Kota Pahlawan genap berusia 730 tahun. Kemeriahan even dan kegiatan yang terselenggara semakin menyemarakkan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS). Saya turut hadir diberbagai momen kegiatan diantaranya festival rujak uleg, Surabaya vaganza dan light night parade serta puncak acara yaitu resepsi dan tasyakuran di balai kota.

Momen HJKS tentu membawa spirit untuk membangun optimisme, ide dan gagasan dalam menghadapi tantangan yang masih ada agar Surabaya menjadi kota yang makin hebat. 

Saat saya turun ke kampung2. Berjumpa warga saat sapa warga atau kegiatan reses dewan.  Kalimat yang sering saya tanyakan "apakah bangga menjadi warga Surabaya? " warga menjawab bangga.

Setiap kalau ketemu warga saya mencoba menyerap dan merekam dalam pikiran saya apa yang membuat warga bangga dan apa yang masih menjadi harapan dan impian warga tentang Surabaya yang dicintainya. 

Saya coba uraikan dalam capaian dan tantangan kota Surabaya berikut. 

Banyak capaian telah diraih, namun di sisi lain ada pula persoalan yang belum tuntas. Empat aspek yang menjadi perhatian, antara lain (1) pelayanan publik, (2) ekonomi, (3) kesehatan, dan (4) pendidikan. Berikut catatan saya atas capaian yang membaik :

1. Secara umum, layanan publik di Kota Surabaya terus berkembang dan menunjukkan tren positif. Inovasi dan digitalisasi dalam pelayanan publik menjadi keniscayaan. Hal ini ditunjukan melalui berbagai ruang komunikasi antara warga dan kepala daerah demi memudahkan akses masyarakat untuk menyampaikan berbagai problem warga dan lingkungannya.

Total terdapat 14 kanal pengaduan warga, beberapa di antaranya seperti Sambat Nang Cak Eri, WargaKu. Hingga pelayanan di tingkat RW. Tersedia pula grup WhatsApp bersama perangkat daerah baik camat dan lurah beserta para Ketua RT/RW dan LPMK.

Administrasi kependudukan dan perijinan pun terus mengalami perbaikan. Sikap  tegas terhadap aparat yang terbukti melakukan pungli dalam pelayanan ke masyarakat juga makin memperbaiki kinerja birokrasi.

2. Pada pemulihan ekonomi, sebanyak 80 ribu UMKM semakin mendapat tempat untuk berkembang dengan baik dengan kemudahan izin berusaha.

Lalu e-Peken juga menjadi alternatif pelaku usaha untuk menjajakan produknya. Meski memiliki iklim yang suportif dan kondusif bagi pelaku usaha namun juga perlu diketahui seberapa banyak yang telah naik kelas utamanya pelaku usaha mikro.

Sebab, kepala daerah telah menargetkan 30.000 UMKM naik kelas. Lebih lanjut sisi pariwisata kota pun patut diapresiasi dan diharap makin menggairahkan sektor ekonomi. Wisata susur sungai,  hidupnya Jalan Tunjungan, Kya-Kya, Romokalisari Adventure adalah spot destinasi baru yang mulai menggeliat.  Secara makro pertumbuhan ekonomi akhir tahun 2022 bangkit di angka 7,17 yang mana lebih tinggi dari sebelum pandemi. 

Surabaya pun berkontribusi besar menyokong ekonomi Jawa Timur. Nilai investasi tahun 2022 mencapai Rp34 triliun, gairah usaha di Surabaya terus tumbuh. Ini harus berdampak pada kesempatan kerja agar makin luas tersedia.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) masih cukup tinggi.  Program rumah padat karya dinilai sebagai upaya untuk memanfaatkan aset mangkrak guna membuka lapangan pekerjaan selain akses berbagai bantuan-bantuan lainnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah atau keluarga miskin dan keluarga pra miskin.

Program ini bagus namun perlu lebih kreatif dan diperkuat serta diperluas melalui  perbaikan-perbaikan ke depan berbasis potensi kota dan demografinya. 


