Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu, mengukuhkan Prof. Latipun, Ph.D. sebagai Guru Besar bidang Psikologi dan menjadi profesor ke-38 yang dihasilkan kampus tersebut.
Dalam orasi ilmiah pengukuhannya sebagai profesor, Latipun mengangkat tema terkait konseling dan terapi berorientasi pada kemampuan self-recovery.
"Tema ini juga menjadi strategi implementasi tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) dalam bidang kemanusiaan," kata Prof Latipun dalam pidato pengukuhannya di Gedung Teater Dome UMM di Malang, Jawa Timur.
Latipun mengaku berdasarkan penelitiannya, pada hakikatnya setiap manusia berkemauan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Prinsip ini bisa juga dikembangkan dalam praktik konseling dan terapi.
Meski melibatkan pihak lain dalam menyelesaikan masalah, konseling dan terapi sepatutnya dikembalikan pada klien. Dengan begitu, klien bisa mengatasi problem dan mengembangkannya di kemudian hari.
“Self-recovery, yakni usaha individu untuk menangani, memulihkan atau mengembalikan kondisi dirinya ke dalam kondisi yang normal dan optimal. Meski begitu, bantuan awal dari kalangan profesional dan orang-orang di sekitarnya tetap diperlukan guna meningkatkan kemauan individu untuk menyelesaikannya sendiri,” ucapnya.
Konseling dan terapi berorientasi pada self-recovery mengikuti empat prinsip utama. Pertama, menekankan keterlibatan diri dalam menghadapi tantangan kehidupannya. Kedua, mengandalkan kekuatan internal klien ketimbang kekuatan luar.
Ketiga, lanjutnya, mengutamakan proses individu untuk eksplorasi diri, belajar dari pengalaman, serta peningkatan keterampilan koping, dan keempat, setiap individu bertanggung jawab menyelesaikan masalah sendiri dan mampu berkembang optimal.
Terkait hubungannya dengan SDGs, Latipun menjelaskan bahwa konseling memiliki relevansi dengan SDGs, terutama pada bidang kemanusiaan. Secara umum, tujuan konseling adalah menghasilkan pribadi yang matang dan sehat secara mental. Hal ini sejalan dengan rumusan SDGs yang menjamin kehidupan sehat serta mendorong kesejahteraan bagi semua kalangan dan usia.
“Strategi konseling berbasis pada self-recovery ini sesuai dengan tujuan yang dirumuskan PBB terkait SDGs. Kesehatan secara mental dan kemampuan individu dalam menghadapi berbagai masalahnya adalah strategi yang urgen,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, hadir secara daring Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) RI sekaligus Ketua Badan Pembina Harian UMM, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP.
Muhadjir mengatakan menjadi guru besar adalah cita-cita yang harus dimiliki oleh setiap dosen. Hal ini merupakan capaian yang luar biasa, maka ia tidak lupa memberikan selamat kepada Latipun yang telah melewati perjalanan akademik.
Lebih lanjut, Muhadjir mengatakan psikologi adalah bidang yang tidak mudah tergantikan, sekalipun oleh AI. Para pakar psikologi akan selalu dibutuhkan dalam dinamika kehidupan. Psikologi juga memiliki hubungan dengan upaya SDGs, misalnya saja tujuan program kesehatan dan kesejahteraan.
“Di era sebelumnya, kita tahu bahwa kesehatan mental tidak dianggap begitu penting dibandingkan dengan kesehatan fisik. Namun, sekarang pemahaman itu bergeser. Muncul kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental,” ucap mantan Rektor UMM itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Dalam orasi ilmiah pengukuhannya sebagai profesor, Latipun mengangkat tema terkait konseling dan terapi berorientasi pada kemampuan self-recovery.
"Tema ini juga menjadi strategi implementasi tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) dalam bidang kemanusiaan," kata Prof Latipun dalam pidato pengukuhannya di Gedung Teater Dome UMM di Malang, Jawa Timur.
Latipun mengaku berdasarkan penelitiannya, pada hakikatnya setiap manusia berkemauan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Prinsip ini bisa juga dikembangkan dalam praktik konseling dan terapi.
Meski melibatkan pihak lain dalam menyelesaikan masalah, konseling dan terapi sepatutnya dikembalikan pada klien. Dengan begitu, klien bisa mengatasi problem dan mengembangkannya di kemudian hari.
“Self-recovery, yakni usaha individu untuk menangani, memulihkan atau mengembalikan kondisi dirinya ke dalam kondisi yang normal dan optimal. Meski begitu, bantuan awal dari kalangan profesional dan orang-orang di sekitarnya tetap diperlukan guna meningkatkan kemauan individu untuk menyelesaikannya sendiri,” ucapnya.
Konseling dan terapi berorientasi pada self-recovery mengikuti empat prinsip utama. Pertama, menekankan keterlibatan diri dalam menghadapi tantangan kehidupannya. Kedua, mengandalkan kekuatan internal klien ketimbang kekuatan luar.
Ketiga, lanjutnya, mengutamakan proses individu untuk eksplorasi diri, belajar dari pengalaman, serta peningkatan keterampilan koping, dan keempat, setiap individu bertanggung jawab menyelesaikan masalah sendiri dan mampu berkembang optimal.
Terkait hubungannya dengan SDGs, Latipun menjelaskan bahwa konseling memiliki relevansi dengan SDGs, terutama pada bidang kemanusiaan. Secara umum, tujuan konseling adalah menghasilkan pribadi yang matang dan sehat secara mental. Hal ini sejalan dengan rumusan SDGs yang menjamin kehidupan sehat serta mendorong kesejahteraan bagi semua kalangan dan usia.
“Strategi konseling berbasis pada self-recovery ini sesuai dengan tujuan yang dirumuskan PBB terkait SDGs. Kesehatan secara mental dan kemampuan individu dalam menghadapi berbagai masalahnya adalah strategi yang urgen,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, hadir secara daring Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) RI sekaligus Ketua Badan Pembina Harian UMM, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP.
Muhadjir mengatakan menjadi guru besar adalah cita-cita yang harus dimiliki oleh setiap dosen. Hal ini merupakan capaian yang luar biasa, maka ia tidak lupa memberikan selamat kepada Latipun yang telah melewati perjalanan akademik.
Lebih lanjut, Muhadjir mengatakan psikologi adalah bidang yang tidak mudah tergantikan, sekalipun oleh AI. Para pakar psikologi akan selalu dibutuhkan dalam dinamika kehidupan. Psikologi juga memiliki hubungan dengan upaya SDGs, misalnya saja tujuan program kesehatan dan kesejahteraan.
“Di era sebelumnya, kita tahu bahwa kesehatan mental tidak dianggap begitu penting dibandingkan dengan kesehatan fisik. Namun, sekarang pemahaman itu bergeser. Muncul kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental,” ucap mantan Rektor UMM itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023