Kebakaran sebuah tambang emas di wilayah Arequipa yang terpencil di Peru pada Sabtu pagi menewaskan sedikitnya 27 penambang, menurut pihak berwenang pada Minggu.
Pemerintah daerah Arequipa menyatakan bahwa kebakaran di dalam terowongan itu disebabkan oleh korsleting listrik. Api dilaporkan menyebar dengan cepat lewat balok-balok kayu yang menopang tambang sehingga para penambang tidak bisa keluar.
"Pemilik tambang La Esperanza, Esteban Rey Humani, melapor ke kantor polisi yang jaraknya tiga jam perjalanan dari Kota Aplao, untuk meminta bantuan dan melaporkan 27 orang telah tewas akibat sesak nafas," kata pemda dalam pernyataan.
Kementerian Dalam Negeri Peru mengonfirmasi jumlah korban tewas dalam insiden tersebut.
"Anggota polisi berada di Distrik Yanaquihua untuk membantu mengeluarkan para penambang yang tewas di terowongan di Provinsi Condesuyos," kata kementerian itu di Twitter.
Jaksa setempat Giovanni Matos mengatakan kepada media lokal pada Minggu bahwa ke-27 penambang itu dipastikan meninggal.
Wali Kota Distrik Yanaquihua, James Casquino Escobar, meminta bantuan pihak berwenang untuk menyelidiki penyebab tragedi itu.
Escobar mengatakan meski penyebab yang dilaporkan adalah korsleting listrik, perusahaan pemilik tambang tidak memberikan informasi tambahan tentang kecelakaan tersebut.
"Peristiwa ini terjadi pada Sabtu pukul 11 pagi dan mereka tidak segera berkomunikasi mengenai hal itu, kami baru mengetahuinya pada pukul 15.00," kata Escobar.
"Namun, itu sudah terlambat," katanya.
Tim SAR berusaha menyelamatkan penambang sebelum mengevakuasi jenazah korban. Otoritas tidak mengesampingkan kemungkinan masih banyak orang di dalam tambang.
Kejadian ini menjadi kecelakaan tambang paling mematikan dalam dua dekade terakhir di Peru, negara penghasil emas terbesar di Amerika Latin.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Pemerintah daerah Arequipa menyatakan bahwa kebakaran di dalam terowongan itu disebabkan oleh korsleting listrik. Api dilaporkan menyebar dengan cepat lewat balok-balok kayu yang menopang tambang sehingga para penambang tidak bisa keluar.
"Pemilik tambang La Esperanza, Esteban Rey Humani, melapor ke kantor polisi yang jaraknya tiga jam perjalanan dari Kota Aplao, untuk meminta bantuan dan melaporkan 27 orang telah tewas akibat sesak nafas," kata pemda dalam pernyataan.
Kementerian Dalam Negeri Peru mengonfirmasi jumlah korban tewas dalam insiden tersebut.
"Anggota polisi berada di Distrik Yanaquihua untuk membantu mengeluarkan para penambang yang tewas di terowongan di Provinsi Condesuyos," kata kementerian itu di Twitter.
Jaksa setempat Giovanni Matos mengatakan kepada media lokal pada Minggu bahwa ke-27 penambang itu dipastikan meninggal.
Wali Kota Distrik Yanaquihua, James Casquino Escobar, meminta bantuan pihak berwenang untuk menyelidiki penyebab tragedi itu.
Escobar mengatakan meski penyebab yang dilaporkan adalah korsleting listrik, perusahaan pemilik tambang tidak memberikan informasi tambahan tentang kecelakaan tersebut.
"Peristiwa ini terjadi pada Sabtu pukul 11 pagi dan mereka tidak segera berkomunikasi mengenai hal itu, kami baru mengetahuinya pada pukul 15.00," kata Escobar.
"Namun, itu sudah terlambat," katanya.
Tim SAR berusaha menyelamatkan penambang sebelum mengevakuasi jenazah korban. Otoritas tidak mengesampingkan kemungkinan masih banyak orang di dalam tambang.
Kejadian ini menjadi kecelakaan tambang paling mematikan dalam dua dekade terakhir di Peru, negara penghasil emas terbesar di Amerika Latin.
Sumber: Anadolu
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023