Realisasi investasi yang masuk di Kota Surabaya, Jawa Timur, pada semester I-2023 atau pada kurun waktu Januari-Juni 2023 sudah tembus Rp19,919 triliun.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi di Surabaya, Senin, mengatakan, realisasi investasi ini berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp1,512 triliun, dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp10,493 triliun, serta penanaman modal usaha mikro kecil sebesar Rp7,919 triliun.
"Untuk PMA dan PMDN itu termasuk ke dalam non-UMK yang modal usahanya di atas Rp5 miliar. Sedangkan investasi yang modal usahanya di bawah Rp5 miliar masuk kategori UMK," katanya.
Menurut dia, total investasi non-UMK sebesar Rp12,005 triliun dan total investasi UMK sebesar Rp 7,919 triliun, sehingga total investasi pada semester I ini sebesar Rp19,919 triliun.
"Alhamdulillah ini menunjukkan bahwa investasi terus berdatangan ke Surabaya," kata Cak Eri panggilan akrabnya.
Cak Eri juga optimistis besarnya investasi yang masuk ke Surabaya mampu menumbuhkan ekonomi kerakyatan. Misalnya, bagaimana ketika keberadaan hotel di Surabaya itu untuk kebutuhan sandal atau handuknya, dapat dipenuhi dari UMKM Surabaya.
Demikian pula dengan hadirnya rumah makan dan restoran, maka kebutuhan sayuran dapat disuplai dari tanaman hidroponik yang dibudidayakan oleh warga Surabaya. Termasuk bagaimana dengan hadirnya rumah sakit, maka tenaga kerja atau kebutuhan laundry bisa dipenuhi dari warga Surabaya.
Oleh karena itu, ia memastikan bahwa saat ini salah satu syarat untuk investasi di Surabaya adalah harus mempekerjakan warga Surabaya. Artinya, setiap investasi baru yang masuk, harus dapat menumbuhkan lapangan kerja bagi warga Surabaya.
"Jadi investasi silakan masuk sebesar-besarnya ke Surabaya, tetapi harus bisa menggerakkan ekonomi kerakyatan warga Surabaya," ujarnya.
Meski begitu, Cak Eri juga menyadari bahwa lahan investasi di Kota Surabaya ini sangat terbatas, sehingga ke depannya, pihaknya memastikan akan terus menggenjot investasi dari sektor barang dan jasa.
"Sekarang kita lagi bergerak dengan Pelindo bagaimana lahan-lahan parkir di Pelindo itu bisa dikelola dengan baik. Jadi, kita bersama Pelindo juga akan bergerak di pelabuhan untuk meningkatkan investasi," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kota Surabaya Afghani Wardhana menjelaskan, sejumlah sektor yang menjadi penyumbang tertinggi dari PMA, PMDN, dan UMK.
Khusus untuk penyumbang tertinggi dari PMA adalah sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi sebesar Rp473,35 miliar, lalu perdagangan dan reparasi sebesar Rp398,85 miliar, dan disusul oleh sektor perhotelan dan restoran sebesar Rp211,05 miliar.
Sedangkan penyumbang tertinggi dari PMDN adalah sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran sebesar Rp3,58 triliun, lalu sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi sebesar Rp 1,53 triliun, dan disusul oleh sektor perdagangan dan reparasi sebesar Rp794,2 miliar. Selanjutnya di sektor konstruksi sebesar Rp791,3 miliar, lalu hotel dan restoran menyusul dengan capaian sebesar Rp721,9 miliar.
Sementara penyumbang tertinggi dari UMK adalah sektor perdagangan dan reparasi sebesar Rp2,13 triliun, lalu jasa lainnya sebesar Rp901,3 miliar, dan disusul oleh sektor konstruksi sebesar Rp550,27 miliar, kemudian sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi sebesar Rp423,3 miliar, selanjutnya sektor hotel dan restoran sebesar Rp253,8 miliar.
