Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Senin, diperkirakan akan melemah tertekan oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan kenaikan imbal hasil obligasi AS.
"(Hal ini disebabkan) setelah data sentimen konsumen AS menunjukkan kenaikan pada ekspektasi inflasi jangka panjang," kata Analisis DCFX Lukman Leong ketika dihubungi ANTARA, di Jakarta, Senin.
Selain itu, kata dia, pernyataan hawkish dari Anggota Dewan Gubernur Fed Michelle Bowman yang merasa kenaikan suku bunga diperlukan lebih lanjut oleh The Fed menjadi faktor lain dari kelemahan rupiah.
Baca juga: Senin pagi ini Rupiah menurun menjadi Rp14.792 per dolar AS
Menurut Lukman, rupiah berpotensi membatasi pelemahan apabila data neraca perdagangan yang akan dirilis siang ini lebih baik dari perkiraan, atau minimal sesuai dengan ekspektasi untuk melanjutkan rekor surplus berkelanjutan.
"Perkiraan (pergerakan) rupiah di kisaran Rp14.700-14.800 per dolar AS," ujarnya.
Senada, Analis ICDX Revandra Aritama menyampaikan bahwa sentimen yang menjadi pendorong untuk penguatan dolar AS adalah potensi The Fed untuk menahan suku bunga tinggi dalam waktu lebih lama.
"Sentimen ini disebut timbul pasca laporan Consumer Price Index (CPI) beberapa waktu, yang walaupun berada di level yang di bawah perkiraan, namun masih cukup jauh dari target. Selain itu statement, dari Jerome Powell (Ketua The Fed) yang menyebutkan bahwa ekonomi AS membutuhkan waktu untuk lanjut mendinginkan inflasi, yang diterjemahkan pasar sebagai potensi untuk menahan tingkat suku bunga tinggi dalam waktu yang lebih lama," ujar Revandra ketika dihubungi ANTARA.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"(Hal ini disebabkan) setelah data sentimen konsumen AS menunjukkan kenaikan pada ekspektasi inflasi jangka panjang," kata Analisis DCFX Lukman Leong ketika dihubungi ANTARA, di Jakarta, Senin.
Selain itu, kata dia, pernyataan hawkish dari Anggota Dewan Gubernur Fed Michelle Bowman yang merasa kenaikan suku bunga diperlukan lebih lanjut oleh The Fed menjadi faktor lain dari kelemahan rupiah.
Baca juga: Senin pagi ini Rupiah menurun menjadi Rp14.792 per dolar AS
Menurut Lukman, rupiah berpotensi membatasi pelemahan apabila data neraca perdagangan yang akan dirilis siang ini lebih baik dari perkiraan, atau minimal sesuai dengan ekspektasi untuk melanjutkan rekor surplus berkelanjutan.
"Perkiraan (pergerakan) rupiah di kisaran Rp14.700-14.800 per dolar AS," ujarnya.
Senada, Analis ICDX Revandra Aritama menyampaikan bahwa sentimen yang menjadi pendorong untuk penguatan dolar AS adalah potensi The Fed untuk menahan suku bunga tinggi dalam waktu lebih lama.
"Sentimen ini disebut timbul pasca laporan Consumer Price Index (CPI) beberapa waktu, yang walaupun berada di level yang di bawah perkiraan, namun masih cukup jauh dari target. Selain itu statement, dari Jerome Powell (Ketua The Fed) yang menyebutkan bahwa ekonomi AS membutuhkan waktu untuk lanjut mendinginkan inflasi, yang diterjemahkan pasar sebagai potensi untuk menahan tingkat suku bunga tinggi dalam waktu yang lebih lama," ujar Revandra ketika dihubungi ANTARA.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023