Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Jatim, Budianto Budi menyebut industri mebel dan kerajinan nasional mulai mempunyai banyak peluang di pasar domestik, karena jalannya proyek properti baru, seperti apartemen, hotel, rumah, pabrikan, sampai proyek besar Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan.
"Kami dorong agar pengusaha mebel/furnitur Jatim untuk meningkatkan penggunaan mesin berteknologi dalam memproduksi barang agar dapat meningkatkan daya saing industri yang kini semakin ketat baik di pasar domestik maupun ekspor," kata Budi dalam siaran persnya di Surabaya, Jumat.
Budi mengatakan, dalam 2 tahun terakhir setelah pandemi, industri furnitur cukup tertekan akibat kondisi pasar global yang tengah melambat. Akibatnya, tingkat utilitas pabrik mengalami kemerosotan menjadi hanya 50 persen, padahal saat pandemi COVID-19 utilitasnya rata-rata bisa mencapai 100 persen sampai 120 persen atau naik tiga sampai empat kali lipat karena ada permintaan pasar yang meningkat.
Budi pada acara konferensi pers IFMAC & WOODMAC 2023 di Surabaya, mengatakan pada saat pandemi banyak orang melakukan aktivitas di rumah sehingga ada kecenderungan masyarakat ingin menata rumahnya dengan berbagai perabotan sekaligus mendukung kegiatannya selama bekerja dari rumah.
"Setelah pandemi berakhir, permintaan pasar kembali turun terutama di pasar ekspor yang permintaannya melemah," kata Budi.
Di Jatim, kata dia, terdapat tiga segmen industri furnitur yakni manufaktur besar dengan kontribusi sekitar 40 persen dengan pangsa pasar hampir 100 persen ekspor, sisanya sebanyak 60 persen dikontribusi oleh segmen medium/menengah dan industri kecil.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Kami dorong agar pengusaha mebel/furnitur Jatim untuk meningkatkan penggunaan mesin berteknologi dalam memproduksi barang agar dapat meningkatkan daya saing industri yang kini semakin ketat baik di pasar domestik maupun ekspor," kata Budi dalam siaran persnya di Surabaya, Jumat.
Budi mengatakan, dalam 2 tahun terakhir setelah pandemi, industri furnitur cukup tertekan akibat kondisi pasar global yang tengah melambat. Akibatnya, tingkat utilitas pabrik mengalami kemerosotan menjadi hanya 50 persen, padahal saat pandemi COVID-19 utilitasnya rata-rata bisa mencapai 100 persen sampai 120 persen atau naik tiga sampai empat kali lipat karena ada permintaan pasar yang meningkat.
Budi pada acara konferensi pers IFMAC & WOODMAC 2023 di Surabaya, mengatakan pada saat pandemi banyak orang melakukan aktivitas di rumah sehingga ada kecenderungan masyarakat ingin menata rumahnya dengan berbagai perabotan sekaligus mendukung kegiatannya selama bekerja dari rumah.
"Setelah pandemi berakhir, permintaan pasar kembali turun terutama di pasar ekspor yang permintaannya melemah," kata Budi.
Di Jatim, kata dia, terdapat tiga segmen industri furnitur yakni manufaktur besar dengan kontribusi sekitar 40 persen dengan pangsa pasar hampir 100 persen ekspor, sisanya sebanyak 60 persen dikontribusi oleh segmen medium/menengah dan industri kecil.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023