Bojonegoro - Dua puluhan mahasiswa tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Bojonegoro, Senin, menggelar demomonstrasi di gedung DPRD setempat, menuntut Rumah Sakit Internasional (RSI) tidak dijual, namun dimanfaatkan dan dikelola sendiri. "Pemanfaatan RSI dengan melibatkan pihak ketiga, tidak rasional. Apalagi, sebagian bangunan yang ada dimanfaatkan untuk pertokoan," kata Koordinator Aksi Demo PMII, Muhaimin. Dalam aksinya itu, pendemo membawa sejumlah spanduk, dan mengacung-acungkan tulisan di atas kertas manila yang intinya menolak RSI dijual. Tulisan yang mereka bawa, di antaranya, "RSI dijual, wani piro" dan "Kemana lagi pasien dirawat kalau RSUD Sosodoro Djatikoesoemo tidak mampu menampung pasien". Di gedung DPRD, para pendemo mendapatkan penjagaan ketat puluhan petugas polres yang langsung memblokade pintu masuk gedung DPRD setempat. Ketua Komisi C DPRD, M. Fauzan yang datang menemui mereka, langsung ditolak para pendemo. "Saya tidak boleh ngomong," kata Fauzan, sambil meninggalkan pendemo. Para mahasiswa itu, meminta dipertemukan langsung dengan Pimpinan DPRD setempat. Dalam tuntutannya, sebagaimana yang mereka tulis dalam selebaran, mendesak RSI dimanfaatkan secara bertahap. Alasannya, RSUD Sosodoro Djatikoesoemo, milik Pemkab Bojonegoro, sering tidak mampu menampung pasien yang menjalani rawat inap. Berdasarkan data yang diperoleh, pada 13 September ruang rawat inap Anyelir yang kapasitasnya 41 pasien menampung 45 pasien. Sementara itu, ruang Asoka yang kapasitasnya 20 pasien menampung 23 pasien, dan ruang Sakura dengan kapasitas 14 pasien menampung 20 pasien."Kami minta puskesmas-puskesmas yang ada mengoptimalkan dalam merawat pasien," kata Muhaimin, menegaskan. Para pendemo mengancam akan melakukan aksi serupa dengan jumlah yang lebih besar, kalau pemkab tidak segera memanfaatkan RSI yang dibangun dengan dana APBD sebesar Rp110 miliar, secara bertahap. "Termasuk DPRD, kami minta ikut menolak RSI dijual dan mendukung RSI dikelola sendiri," ucap Muhaimin, menegaskan.

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011