3. Pada bidang kesehatan, pelayanan digital e-Health semakin ditingkatkan baik di RSUD Soewandhi dan juga RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH) hingga ke level puskesmas-puskesmas.

Lalu e-rekam medik dan SDM mumpuni mampu mensolusi layanan kesehatan alhasil warga tak perlu lama antre berjam-jam.  Tak hanya perbaikan di rawat jalan, layanan rawat inap juga harus berkualitas. Ada pula program Jaminan Kesehatan Semesta bahwa warga Surabaya gratis berobat melalui peserta BPJS PBI dengan pelayanan kelas 3.

Penanganan stunting juga layak mendapat apresiasi. Prevalensi balita stunting di Surabaya tahun 2021 menurut Status Gizi Indonesia (SSGI) mencapai 28,9 persen.

Penurunan signifikan terjadi menyusul hasil SSGI tahun 2022 bahwa Kota Surabaya merupakan daerah terendah angka prevalensi balita stunting se-kabupaten/kota di Jawa Timur bahkan se-Indonesia yaitu 4,8 persen.

4. Pendidikan dan SDM menjadi penting. Bantuan biaya pendidikan SMA/SMK sangat bermanfaat agar Surabaya zero putus sekolah dan tuntas wajib belajar 12 tahun. Begitu pula beasiswa kuliah pemuda tangguh yang  didanai oleh APBD Surabaya.

Beasiswa ini harus diperluas tidak hanya bagi mahasiswa PTN namun juga mahasiswa PTS.  Anak-anak Surabaya diberi kesempatan seluas-luasnya untuk menggapai cita-cita setinggi langit.  Dan pemerintah kota Surabaya hadir bersama  DPRD Surabaya untuk anak-anak Surabaya. 

Hal lain, disparitas kualitas sekolah negeri dan swasta masih perlu mendapat perhatian. Saat PPDB masih banyak orang tua galau dengan jalur zonasi, tereliminasi masuk sekolah negeri karena jarak sementara masuk sekolah swasta khawatir terkendala biaya dan ragu kualitas sekolah.

Padahal banyak pula sekolah swasta yang semangat meningkatkan kualitas pendidikan mereka. Bantuan operasional sekolah swasta sudah ada melalui BOPDA namun bantuan perbaikan infrastruktur dan sarana prasana untuk peningkatan layanan pendidikan bagi sekolah swasta belum ada.

Maka, baik negeri maupun swasta, siswa-siswinya adalah anak Surabaya maka perlu perhatian ke semua sekolah agar pemerataan kualitas satuan pendidikan terwujud.

Adapun hal penting lainnya yang menjadi tantangan untuk terus kita lakukan perbaikan terus menerus diantaranya :

1. Bicara tentang perlindungan anak 
Ada 800 ribu usia anak di Surabaya. Anak butuh perlindungan dan kasih sayang untuk kita harapkan menjadi SDM unggul calon pemimpin masa depan. Perhatian untuk membentengi mereka dari pergaulan-pergaulan bebas maupun obat-obatan terlarang.

Maka orang tua, sekolah, dan pemerintah perlu berkesinambungan dalam memberikan perhatian pada isu berikut. Sangat banyak anak Surabaya hebat berprestasi diberbagai bidang olahraga, science, seni dan budaya.  

Namun kasus kekerasan pada anak juga masih kita dengar.  Beberapa pekan lalu kita dikagetkan kasus kematian anak siswa SMP yang mayatnya ditemukan setelah beberapa hari anak tersebut dinyatakan hilang.

Data kasus kekerasan anak selama 2023 ini menurut dinas terkait sebanyak 30 kasus yang tercatat.  Ini hal yang harus diperhatikan serius oleh orang tua, sekolah dan pemerintah. Jangan sampai kasus  kekerasan pada anak menjadi fenomena gunung es, masih banyak yg terjadi namun tidak kita ketahui. 

