Badan Penanggulangan Bencana Daerah Ponorogo memetakan daerah rawan bencana dan mengidentifikasi 27 desa yang tersebar di 10 kecamatan berpotensi mengalami kesulitan air bersih sebagai dampak fenomena el nino.

"Kami petakan berdasar karakteristik wilayah untuk mengantisipasi sekaligus mempersiapkan langkah mitigasi yang harus dilakukan," kata Kepala Pelaksana BPBD Ponorogo Sapto Sujatmiko di Ponorogo, Senin.

Mayoritas kawasan pemukiman yang masuk klasifikasi rawan kesulitan air bersih berada di area perbukitan atau pegunungan dengan tanah yang cenderung gersang.

Total ada 41 dukuh yang selama ini memang kerap menjadi langganan bencana kekeringan.

Sebagai langkah mitigasi awal, saat ini BPBD Ponorogo aktif berkoordinasi dengan masing-masing desa untuk memastikan perkembangan situasi wilayah selama musim kering.

Apabila memang dibutuhkan suplai air bersih, pihaknya telah menyiagakan armada truk tangki untuk menyalurkan bantuan.

"Kami sudah informasikan ke setiap desa yang masuk zona merah bencana kekeringan agar secepatnya berkoordinasi jika membutuhkan air (bersih)," katanya.

Dari total 21 kecamatan yang ada di Kabupaten Ponorogo, desa-desa di Kecamatan Slahung menjadi yang paling banyak berpotensi terdampak kekeringan.

Menurut Sapto, sedikitnya ada sembilan desa di kecamatan ini yang berpotensi kekurangan air bersih.

"Kalau mengacu pada tahun 2021 dan 2022 yang mengalami kekeringan itu terbanyak ada di Kecamatan Slahung," ujarnya.

Sapto memastikan, BPBD Ponorogo akan terus bersiaga mengantisipasi kerawanan tersebut, kendati hingga saat ini belum mendapatkan permintaan droping air bersih.

"Ya, semoga saja tahun ini tidak ada kekeringan, tapi kami siap jika diminta droping air," katanya.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023