Pengamat politik Surabaya Consulting Group (SCG) Arif Budi Santoso memaparkan tiga hal yang bisa dijelaskan dari pertemuan Ketua DPP PDIP Puan Maharani dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang selama ini dipersepsikan tidak akan pernah bisa bertemu secara politik.

"Pertama, kita bisa membaca pertemuan tersebut sebagai variabel kuat yang bisa mengubah lanskap peta pilpres. Perubahan bukan hanya terkait peta antar koalisi politik, tapi juga di internal koalisi terutama pada Koalisi Perubahan," kata Arif, dalam keterangannya, di Surabaya, Senin.

Menurut dia, pertemuan tersebut membuat posisi politik Anies Baswedan semakin dalam kegalauan mengingat Demokrat adalah faktor kunci di Koalisi Perubahan.

"Jika Demokrat tak jadi bergabung ke Koalisi Perubahan, otomatis Anies bingung lagi mencari kawan koalisi," ucapnya.

Selain itu, pertemuan tersebut juga pastinya akan dijadikan momentum oleh Demokrat untuk meningkatkan daya tawar ke Anies Baswedan, dengan harapan bisa menempatkan AHY sebagai Cawapres Anies.

"Karena memang faktanya, tanpa AHY menjadi cawapres, Demokrat tidak akan mendapat efek ekor jas dari pencalonan Anies. Yang paling mendapat dampak elektoral dari pencalonan Anies adalah NasDem dan PKS," tutur alumnus Ilmu Politik FISIP Universitas Airlangga tersebut.

Selanjutnya, hal kedua yang bisa dibaca dari pertemuan tersebut adalah agresivitas koalisi Ganjar Pranowo dalam membangun komunikasi ke berbagai pihak, bahkan mampu membangun jembatan di atas perbedaan.

"Kalau melihat perkembangan koalisi politik, yang paling agresif memperluas basis kerja sama dan sudah konkrit adalah Ganjar. Sejak diumumkan PDIP, sudah resmi didukung tiga partai lain, yaitu PPP, Hanura, dan Perindo," katanya.

Kemudian, untuk hal ketiga, lanjutnya, pertemuan Puan dan AHY memiliki makna strategis bagi partai berlambang banteng itu, karena seperti mematahkan narasi yang dikembangkan banyak pihak bahwa sikapnya kaku, tidak fleksibel dalam bernegosiasi dan berkomunikasi dengan partai dan kekuatan politik lainnya.

"Artinya pertemuan kemarin membalik anggapan itu. Bahkan dengan Demokrat pun relasinya bisa gayeng. Padahal, Demokrat sering disebut sebagai pihak yang paling tidak bisa menyatu dan bekerja sama dengan PDIP," tuturnya.

Tak hanya itu, menurut Arif, pertemuan kedua tokoh tersebut sejatinya kabar baik bagi dunia perpolitikan Tanah Air karena mampu menjaga kondusivitas di tahun politik yang tensinya kian memanas.

"Pertemuan kemarin bisa menjaga kondusivitas situasi politik. Tentu harus kita apresiasi," ucap Arif.

Pewarta: Naufal Ammar Imaduddin

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023