Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) terus berupaya untuk mewujudkan swasembada daging sapi pada tahun 2026.

Upaya untuk mewujudkan program ini tidak sebatas hanya pada kemampuan penyediaan daging yang cukup bagi masyarakat, tetapi juga harus disertai dengan peningkatan kualitas konsumsi pangan masyarakat yang berbasis sumber daya lokal.

Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab) merupakan salah satu gerakan nasional yang dilakukan pemerintah untuk mendorong peningkatan produksi daging dan populasi sapi sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 48/Permentan/PK.210/10/2016 tentang Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting.

Program ini bertujuan untuk memaksimalkan potensi sapi indukan di dalam negeri agar dapat terus menghasilkan pedet (anak sapi) dalam rangka menambah populasi ternak nasional. Gerakan untuk memaksimalkan pelaksanaan program di berbagai daerah terus dilakukan, termasuk melibatkan institusi yang memiliki jaringan hingga ke tingkatan pemerintahan paling, yakni desa dan kelurahan, seperti TNI dan Polri.

Aparat dari kedua institusi ini bahkan mendapatkan perintah khusus untuk melakukan pendampingan pada berbagai kegiatan yang dilakukan oleh instansi dinas terkait, seperti dinas peternakan di masing-masing kabupaten dan kota.

Data yang dirilis Kementerian Pertanian menyebutkan, hasil dari program Upsud Siwab yang dilakukan pemerintah sejak 2017 hingga 2019 menunjukkan hasil menggembirakan. Salah satunya yang dilakukan melalui inseminasi buatan (IB).

Program ini terealisasi sebanyak 10.548.530 ekor akseptor atau 105,49 persen dari target 10 juta ekor akseptor. Kebuntingan sebanyak 5.498.695 ekor atau 76,37 persen dari target 7,2 juta kebuntingan, dan kelahiran pada indukan sapi sebanyak 4.140.916 ekor atau 71,89 persen dari target 5.760.000 ekor.

Perkembangan menggembirakan ini dipercaya akan mampu meningkatkan jumlah populasi ternak sapi di Indonesia, termasuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging sapi nasional.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi daging sapi di Indonesia sebesar 498.923,14 ton pada 2022 atau naik 2,28 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar 487.802,21 ton dengan jumlah konsumsi rata-rata sekitar 717.750 ton per tahun. Data ini yang menjadi dasar pemerintah melakukan impor daging.

Provinsi Jawa Timur tercatat sebagai provinsi dengan produksi daging sapi terbanyak di Indonesia, yakni mencapai 110.991,18 ton, lalu Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan produksi daging sapi masing-masing sebanyak 84.960,62 ton dan 61.393,95 ton.

Selanjutnya Sumatera Barat di urutan ketiga dengan jumlah total produksi terpantau sebesar 21.514,66 ton, dan Lampung sebanyak 21.176,20 ton. Sementara, produksi daging sapi paling sedikit di Kalimantan Utara, yakni 895,57 ton, lalu Maluku Utara sebanyak 1.320,51 ton dan Kepulauan Riau sebanyak 1.390,39 ton.


Dukungan daerah

Upaya untuk mewujudkan swasembada daging sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging sapi nasional ini, juga mendapatkan dukungan dari sejumlah daerah, termasuk gubernur pada bupati di Jawa Timur. Sebab selain dinilai sebagai bentuk kemerdekaan di bidang ekonomi karena Indonesia pada akhirnya tidak perlu lagi mendatangkan daging sapi luar negeri, juga dinilai sebagai bentuk komitmen dalam membangun dan memperkuat sektor ekonomi di bidang peternakan.

Dukungan Pemprov Jatim terhadap program ini mewujud dalam bentuk kebijakan berupaya peningkatan jumlah populasi sapi pada sejumlah lumbung ternak sapi di Jawa Timur, seperti di Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Kabupaten Sumenep.

