik, visual itu penting bagi suatu kota, apalagi ibu kota suatu negara," ujarnya.
Karenanya, pendidikan seni harus dibangun secara bertingkat, mulai dari tingkat menengah kejuruan hingga perguruan tinggi. Fasilitas dan kantong kesenian di IKN juga diharapkannya detail dibahas.
"Tentu saja tidak bisa dan tidak boleh mengabaikan kekuatan lokal. Di sana ada banyak suku yang sudah hidup. Tidak boleh ada kesenjangan sosial dan ekonomi," kata dia.
Budayawan Kalimantan Timur Zainal Dharma Abidin menyebut seni dan budaya lokal merupakan aspek penguat bagi bangsa Indonesia. Sehingga pembahasan kali ini diyakininya bisa berdampak pada penguatan unsur nasionalisme masyarakat.
"Pasti akan muncul kebudayaan baru, seperti muncul bahasa-bahasa yang kami tidak tahu ragamnya. Di Nusantara juga gitu tetapi kami tidak khawatir karena kami punya filter dan punya acuan undang-undang," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023