 2. Penurunan kemiskinan 
Akurasi data kemiskinan masih perlu terus di update agar angka kemiskinan selaras dengan fakta kemiskinan. Update terakahir jumlah keluarga miskin 219.427 jiwa dan pra miskin 248.299 jiwa.  Kondisi ini masih menjadi pekerjaan rumah terlebih target 23.530 jiwa rakyat miskin ekstrim perlu dituntaskan dalam satu tahun dari target nasional yaitu di 2024.

Sementara komitmen kepala daerah melalui Perwali 106 Tahun 2022 menyebutkan bakal mengentaskan kelompok keluarga miskin dalam jangka dua tahun. Penanganan yang tidak tepat dapat berpotensi memperparah status mereka, maka Pemkot perlu perhitungan dan secara cermat untuk mengatasi masalah ini. 

Ada tiga strategi penanganan kemiskinan yang saya sampaikan yaitu Akurasi data, Perlindungan dan Pemberdayaan. Testimoni warga miskin yang terentaskan saat acara resepsi HJKS di balai kota hati ini semoga bisa menginspirasi warga lainnya untuk dan memantik inovasi pemkot untuk terus tingkatkan layanan.

Saya apresiasi program Kampung Madani  yang digagas Walikota karenanya perlu untuk terealisasi secara masif dan berdampak signifikan dalam penurunan kemiskinan. Lurah Camat harus tahu profil keluarga miskin di wilayahnya serta potensi SDM dan ekonomi setempat. Langkah konkret solutif dibutuhkan warga. 

3. Berkaca pada tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Surabaya yang meski secara angka menurun 2 persen dari tahun sebelumnya namun masih menyisakan persoalan. Pertama, Surabaya masuk dalam kategori sepuluh besar peringkat pengangguran di Jawa Timur.

Bila dikonversi, 7,62 persen TPT tahun 2022 setara dengan 114 ribu orang.  Selain itu, raihan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 82,74 persen tertinggi se-Jawa Timur di tahun 2022 namun belum mampu merangsek naik ke jajaran lima besar nasional. Baik di tahun 2021 dan 2022 Surabaya stagnan bertengger di urutan ke-13 se-Indonesia. Semoga tahun depan bisa masuk 3 besar IPM terbaik nasional. 

4. Banjir dan kemacetan masih menjadi problem di sebagian wilayah di Kota Surabaya. Terlebih ketika intensitas air hujan begitu lebat mengguyur dalam kurun waktu 1-2 jam saja sudah tampak beberapa ruas jalan tergenang.

Teranyar peristiwa banjir di Jalan Mayjen Sungkono akibat plengsengan yang jebol. Genangan yang tidak kunjung surut lantas mengakibatkan arus mobilitas semakin terganggu bahkan menimbulkan efek berikutnya, yakni kemacetan. 

Moda bus terus bertambah dan feeder pun kini sudah tersedia. Sistem transportasi  massal masih menjadi mimpi dan harapan. Kemacetan  tersebar di beberapa wilayah, tidak lagi berada di jalan-jalan protokol, melainkan merembet hingga ke pinggir-pinggir kota.

Terlebih lagi waktu-waktu yang perlu diantisipasi misalnya adalah jam ketika siswa berangkat sekolah. Menjadi penting mengingat pada tema RKPD Kota Surabaya 2024 salah satunya menyinggung perihal sistem transportasi terpadu dan berkelanjutan.

Demikian semoga catatan ini memberi manfaat. 

Teko resepsi nang balai kota
acarane apik dan luar biasa
Spirit 730 Tahun Kota Surabaya
Optimisme ngadepi tantangan Kota

Mlaku-mlaku nang pasar turi baru
Mampir blauran tuku tahu campur
Sugeng ambal warsa kagem Suroboyoku
Kotane maju, wargane makmur. 



*Penulis adalah Wakil Ketua DPRD Surabaya dari Fraksi PKS

Pewarta: Reni Astuti *

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023