"Alhamdulillah PMDN Surabaya tertinggi se-Jawa Timur, ini menunjukkan bahwa minat investor tanah air masih tinggi dibandingkan investor dari luar negeri," ujarnya. (ADV)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi di Surabaya, Senin, mengatakan, realisasi investasi ini berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp1,512 triliun, dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp10,493 triliun, serta penanaman modal usaha mikro kecil sebesar Rp7,919 triliun.
"Untuk PMA dan PMDN itu termasuk ke dalam non-UMK yang modal usahanya di atas Rp5 miliar. Sedangkan investasi yang modal usahanya di bawah Rp5 miliar masuk kategori UMK," katanya.
Menurut dia, total investasi non-UMK sebesar Rp12,005 triliun dan total investasi UMK sebesar Rp 7,919 triliun, sehingga total investasi pada semester I ini sebesar Rp19,919 triliun.
"Alhamdulillah ini menunjukkan bahwa investasi terus berdatangan ke Surabaya," kata Cak Eri panggilan akrabnya.
Cak Eri juga optimistis besarnya investasi yang masuk ke Surabaya mampu menumbuhkan ekonomi kerakyatan. Misalnya, bagaimana ketika keberadaan hotel di Surabaya itu untuk kebutuhan sandal atau handuknya, dapat dipenuhi dari UMKM Surabaya.
Demikian pula dengan hadirnya rumah makan dan restoran, maka kebutuhan sayuran dapat disuplai dari tanaman hidroponik yang dibudidayakan oleh warga Surabaya. Termasuk bagaimana dengan hadirnya rumah sakit, maka tenaga kerja atau kebutuhan laundry bisa dipenuhi dari warga Surabaya.
Oleh karena itu, ia memastikan bahwa saat ini salah satu syarat untuk investasi di Surabaya adalah harus mempekerjakan warga Surabaya. Artinya, setiap investasi baru yang masuk, harus dapat menumbuhkan lapangan kerja bagi warga Surabaya.
"Jadi investasi silakan masuk sebesar-besarnya ke Surabaya, tetapi harus bisa menggerakkan ekonomi kerakyatan warga Surabaya," ujarnya.
Meski begitu, Cak Eri juga menyadari bahwa lahan investasi di Kota Surabaya ini sangat terbatas, sehingga ke depannya, pihaknya memastikan akan terus menggenjot investasi dari sektor barang dan jasa.
"Sekarang kita lagi bergerak dengan Pelindo bagaimana lahan-lahan parkir di Pelindo itu bisa dikelola dengan baik. Jadi, kita bersama Pelindo juga akan bergerak di pelabuhan untuk meningkatkan investasi," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kota Surabaya Afghani Wardhana menjelaskan, sejumlah sektor yang menjadi penyumbang tertinggi dari PMA, PMDN, dan UMK.
Khusus untuk penyumbang tertinggi dari PMA adalah sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi sebesar Rp473,35 miliar, lalu perdagangan dan reparasi sebesar Rp398,85 miliar, dan disusul oleh sektor perhotelan dan restoran sebesar Rp211,05 miliar.
Sedangkan penyumbang tertinggi dari PMDN adalah sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran sebesar Rp3,58 triliun, lalu sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi sebesar Rp 1,53 triliun, dan disusul oleh sektor perdagangan dan reparasi sebesar Rp794,2 miliar. Selanjutnya di sektor konstruksi sebesar Rp791,3 miliar, lalu hotel dan restoran menyusul dengan capaian sebesar Rp721,9 miliar.
Sementara penyumbang tertinggi dari UMK adalah sektor perdagangan dan reparasi sebesar Rp2,13 triliun, lalu jasa lainnya sebesar Rp901,3 miliar, dan disusul oleh sektor konstruksi sebesar Rp550,27 miliar, kemudian sektor transportasi, gudang dan telekomunikasi sebesar Rp423,3 miliar, selanjutnya sektor hotel dan restoran sebesar Rp253,8 miliar.
"Alhamdulillah PMDN Surabaya tertinggi se-Jawa Timur, ini menunjukkan bahwa minat investor tanah air masih tinggi dibandingkan investor dari luar negeri," ujarnya. (ADV)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023