Empat kabupaten yang ada di Pulau Madura ini mendapatkan perhatian khusus, bahkan menjadikan Madura sebagai pulau sapi yang berpusat di Pulau Sapudi, Kepulauan Sumenep.

Pulau yang terletak ke arah tenggara daratan Sumenep dengan luas sekitar 35 kilometer persegi itu terdapat sekitar 175 ribu ekor sapi. Bahkan pada 1918, di pulau dengan dua kecamatan yaitu Gayam dan Nunggunong itu pernah tercatat memiliki hingga 713.112 sapi. Tiap satu RT setidaknya terdapat sekitar 120-an ekor sapi atau sekitar 175 ekor sapi tiap 1 kilometer, dengan jumlah sapi keluar dari pulau itu sekitar 500-an ekor per minggu.

Dasar ini yang menjadi kebijakan Pemprov Jatim untuk menjadikan Madura sebagai pulau sapi yang berpusat di Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep itu.

Setiap tahun Pemprov Jatim menyalurkan bantuan sapi kepada masyarakat Madura agar populasi sapi terus bertambah sehingga secara otomatis, produksi daging juga terus meningkat. Apalagi Madura memang terkenal sebagai pemasok sapi ke sejumlah daerah, seperti Surabaya dan Kalimantan.

Dukungan untuk menyukseskan program swasembada daging sapi juga dilakukan oleh Pemkab Pamekasan melalui program inovatif 'Sang Sultan' yakni Strategi Pengembangan Sapi Madura Bibit Secara Simultan.

Program ini merupakan program lanjutan dari program sebelumnya, yakni Intan Satu Saka atau Inseminasi Buatan Satu Tahun Satu Kelahiran, Tim Buser (Tim Bunting Serentak), serta "SII Papabaru" atau Sistem Sapi Bibit Terintegratif ala Kecamatan Pakong, Pasean, Batumarmar dan Waru.

Program 'Sang Sultan' memadukan antara potensi bibit unggul sapi Madura yang dipelihara peternak sapi di Kabupaten Pamekasan dengan strategi terintegratif melalui layanan terpadu tim dokter hewan.

Melalui program inovatif 'Sang Sultan' ini maka perkembangan populasi sapi meningkat, dan ini tentu sangat mendukung program pemerintah pusat yang menginginkan Indonesia bisa swasembada daging.

Jarak kelahiran sapi berubah dari sebelumnya 18 bulan menjadi 12 bulan, dan jumlah sapi grade 1 juga bertambah drastis dari sebelumnya ekor menjadi 5.337 ekor. Akseptor yang melahirkan tiap tahun meningkat dari sebelumnya 5 persen menjadi 40 persen. Selama program berlangsung, telah dikeluarkan sebanyak 2.959 surat keterangan layak bibit.

Grade 1 merupakan jenis sapi dengan kondisi memiliki lingkar dada 165 cm, yakni jenis sapi yang masuk dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).

Saat ini, jumlah sapi potong di Kabupaten Pamekasan terdata sebanyak 195 ribu ekor, dengan jumlah bibit unggul mencapai 35 ribu ekor sapi, tersebar di Kecamatan Pakong, Pasean, Batumarmar, dan Kecamatan waru.

Bupati Pamekasan Baddrut Tamam yakin, dengan upaya serius dan dukungan pemerintah di masing-masing daerah, maka niat baik pemerintah pusat agar Indonesia bisa swasembada daging 2026 akan terlaksana sesuai keinginan.

Jadi, selain untuk meningkatkan perekonomian peternak, karena masa kelahiran sapi berubah dari sebelumnya 18 kini menjadi 12 bulan, program inovatif 'Sang Sultan' ini sebagai bentuk dukungan Pemkab Pamekasan terhadap program yang telah dicanangkan Pemerintah Pusat, yakni swasembada daging sapi 2026.
 

Pewarta: Abd Aziz

Editor : Abdullah Rifai


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023