Surabaya - Mobil Spectronics-3 ITS yang menjadi juara ketiga dalam "Chemical Engineering Car Competition" (Chem-E Car) atau lomba mobil berbahan bakar energi alternatif di Jerman pada 27-28 September lalu sempat rusak di Bandara Amsterdam, Belanda. "Kita sempat sedih, karena bodi mobil rusak di bagasi Bandara Amsterdam, padahal kita sempat minta untuk bawa sendiri mobil itu, tapi petugas bandara memaksa untuk masuk bagasi. Ya, akhirnya rusak," kata Ketua Tim Spektronics ITS, Hardiyanto Dwi Putra Wijaya, di Rektorat ITS Surabaya, Jumat petang. Di sela-sela penyambutan kedatangan Tim Spectronics oleh puluhan mahasiswa dan rektorat yang dipimpin Pembantu Rektor (PR) I ITS (Bidang Akademik dan Kemahasiswaan) Prof Dr Ir Herman Sasongko, ia menjelaskan kendala non-teknis di Jerman lebih dominan, karena kendala teknis hampir tidak ada. "Tapi, saya senang, karena kerja sama tim kita cukup membantu, karena itu kami langsung memperbaiki dalam waktu yang sempit, bahkan kita juga sempat menambal dengan membeli kapas di Berlin dan lem yang kami bawa dari Tanah Air," katanya. Ketika menyambut kedatangan Tim Juara itu, PR I ITS Prof Herman Sasongko menyatakan prestasi di Eropa itu menandakan bahwa Indonesia tidak kalah dari bangsa-bangsa di Eropa dalam teknologi, termasuk teknologi alternatif. "Karena itu, kami memberikan apresiasi dengan kompensasi prestasi juara Eropa itu dengan nilai atau SKS kreatifitas, seperti penelitian, kemudian kami juga akan memberikan beasiswa sebagai 'award' (penghargaan)," katanya. Mantan Kepala Jurusan Teknik Mesin ITS itu menjelaskan ITS akan berusaha menerapkan pendidikan yang bukan hanya mendengar di ruang kelas, tapi juga menjalani pendidikan (praktik/penelitian), sehingga mahasiswa ITS memiliki kemampuan teori dan praktik yang imbang. Senada dengan itu, dosen pembimbing Dr Hamzah Fansuri yang menyertai para mahasiswa di Jerman itu menegaskan bahwa sukses tim ITS (Spe-K Tronics) itu menorehkan nama harum Indonesia dalam ajang kompetisi Chem-E Car di Eropa. "Artinya, prestasi di Eropa itu membuktikan kalau kita secara teknologi tidak kalah dengan negara-negara Eropa, tapi kita terkendala non-teknis seperti komunikasi dalam poster/presentasi yang bersumber ketidakmengertian kita dengan tradisi saintis Eropa. Selain itu, kita juga terkendala spesifikasi bahan kimia yang harus diganti, sehingga beda kualitas," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011